"A Man can't make a mistake can't make anything"

Thursday, 26 June 2014

AWAL 1 RAMADHAN 1435 H / 2014 jatuh ke sabtu 28 juni krn bulan sudah lewat garis nol 31 menit 17 detik

merupakan hasil hisab, ijtimak atau konjungsi awal bulan Ramadan jatuh pada Jumat 27 Juni, pukul 15:10:21WIB.  Adapun tinggi bulan di Yogyakarta adalah 0° 31′ 17″. Dengan kata lain pada saat terbenam matahari posisi hilal berada di atas ufuk sehingga tanggal 1 Ramadhan jatuh pada Sabtu, 28 Juni 2014. - See more at: http://depoknews.com/muhamamdiyah-1-ramadhan-1435-h-sabtu-28-juni-2014/#sthash.fhqeNn27.dpuf
merupakan hasil hisab, ijtimak atau konjungsi awal bulan Ramadan jatuh pada Jumat 27 Juni, pukul 15:10:21WIB.  Adapun tinggi bulan di Yogyakarta adalah 0° 31′ 17″. Dengan kata lain pada saat terbenam matahari posisi hilal berada di atas ufuk sehingga tanggal 1 Ramadhan jatuh pada Sabtu, 28 Juni 2014. - See more at: http://depoknews.com/muhamamdiyah-1-ramadhan-1435-h-sabtu-28-juni-2014/#sthash.fhqeNn27.dpuf

Sunday, 22 June 2014

BURN / COMBUSTIO IN CHILDREN



Epidemiology
·       3rd leading cause of accidental death amongst children
·       Mortality – higher for children and the elderly
·       2005: >120,000 children <15 years of age received care in ED for burns / COMBUSTIO
·       Children <5 years old: 65% scald injuries
·       5-20 years old: 27% scald injuries
·       Non-accidental burns: estimated as high as 20% of burn admissions
·       Inhalational injury increases mortality significantly

Pathophysiology:
1.     Local injury: heat denatures and coagulates protein => irreversible tissue destruction
o   Surrounding this => zone of decreased tissue perfusion (salvageable tissue)
o   Young children have thinner skin => deeper burns
o   Increased capillary leak around burn
2.     Systemic response: release of vasoactive mediators from tissue: cytokines, prostaglandins, O2 radicals
o   >15% burn in young children, >20% burn in older children: systemic response to mediators
o   Systemic capillary leak lasts 18-24 hours => burn shock/SIRS
o   Immunosppuression
o   Local destruction of RBC’s
o   Myocardial depression
o   Hypermetabolic response: catecholamine release, glucagon, cortisol elevation
3.     Advocacy: with140-150 degree water (normal for home water heater): 3rd degree burn in approximately 2 seconds
o   Reset water heaters to 120 degrees
Classification of Burns:
·       Depth of burns                                   : based on intensity and duration of thermal exposure
·       Superficial burns (1st degree)           : erythematous, painful
o   Only involve outer layer of epidermis (fluid loss not an issue)
o   Heal without scarring in 4-5 days
·       Partial thickness burns (2nd degree)
o   Superficial partial thickness: red and painful with blister formation
Partial destruction of dermis
Weeping/moist appearance
Healing in 7-10 days with minimal scarring
o   Deep partial thickness: greater than 50% of dermis lost
White, pale, less painful (nerve fibers destroyed)
2-3 weeks to heal, severe scarring can occur, contractures
May requires skin grafting
·       Full thickness burns (3rd degree): white, waxy, leathery
o   No bleeding, painless
o   High risk for infection and fluid loss
·       Fourth degree burn    : destruction of underlying structures – tendons, nerves, muscle, bone, deep fascia

Estimation of Burn Area (do not include superficial burns)            :
·       Adolescents/adults: rule of 9’s
o Head/Arm: 9% each
o Leg, anterior trunk, posterior trunk: 18%
o Neck and groin: 1% each
·       Children: surface of child’s palm = 0.5% TBSA
o Modified Lund and Brower chart (see image)


