PENDAHULUAN
Dalam
kegiatan sehari-hari tubuh manusia ditentukan oleh kemampuan fungsional anggota
gerak, yang menggunakan tungkai bawah untuk berjalan. Dan lutut adalah salah
satu bagian yang sangat penting, karena sendi lutut merupakan sendi yang
menopang berat badan. Apabila struktur pembentukkan sendi lutut mengalami
kelainan maka dapat mengalami penurunan aktifitas fungsional, kelainan tersebut
bisa berupa trauma, obesitas dan degenerasi menunjukkan peningkatan.
Salah satu faktor
resiko terbesar terkena sakit lutut adalah kelebihan berat badan. Sewaktu berat
badan bertambah, maka bertambah pula tekanan pada sendi lutut. Bahkan aktivitas
biasa seperti berjalan atau naik turun tangga bisa menyebabkan banyak beban
pada sendi. Hal ini juga meningkatkan risiko osteoarthritis dengan mempercepat
rusaknya tulang rawan. Cidera pada lutut juga bisa terjadi karena digunakan
terlalu sering, olahraga atau aktivitas fisik, tidak pemanasan dan perenggangan
tubuh sebelum olahraga, masalah dengan posisi dan trauma (karena kecelakaan,
jatuh atau pukulan langsung sampai lutut).
Osteoarthritis
merupakan suatu penyakit degeneratif (ketuaan) progresif yang biasanya
menyerang pada cartilago sendi diartrosis, kemudian timbul pembentukkan tulang
baru pada pinggir tulang.. Perubahan degeneratif pada sendi merupakan akibat
normal dari stress yang berulang dari jaringan yang menua. Pada penderita
osteoarthritis lutut datang dengan keluhan sakit / nyeri yang hilang timbul
yang sudah menahun pada lututnya dan lama kelamaan kekuatan otot berkurang,
tidak mampu untuk naik tangga, sulit jongkok. Tetapi jika proses ini terjadi
secara berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat. Maka keluhan
tersebut mengakibatkan penderita akan mengalami gangguan aktifitas sehari-hari
ANATOMI
DAN FISIOLOGI SENDI LUTUT
Sendi
lutut merupakan sendi yang terbesar pada tubuh manusia. Sendi ini terletakpada
kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini
terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis,
lateralis dan condylus tibiae yang terkait dalam sebuah sendi pelana , diantara
patella dan fascies patellaris femoris.
1)
Tulang pembentuk sendi lutut
Sendi lutut
dibentuk dari tiga buah tulang yaitu tulang femur, tulang tibia, tulang fibula
dan tulang patella.
a.
Tulang femur
Merupakan
tulang panjang yang bersendi keatas dengan pelvis dan kebawah dengan tulang
tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis proksimal, diaphysis dan epiphysis
distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah
epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepanjang yang disebut
condylous femoralis lateralis dan medialis. Dibagian proksimal tonjolan
tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut epicondilus lateralis dan
medialis. Bila dilihat dari depan, terdapat dataran sendi yang melebar ke
lateral yang disebut facies patelaris yang nantinya bersendi dengan tulang
patella. Dan bila dilihat dari belakang, diantara condylus lateralis dan
medialis terdapat cekungan yang disebut fossa intercondyloideal.
b.
Tulang patella
Merupakan
tulang sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dengan bentuk segitiga dan gepeng
dengan aspex menghadap kearah distal. Pada permukaan depan atau anterior tulang
patella kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki permukaan sendi
yang lebih besar dan facies medial yang lebih kecil.
c.
Tulang tibia
Merupakan
salah satu tulang tungkai bawah selain tulang fibula, tibia merupakan tulang
kuat satu-satunya yang menghubungkan femur dan tumit kaki. Seperti halnya tulang
femur, tulang tibia dibagi tiga bagian, bagian ujung proksimal, corpus dan
ujung distal bagian dari tulang tibia yang membentuk sendi lutut adalah
bagian proksimal, dimana pada bagian ujung proksimal terdapat condillus
medialis dan tubercullum inter condiloseum lateral. Didepan dan
dibelakang eminentia terdapat fossa intercondilodea anterior dan
posterior.
d.
Tulang fibula
Tulang
fibula ini berbentuk kecil panjang, terletak di sebelah lateral dari tibia juga
terdiri dari tiga bagian : epiphysis proximal, diaphysis dan epiphysis
distalis. Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum fibula yang
keproximal.
2)
Jaringan lunak sekitar sendi lutut
a.
Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus
pada sendi lutut adalah meniscus lateralis. Adapun fungsi
meniscus adalah:
· Penyebaran pembebanan
· Peredam kejut (shock absorber)
· Mempermudah gerakan rotasi
· Mengurangi gerakan dan stabilisator setiap
penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi
b.
Bursa
Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang
memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh
membrane synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara
lain :
· bursa popliteus
· bursa supra patellaris
· bursa infra patellaris
· bursa subcutan prapatelaris
· bursa sub patellaris
c.
Ligamen-ligamen Sendi Lutut
Ligamen
mempunyai sifat yang cukup lentur dan jaringannya cukup kuat yang berfungsi
sebagai pembatas gerakan dan stabilitas sendi.
Ada
beberapa ligamen sendi lutut yaitu :
1. Ligamentum cruciatum anterior
Berjalan dari depan
fossa intercondyloidea anterior ke permukaan medial condilus lateralis
femoris yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya
tibia ke depan.
2. Ligamentum cruciatum posterior
Berjalan dari
facies lateralis condylus medialis femoris menuju ke fossa
intercondylodea tibia yang berfungsi menahan bergesernya tibia ke
arah belakang.
3. Ligamentum collateral lateral
Berjalan dari
epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi menahan gerakan varus
atau samping luar.
4. Ligamentum collateral mediale
Berjalan dari
epicondylus medial ke permukaan medial tibia (epicondylus medialis
tibia) yang berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam
eksorotasi. Namun secara bersamaan fungsi ± fungsi ligament
collateralle menahan bergesernya tibia ke depan pada lutut
90°.
5. Ligamentum patella
Yang merupakan
lanjutan dari tendon M. Quadriceps Femoris yang berjalan dari patella ke
tuberositas tibia.
6. Ligamentum retinacullum patella lateral dan
medial
Ligament ini berada
disebelah lateral dari tendon M. Quadricep Femoris dan berjalan menuju tibia,
dimana ligamen-ligamen ini melekat dengan tuberositas tibia.
7. Ligamentum popliteum articuatum
Terletak pada
daerah condylus lateralis femoris erat hubungannya dengan M. Popliteum.
8. Ligamentum popliteum oblicum
Berjalan dari
condylus lateralis femoris kemudian turun menyilang menuju fascia popliteum
yang berfungsi mencegah hyperekstensi lutut.
3)
Otot-otot sendi lutut
a)
Otot-otot pada bagian depan tungkai atas (M. Quadriceps Femoris)
a) M. Rectus
Femoris
Origo : Spina iliaca anterior superior
Insertion : Tuberositas tibiae melalui ligament patella
Innervasi : N. Femoralis
Aksio : Ekstensi tungkai bawah
b) M. Vastus
Medialis
Origo : Bagian paling caudal line intertrochanterica Labium
Mediale linea aspera
Insertion : Tepi medial tendon
M. Rectus femoris bagian Lateral patella
Innervasi : N. Femoralis
Aksio : Ekstensi tungkai bawah
c) M. Vastus
Intermedius
Origo : Permukaan anterior dan lateral femur
Insertion : Tendon M. Rectus femoris
Innervasi : N. Femoralis
Aksio : Ekstensi tungkai bawah
d) M. Vastus
Lateralis
Origo : Permukaan anterior dan caudal trochanter mayor
Insertion : Tepi lateral tendon M.Rectus femoris
Innervasi : N. Femoralis
Aksio : Ekstensi tungkai bawah
b)
Otot-otot pada bagian belakang tungkai atas
a) M. Adductor
Magnus
Origo : Ramus ossis ischii
Insertion
: 2/3 proximal linea aspera
Innervasi
: N. Obturatorius dan N.