PENANGANAN TRAUMA GENU TERKINI



PENDAHULUAN

Dalam kegiatan sehari-hari tubuh manusia ditentukan oleh kemampuan fungsional anggota gerak, yang menggunakan tungkai bawah untuk berjalan. Dan lutut adalah salah satu bagian yang sangat penting, karena sendi lutut merupakan sendi yang menopang berat badan. Apabila struktur pembentukkan sendi lutut mengalami kelainan maka dapat mengalami penurunan aktifitas fungsional, kelainan tersebut bisa berupa trauma, obesitas dan degenerasi menunjukkan peningkatan.
Salah satu faktor resiko terbesar terkena sakit lutut adalah kelebihan berat badan. Sewaktu berat badan bertambah, maka bertambah pula tekanan pada sendi lutut. Bahkan aktivitas biasa seperti berjalan atau naik turun tangga bisa menyebabkan banyak beban pada sendi. Hal ini juga meningkatkan risiko osteoarthritis dengan mempercepat rusaknya tulang rawan. Cidera pada lutut juga bisa terjadi karena digunakan terlalu sering, olahraga atau aktivitas fisik, tidak pemanasan dan perenggangan tubuh sebelum olahraga, masalah dengan posisi dan trauma (karena kecelakaan, jatuh atau pukulan langsung sampai lutut).
Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif (ketuaan) progresif yang biasanya menyerang pada cartilago sendi diartrosis, kemudian timbul pembentukkan tulang baru pada pinggir tulang.. Perubahan degeneratif pada sendi merupakan akibat normal dari stress yang berulang dari jaringan yang menua. Pada penderita osteoarthritis lutut datang dengan keluhan sakit / nyeri yang hilang timbul yang sudah menahun pada lututnya dan lama kelamaan kekuatan otot berkurang, tidak mampu untuk naik tangga, sulit jongkok. Tetapi jika proses ini terjadi secara berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat. Maka keluhan tersebut mengakibatkan penderita akan mengalami gangguan aktifitas sehari-hari





ANATOMI DAN FISIOLOGI SENDI LUTUT

Sendi lutut merupakan sendi yang terbesar pada tubuh manusia. Sendi ini terletakpada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis, lateralis dan condylus tibiae yang terkait dalam sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies patellaris femoris.

1) Tulang pembentuk sendi lutut
Sendi lutut dibentuk dari tiga buah tulang yaitu tulang femur, tulang tibia, tulang fibula dan tulang patella.
a. Tulang femur
Merupakan tulang panjang yang bersendi keatas dengan pelvis dan kebawah dengan tulang tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis proksimal, diaphysis dan epiphysis distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepanjang yang disebut condylous femoralis lateralis dan medialis. Dibagian proksimal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut epicondilus lateralis dan medialis. Bila dilihat dari depan, terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut facies patelaris yang nantinya bersendi dengan tulang patella. Dan bila dilihat dari belakang, diantara condylus lateralis dan medialis terdapat cekungan yang disebut fossa intercondyloideal.
b. Tulang patella
Merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dengan bentuk segitiga dan gepeng dengan aspex menghadap kearah distal. Pada permukaan depan atau anterior tulang patella kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki permukaan sendi yang lebih besar dan facies medial yang lebih kecil.
c. Tulang tibia
Merupakan salah satu tulang tungkai bawah selain tulang fibula, tibia merupakan tulang kuat satu-satunya yang menghubungkan femur dan tumit kaki. Seperti halnya tulang femur, tulang tibia dibagi tiga bagian, bagian ujung proksimal, corpus dan ujung distal bagian dari tulang tibia yang membentuk sendi lutut adalah bagian proksimal, dimana pada bagian ujung proksimal terdapat condillus medialis dan tubercullum inter condiloseum lateral. Didepan dan dibelakang eminentia terdapat fossa intercondilodea anterior dan posterior.

d. Tulang fibula
Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang, terletak di sebelah lateral dari tibia juga terdiri dari tiga bagian : epiphysis proximal, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum fibula yang keproximal.
2) Jaringan lunak sekitar sendi lutut
a. Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah meniscus lateralis. Adapun fungsi meniscus adalah:
·       Penyebaran pembebanan
·       Peredam kejut (shock absorber)
·       Mempermudah gerakan rotasi
·       Mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi
b. Bursa
Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membrane synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain :
·       bursa popliteus
·       bursa supra patellaris
·       bursa infra patellaris
·       bursa subcutan prapatelaris
·       bursa sub patellaris

c. Ligamen-ligamen Sendi Lutut
Ligamen mempunyai sifat yang cukup lentur dan jaringannya cukup kuat yang berfungsi sebagai pembatas gerakan dan stabilitas sendi.
Ada beberapa ligamen sendi lutut yaitu :
1.     Ligamentum cruciatum anterior
Berjalan dari depan fossa intercondyloidea anterior ke permukaan medial condilus lateralis femoris yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan.
2.     Ligamentum cruciatum posterior
Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femoris menuju ke fossa intercondylodea tibia yang berfungsi menahan bergesernya tibia ke arah belakang.
3.     Ligamentum collateral lateral
Berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar.
4.     Ligamentum collateral mediale
Berjalan dari epicondylus medial ke permukaan medial tibia (epicondylus medialis tibia) yang berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam eksorotasi. Namun secara bersamaan fungsi ± fungsi ligament collateralle menahan bergesernya tibia ke depan pada lutut 90°.
5.     Ligamentum patella
Yang merupakan lanjutan dari tendon M. Quadriceps Femoris yang berjalan dari patella ke tuberositas tibia.
6.     Ligamentum retinacullum patella lateral dan medial
Ligament ini berada disebelah lateral dari tendon M. Quadricep Femoris dan berjalan menuju tibia, dimana ligamen-ligamen ini melekat dengan tuberositas tibia.