ischiadicus
Aksio : adduksi-hip
b) M. Piriformis
Origo : Os sacrum, facies pelvic (plexus
scaralis)
Insertion : Tepi patella, tuberositas tibia
Innervasi : N. Femoralis
Aksio : Exorotasi dan adduksi hip
c) M. Sartorius
Origo : Sias
Insertion : Tuberositas tibia
Innervasi : N. Femoralis
Aksio : Fleksi-knee dan abduction-hip
d) M. Gracilis
Origo : Ramus inferior ossis pubis
Insertion
: Mediale tuberositas tibiae
Innervasi : N. Obturatorius
Aksio : Adduksi-hip dan fleksi
e) M.Gastrocnemius
Origo : - Caput mediale : epicondylus
medialis femoris
-
Caput laterale : epicondylus lateralis femoris
Insertion : - Tuber calcanei dengan perantara tendo calcanei achilles
- Facies posterior fibulae dan Linea poplitea
tibiae
Innervasi : N. Tibialis
Aksio : Fleksi tungkai bawah
f) M. Biceps
femoris
Origo : - Caput longum :
Tuber ischiadicum
- Caput brevis : Labium lateral linea aspera
Insertion : - Capitulum fibulae
- Condylus lateralis tibiae
Innervasi : - N. Tibialis
- N. Peroneus Communis
Aksio : Fleksi pada articulation coxae
g) M.
Semitendinosus
Origo : Tuber ischiadicum
Insertion : Tuberositas tibiae (medial)
Innervasi : N. Tibialis
Aksio : Fleksi-knee dan endorotasi-knee
h) M. Semi
membranosus
Origo : Tuber ischiadicum
Insertion : Condylus medial tibiae dan lig. Popliteum oblicum
Innervasi : N. Tibialis
Aksio : Flexi-knee dan endorotasi
4)
Meniscus sendi lutut
· Meniscus medialis
Meniscus medialis berbentuk semi sirkulasi dan bersatu
dengan ligament collateral medial.
· Meniscus lateralis
Meniscus lateralis berbentuk hampir sirkuler, tempat-tempat perlengketannya
dekat satu sama lain. Meniscus lateralis tidak bersatu dengan kapsula atau
ligament collateral dan maka dari itu meniscus lateral lebih mobile daripada
meniscus medialis.
5)
Vascularisasi dan persarafan sendi lutut
· Regio femoralis anterior (A. femoralis)
Di regio femoralis anterior dibungkus oleh selubung yang
merupakan lanjutan dari jaringan ikat ektraperitonial dan dinamakan femoral
sheat yang dibungkus oleh fascia latae sedangkan dasarnya merupakan lekukan
yang dibentuk oleh mm.iliopsoas dan pectineus.
· Regio femoralis posterior
Di regio femoralis posterior terdapat a. perforantes yang
dipercabangkan dari a. profunda femoris
· Regio genu anterior
Di regio genu anterior tidak terdapat saraf dan pembuluh
darah yang besar. Pada sisi medial kira-kira selebar tangan, di sebelah dorsal
patella terdapat v. saphena magna.
· Regio posterior
Arteri genu superior lateralis berjalan ke lateral
proksimal terhadap condylus lateralis femoris tertutup oleh tendon M. biceps
femoris menuju M. vastus lateralis.
BIOMEKANIK
SENDI LUTUT
a. Osteokinematika
sendi lutut
Lutut
termasuk dalam sendi ginglyus (hinge modified) dan mempunyai gerak yang cukup
luas seperti sendi siku, luas gerak fleksinya cukup besar. Osteokinematika yang
memungkinkan terjadi pada sendi lutut adalah gerak flexi
dan extensi pada bidang segitiga dengan
lingkup gerak sendi untuk gerak fleksi sebesar + 140° hingga 150°bdengan posisi ekstensi 0° atau 5° dan gerak putaran keluar
40° hingga 45° dari awal midb posisi, 20.
Fleksi
sendi lutut adalah gerakan permukaan posterior ke bawah menjauhi permukaan posterior tungkai bawah.
Putaran ke dalam adalah gerakan yang membawa jari-jari ke arah sisi dalam tungkai (medial). Putaran keluar adalah
gerakan membawa jari-jari ke barah luar
(lateral) tungkai. Untuk putaran (rotasi) dapat terjadi posisi lutut fleksi
90°, R (<90°).
b.
Artrokinematika sendi lutut
Pada
kedua permukaan sendi lutut pergerakan yang terjadi meliputi gerak sliding dan
rolling, maka disinilah berlaku hukum konkaf-konvek. Hukum ini menyatakan bahwa
jika permukaan sendi cembung (konvek) bergerak pada permukaan sendi cekung
(konkaf) maka pergerakan sliding dan rolling berlawanan. Dan jika permukaan
sendi cekung, maka gerak slidding dan rolling searah´ (Mudasir, 2002). Pada
permukaan femur cembung (konvek) bergerak, maka gerakkan slidding dan rolling
berlawanan arah. Saat gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan
sliddingnya kebelakang. Dan pada permukaan tibia cekung (konkaf) bergerak,
fleksi ataupun ekstensi menuju ke depan atau ventral.
FRAKTUR SENDI LUTUT
« Fraktur Femur
Distal
a.
Batasan :
Merupakan fraktur meliputi daerah condylus femur sampai
dengan supracondylus femur (diatas condylus sampai hubungan metaphyse dengan
shaft femur)
b.
Klasifikasi :
Secara umum didasarkan pada bentuk fraktur (simple atau
communitive) atau dengan intrasticular/tindakan
-
Fraktur
supracondylar (menurut AO) (821. 23)
Tipe A : extra articular ]
Tipe B : unicondylar
Tipe C : bycondylar
-
Fraktur
intercondylar (Neer) (821. 23)
I : fraktur nondisplace bentuk “T” atau “Y”
IIa : fraktur bentuk “T” atau “Y” dengan displace medical
IIb : fraktur bentuk “T” atau “Y” dengan displace lateral
III : fraktur communitive ‘
c.
Diagnosa :
Klinis
-
Nyeri, bengkak,
deformitas, false movement, crepitasi haemathros limitasi ROM
-
Perhatian gannguan
vaskuler & neuro
Radiologis
- Foto femur AP/lat
d.
Komplikasi
Gangguan neurovaskuler, delayed/non union, mal union,
joint kontraktur, instability knee, infeksi, arthritis post trauma
e.
Terapi
-
Fracture impacted atau nondisplace well
molded cast brace long leg engan
aligment yang baik cast
6-8 mg
-
Frakture supracondylar skeletal
traksi cast brace
dispaced oblique atau balance suspension
transverse (px mud)
4 - 8 mg
- Frakture intracticular ORIF
displace bone graft
·
Yang tak bisa dipertahankan dengan traksi
·
dengan Gangguan neurovascular
·
dengan fracture tibia
·
fracture condylar isolated
f.
Rehabilitasi
-
Quadriceps
exercise, exercise extensi knee & dorso flexi kaki
-
Posisi post op :
dengan CPM 4-5 hari
-
Latihan berdiri
(toe touch) NWB hari 5-7 dengan cruth
-
PWB bertahab
(bervariasi sesuai bentuk & implant
yang di pasang)
· Fraktur
Patella
a. Batasan :
fraktur pada os patella karena gaya langsung atau tak
langsung
b. Klasifikasi
- Undiplace (822. 0)
- Transverse (822. 3)
- Pole atas
atau bawah (822. 0)
- Communitiva (822. 4)
- Vertikal (822. 2)
c. Diagnosa
Klinis
-
Nyeri, bengkak,
creptasi, defect antar fragmen, haemathros
-
Gangguan extensor
mechanisme lutut
Radiologi
-
Foto genu AP/lat
-
Bila perlu
sunrise/tangensial (untuk fraktur vertikal & fragmen osteohondral)
d. Komplikasi
-
Infeksi, sparasi
fragmen
-
Kelemahan quadricep
e. Terapi
Fraktur
– extensi knee aktif – permukaan artikular – gyps koche intact
gangguan
permukaan articular
- extensi knee aktif (-) ORIF
fraktur simple
transverse communitive stellase fr.
TBW
partial/total
patellectomy
f. Rehabilitasi
-
Post op sebaiknya
dengan immobilisasi cast minimal 3 mg
-
Quadricep exercise,
flexi exercise aktif supported
-
PWB mg ke-4
-
PWB mg ke-8
-
Floor contact hari
ke-5
· Fraktur tibial
plateau
a.
batasan :
fraktur pada daerah tibia proximal sampai dengan
permukaan articular
b.
Klasifikasi (Hohl)
1.
displace minimal
(< 4mm)
2.
Local depresion
(> 4mm)
3.
Split depresion
4.
Bicondylar
5.
Total condylar
c.
Diagnosa
-
Nyeri, bengkak,
crepitasi, defect antar fragmen, haemathros, gangguan ROM knee
Radiologi
-
Antero posterior
dan lateral bila perlu oblique atau tomogram, foto stress.
d.
Komplikasi
-
deformitas
varus/valgus, stiff knee, arthritis
e.
Terapi
f. Rehabilitasi
-
GE supported aktive
knee flexi 20-60”
-
Floor contact hr.
9-8
-
Post op tanpa
fixatie, CPM
-
PWB mg 10 –14
-
FWB mg 16 – 18
· Rupture
ligament cruciate
a.
Batasan
ACL :
Ligment cruciate yang berorigo pada sisi posterior medial condylus lateral
femur dan berinsersi pada inter spinosus tibia berfungsi sebagai stabilitas
lutut
PCL :
ligment cruciate yang berorigo pada sisi lateral condylus medial femur dan berinsersi pada
posterior tibia berfungsi sebagai
stabilitas lutut
b.
Klasifikasi :
Ruptur ligament cruciate berdasarkan derajat isntability
0
: normal
1+ : translasi < 0,5 cm
2+ : translasi 0,5 – 1
cm
3+ : translasi 1 - 1,5 cm
4+ : translasi > 15 cm
c.
Diagnosa
Klinis : Nyeri, bengkak, haemathros, sagging, limitasi
ROM
Test stabilitas lutut (dengan anesthesi lokal atau
general)
-
Drawer test
-
Lachman test
-
Quadricep test
Radiologis :
-
Foto genu : AP/Lat,
stress valgus/varus
-
Arthroscopy
-
Arthrography
d.
Komplikasi :
- Osteoarthritis, limitasi ROM lutut
Post rekonstruksi :
- infeksi, kekakuan otot, gangguan nerovaskular, nekrosis
kulit
e.
Terapi :
pertimbangan terapi meliputi : usia, aktifitas dan keluhan
Ruptur
ACL partial rehabilitasi
Avvulsi tulang reachment
Ruptur – isolated
– rehabilitasi
-
(+) MCL/LCL grade
III – rekonstruksi
-
fungsional –
rekonstruksi unstable
f. Rehabilitasi / konservasi
phase I (inflasi) selama 5 hari
-
anti inflasi
-
kompres es
-
immoblisasi
hari ke-5 dilanjutkan QE isometris
phase II : QE isometris
(stengthening sleve type brace – aktifitas lari –
jongkok, bersepeda, berenang)
phase III : mulai minggu 6 – 12
(aktifitas normal) skeve brace dipakai s/d 1 tahun
OSTEOARTHRITIS
1. Definisi
Osteoarthritis
merupakan suatu penyakit degeneratif (ketuaan) yang bersifat progresif yang biasanya menyerang pada cartilage sendi
diartrosis kemudian timbul pembentukkan tulang baru pada pinggir tulang.
2.
Etiologi
Pada
umumnya penderita Osteoarthritis lutut ini, etiologinya tidak diketahui. Namun
beberapa faktor yang disebut-sebut mempunyai peranan atas timbulnya
Osteoarthritis antara lain:
a. Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (40 tahun), ini karena
pada orang lanjut usia pembentukan dasar tulan rawan berkurang dan dapat
terjadi fibrosis tulang rawan. Dari semua faktor risiko timbulnya osteoartritis, faktor
ketuaan adalah yang terpenting. Prevalensi dan beratnya penyakit osteoartritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tidak pernah
ditemukan pada anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di
atas 60 tahun. Penderita osteoartritis genu meningkat pada usia lebih dari 65
tahun, baik secara klinik, maupun radiologik. Gambaran radiologik yang berat
(grade III dan IV menurut kriteria Kell-green-Lawrence) makin meningkat dengan
bertambahnya umur, yaitu 11,5% pada usia kurang dari 70 tahun, 17,8% pada umur
7079 tahun dan 19,4% pada usia lebih dari 80 tahun; wanita yang mempunyai
gambaran radiologik osteoartritis berat adalah 10,6% pada umur kurang dani 70
tahun, 17,6% pada umur 70-79 tahun dan 21,1% pada umur lebih dari 80 tahun;
sedangkan pada laki-laki 12,8% pada umur kurang dari 70 tahun, 18,2% pada umur
7079 tahun dan 17,9% pada umur lebih dari 80 tahun.
Prevalensi radiologik osteoartritis akan meningkat sesuai
dengan umur. Pada umur di bawah 45 tahun jarang didapatkan gambaran radiologik
yang berat. Pada usia tua gambanan radiologik osteoartritis genu yang berat
mencapai 20%. Pada penelitian lain didapatkan bahwa dengan makin meningkatnya
umur, maka beratnya osteoartritis secara radiologik akan meningkat secara
eksponensial.
b. Jenis kelamin
Sebelum usia 40 tahun kemungkinan laki-laki maupun
perempuan yang terkena ini sama. Namun setelah menopause frekuensi Osteoarthritis
meningkatkan pada perempuan. Wanita lebih sering terkena osteoartritis genu dan
laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelengan tangan dan
leher. Secara keseluruhan, dibawah usia 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang
lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas usia 50 tahun setelah
menopause frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita dibanding pria. Hal
ini menunjukkan adanya peran hormonal. Dari 500 pasien dengan osteoartritis
pada anggota badan, ternyata 41,9% adalah penderita osteoartritis genu dan
jumlah wanita lebih banyak dari laki-laki (1,3: 1)
c. Pekerjaan
Pekerjaan yang membebani lutut akan mempunyai resiko
terserang Osteoarthritis. Pekerjaan berat maupun pemakaian satu sendi yang terus-menerus berkaitan
dengan peningkatan risiko osteoartritis.Pekerjaan dan olah raga juga merupakan
faktor predisposisiosteoantrosis sendi lutut. Penelitian HANES I mendapatkan
bahwa pekerja yang banyak membebani sendi lutut akan mempunyai risiko terserang
osteoartritis genu lebih besar dibandingkan pekerja yang tidak banyak membebani
lutut
d. Kegemukan
Ini disebabhnkan karena penambahan beban tubuh pada sendi
lutut mengakibatkan kerusakan struktur sendi lutut bertambah cepat. Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya risiko untuk timbul osteoartritis pada wanita maupun pria. Maquet
berusaha menjelaskan secara biomekanika beban yang diterima lutut pada
obesitas. Pada keadaan normal, gaya berat badan akan melalui medial sendi lutut
dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral sehingga resultannya akan
jatuh pada bagian sentral sendi lutut. Pada keadaan obesitas, resultan gaya
tersebut akan bergeser ke medial sehingga beban yang diterima sendi lutut tidak
seimbang. Pada keadaan yang berat dapat timbul perubahan bentuk sendi menjadi
varus yang akan makin menggeser resultan gaya tersebut ke medial.
e.
Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis
tampak berbeda diantara masing-masing suku bangsa. osteoartritis genu lebih
sering ditemukan pada orang Asia, sedangkan osteoartritis panggul lebih sering
pada orang Kaukasia. osteoartritis paha lebih jarang pada kulit hitam dan asia
dibanding kaukasia. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan. Frekuensi
osteoartritis genu pada wanita kulit hitam lebih tinggi dibandingkan dengan
pada wanita kulit putih, sedangkan pada laki-laki, frekuensi pada kulit hitam
sama dengan pada kulit putih.
f.
Genetik
Adanya mutasi pada gen prokolagen II atau gen-gen
struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan seperti kolagen tipe IX dan XII,
protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada osteoartritis
g. Trauma
Resiko trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada
ligament, tendon, meniscus, bursapada sendi lutut
h. Faktor lain
Seperti kepadatan tulang yang terlalu tinggi dapat
meningkatkan risiko timbulnya. Osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena
tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang
diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih
mudah robek.
3.
Klasifikasi
Sehubungan
dengan dengan penyebabnya Osteoarthritis mempunyai dua bentuk yaitu :
a. Osteoarthritis primer / Idiopatik
Osteoarthritis primer jenis ini paling sering ditemukan
dimana faktor predisposisinya belum diketahui.
b. Osteoarthritis sekunder
Osteoarthritis sekunder merupakan jenis osteoarthritis pada sendi yang
sebelumnya sudah ditemukan kerusakan atau kelainan pada sendinya. Misalnya
dysplasia sendi arthritis.
4.
Patofisiologi
Pada
Osteoarthritis lutut yang pertama kali mendapat serangan adalah kartilago
sendi. Kartilago normal berfungsi untuk melicinkan gerakan dan mengurangi
tekanan pada tulang. Kelainan Osteoarthritis berawal dari berkurangnya atau
tidak terbentuknya substansi kartilago. Terjadilah perlunakan kartilago,
sehingga fungsi dari kartilago menjadi hilang. Lama-kelamaan akhirnya
kartilagomengalami pengikisan dan menjadi menipis. Setelah itu pada tepi
persendian terjadi pertumbuhan tulang baru yang lebih rapuh dan mempunyai duri
(osteofit). Osteofit ini semakin lama bertambah dan menekan
struktur-struktur disekitar kartilago, membrana synovial. Jika ada gerakan
persendian, osteofit dapat lepas dan masuk kedalam ruang sendi (cavum sendi), sehingga
pada permukaan persendian kasar dan tidak rata. Kejadian ini dapat menimbulkan
reaksi pada membrana synovial lebih banyak, maka terlihat sendi lutut bengkak.
Akhirnya terjadilah fibrosis dan kontraktur pada kapsul sendi.
Terdapat
dua perubahan morfologi utama yang mewarnai osteoartritis yaitu kerusakan
tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi
tulang rawan sendi dan tepi sendi (osteofit). Perubahan yang lebih dulu timbul,
sampai sekarang belum dimengerti.
Penelitian-penelitian
menunjukkan bahwa perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi telah
timbul sejak proses patologis osteoartritis. Perubahan tersebut berupa
peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang
rawan sendi (proteoglikan dan kolagen). Hal ini menyebabkan penurunan kadar
proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang
rawan sendi.
Saat
ini osteoartritis tidak dipandang hanya sebagai proses degeneratif saja, tetapi
juga merupakan suatu penyakit dengan proses aktif. Dengan adanya
perubahan-perubahan pada makromolekul tulang rawan tersebut, sifat-sifat
biomekanis tulang rawan sendi akan berubah. Hal ini akan menyebabkan tulang
rawan sendi rentan terhadap beban biasa. Permukaan tulang rawan sendi menjadi
tidak homogen, terpecah belah dengan robekan-robekan dan timbul ulserasi.
Dengan berkembangnya penyakit, tulang rawan sendi dapat hilang seluruhnya
sehingga tulang dibawahnya menjadi terbuka.
Pembentukan
tulang baru (osteofit) dipandang oleh beberapa ahli sebagai suatu proses
perbaikan untuk membentuk kembali persendian atau tepi sendi. Dengan menambah
luas permukaan sendi yang dapat menerima beban, osteofit mungkin dapat
memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi pada osteoartritis,
akan tetapi kaitan yang sebenarnya antara osteofit dengan kerusakan tulang
rawan sendi belum jelas, oleh karena osteofit dapat timbul pada saat tulang
rawan sendi masih kelihatan normal.
5.
Tanda dan gejala
Dibawah
ini ada beberapa keluhan yang serius diutarakan oleh penderita Osteoarthritis
antara lain:
a.
Nyeri sendi
Nyeri
pada sendi dapat timbul karena berbagai faktor antara lain akibat micro
fraktur di tulang persendian, iritasi saraf, tekanan pada ligament kongesti
pembuluh darah balik, tegangan otot, reumatik jaringan lunak atau sinovitis.
Biasanya nyeri bertambah bila bergerak dan berkurang bila istirahat. Beberapa
gerakan tertentu bahkan dapat menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat.
b.
Hambatan gerak sendi
Kesulitan
bergerak pada sendi sering timbul meskipun penyakitnya masih dini. Hal ini bisa
disebabkan oleh berbagai macam masalah seperti nyeri, spasme otot dan apabila
terus dibiarkan bisa menyebabkan kontraktur.
c. Kaku
sendi pagi (morning steafness)
Kaku
dan nyeri pada sendi bisa timbul setelah istirahat cukup lama, seperti duduk
terlalu lama atau setelah bangun tidur. Rasa kaku umumnya kurang dari 30 menit.
d. Adanya krepitasi
Rasa bergerak
pada sendi yang sakit bila digerakkan dapat dirasakan oleh penderita
ataupemeriksa, bahkan kadang dapat terdengar. Gejala ini sering terdapat pada
pemeriksa sendi lutut. Bunyi ini mungkin akibat gesekan kedua permukaan tulang
sendi saat digerakkan.
e.
Pembengkakan sendi
Pembengkakan
bisa terjadi akibat adanya cairan sendi yang biasanya tidak banyak (<100 cc)
atau karena adanya osteofit yang dapat mengubah permukaan sendi.
f.
Gangguan aktifitas fungsional
Yang
disebabkan oleh akumulasi keluhan dan juga ditambah oleh karena menurunnya
kekuatan otot.
g.
Tanda-tanda peradangan dan deformitas
Tanda
peradangan di persendiaan yang sakit kadang timbul, namun terkadang tidak
seperti nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat dan warna kemerahan. Selain
itu disertai juga perubahan bentuk sendi yang bisa disebabkan adanya perubahan
dipermukaan sendi, perubahan pada tulang dan timbul berbagai kecacatan seperti
valgus dan valrus.
6.
Pemeriksaan penunjang
Pada
sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena sudah cukup memberikan
gambaran diagnostik.
Gambaran
radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah:
· Penyempitan celah sendi yang sering asimetris (lebih
berat pada bagian yang menanggung beban)
· Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral)
·
Kista tulan
· Osteofit pada pinggir sendi
·
Perubahan struktur anatomi sendi
·
7. Terapi
·
Obat-obatan
Obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidakmampuan. Obat-obatan anti
inflamasi non steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi
viskositas, meskipun tak dapat memperbaiki ataupun menghentikan proses
patologis osteoarthritis.
·
Perlindungan sendi
Perlu
dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit misalnya dengan
modifikasi tempat duduk dan mengurangi aktivitas jongkok dan berlutut. Bila
diperlukan dapat juga menggunakan tongkat atau alat listrik yang dapat
meringankan kerja sendi.
·
Diet
Penurunan berat badan seringkali mengurangi timbulnya
keluhan.
·
Dukungan psikososial
Dukungan
psikososial diperlukan oleh pasien OA karena sifatnya yang menahun dan
ketidakmampuan yang ditimbulkan. Pasien kadang ingin menyembunyikan
kemampuannya tapi dia juga ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya.
·
Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan pasien
osteoarthritis, dapat berupa terapi panas dan dingin serta program latihan yang
tepat. Pemakaian panas sebelum latihan untuk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih akut diberikan terapi dingin. Berbagai sumber
panas dapat dipakai seperti hidrokolator, bantalan listrik, ultrasonik,
inframerah, diatermi, mandi parafin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi
dan memperkuat otot yang biasanya atropik di sekitar sendi OA. Latihan
isometrik lebih baik daripada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi.
·
Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien OA dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dapat dilakukan adalah osteotomi untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidak sesuaian, debridemen sendi untuk mengghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pembersihan osteofit, artroplasti parsial dan total, artrodesis dan
kondroplasti.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Buchol, ZRW et al :
Orthopaedic Deciasion Making, p. 28 – 29 BC Decker Inc. , Toronto,
Philadelphia, 1984
2. Schatzker J; Tile M. : The Rationale of Operative fracture care P. 133-172,
Springer-Varlag, Berlin Heidelberg, 1987
3. Darmojo R. Boedhi, Martono H. Hadi. Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut). Jakarta : Balai
Penerbit FK – UI, 1999
4. Murray C.J.L., Lopez A.D. The Global Burden of Disease.
Geneva : World Health Organization,
1996
5. Altman R.D. Criteria for the Classification of
Osteoarthritis. Journal of Rheumatology,
1991; 27 (suppl) : 10 – 12.
6. Setiyohadi Bambang. Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam
Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta,
2003 : 27 – 31.
http://physio.esaunggul.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=117:mobilisasi-lutut&catid=92:fisioterapi-muskuloskeletal&Itemid=