7.     Ligamentum popliteum articuatum
Terletak pada daerah condylus lateralis femoris erat hubungannya dengan M. Popliteum.
8.     Ligamentum popliteum oblicum
Berjalan dari condylus lateralis femoris kemudian turun menyilang menuju fascia popliteum yang berfungsi mencegah hyperekstensi lutut.

3) Otot-otot sendi lutut
a) Otot-otot pada bagian depan tungkai atas (M. Quadriceps Femoris)
a) M. Rectus Femoris
            Origo               : Spina iliaca anterior superior
            Insertion          : Tuberositas tibiae melalui ligament patella
            Innervasi         : N. Femoralis
            Aksio              : Ekstensi tungkai bawah
b) M. Vastus Medialis
            Origo               : Bagian paling caudal line intertrochanterica Labium Mediale linea aspera
            Insertion          : Tepi medial tendon M. Rectus femoris bagian Lateral patella
            Innervasi         : N. Femoralis
            Aksio              : Ekstensi tungkai bawah

c) M. Vastus Intermedius
            Origo               : Permukaan anterior dan lateral femur
            Insertion          : Tendon M. Rectus femoris
            Innervasi         : N. Femoralis
            Aksio              : Ekstensi tungkai bawah

d) M. Vastus Lateralis
            Origo               : Permukaan anterior dan caudal trochanter mayor
            Insertion          : Tepi lateral tendon M.Rectus femoris
            Innervasi         : N. Femoralis
            Aksio              : Ekstensi tungkai bawah



b) Otot-otot pada bagian belakang tungkai atas

a) M. Adductor Magnus
Origo               : Ramus ossis ischii
Insertion          : 2/3 proximal linea aspera
Innervasi         : N. Obturatorius dan N. ischiadicus
Aksio              : adduksi-hip
b) M. Piriformis
Origo               : Os sacrum, facies pelvic (plexus scaralis)
            Insertion          : Tepi patella, tuberositas tibia
            Innervasi         : N. Femoralis
            Aksio              : Exorotasi dan adduksi hip
c) M. Sartorius
Origo               : Sias
            Insertion          : Tuberositas tibia
            Innervasi         : N. Femoralis
Aksio              : Fleksi-knee dan abduction-hip
d) M. Gracilis
Origo               : Ramus inferior ossis pubis
Insertion          : Mediale tuberositas tibiae
Innervasi         : N. Obturatorius
Aksio              : Adduksi-hip dan fleksi
e) M.Gastrocnemius
Origo               : - Caput mediale : epicondylus medialis femoris
  - Caput laterale : epicondylus lateralis femoris
            Insertion          : - Tuber calcanei dengan perantara tendo calcanei achilles
                                      - Facies posterior fibulae dan Linea poplitea tibiae
            Innervasi         : N. Tibialis
            Aksio              : Fleksi tungkai bawah
f) M. Biceps femoris
            Origo               : - Caput longum        : Tuber ischiadicum
     - Caput brevis           : Labium lateral linea aspera
            Insertion          : - Capitulum fibulae
                                      - Condylus lateralis tibiae
            Innervasi         : - N. Tibialis
                                      - N. Peroneus Communis
            Aksio              : Fleksi pada articulation coxae
g) M. Semitendinosus
            Origo               : Tuber ischiadicum
            Insertion          : Tuberositas tibiae (medial)
            Innervasi         : N. Tibialis
            Aksio              : Fleksi-knee dan endorotasi-knee
h) M. Semi membranosus
            Origo               : Tuber ischiadicum
            Insertion          : Condylus medial tibiae dan lig. Popliteum oblicum
            Innervasi         : N. Tibialis
            Aksio              : Flexi-knee dan endorotasi

4) Meniscus sendi lutut

·       Meniscus medialis
Meniscus medialis berbentuk semi sirkulasi dan bersatu dengan ligament collateral medial.
·       Meniscus lateralis
Meniscus lateralis berbentuk hampir sirkuler, tempat-tempat perlengketannya dekat satu sama lain. Meniscus lateralis tidak bersatu dengan kapsula atau ligament collateral dan maka dari itu meniscus lateral lebih mobile daripada meniscus medialis.

5) Vascularisasi dan persarafan sendi lutut
·       Regio femoralis anterior (A. femoralis)
Di regio femoralis anterior dibungkus oleh selubung yang merupakan lanjutan dari jaringan ikat ektraperitonial dan dinamakan femoral sheat yang dibungkus oleh fascia latae sedangkan dasarnya merupakan lekukan yang dibentuk oleh mm.iliopsoas dan pectineus.
·       Regio femoralis posterior
Di regio femoralis posterior terdapat a. perforantes yang dipercabangkan dari a. profunda femoris
·       Regio genu anterior
Di regio genu anterior tidak terdapat saraf dan pembuluh darah yang besar. Pada sisi medial kira-kira selebar tangan, di sebelah dorsal patella terdapat v. saphena magna.
·       Regio posterior
Arteri genu superior lateralis berjalan ke lateral proksimal terhadap condylus lateralis femoris tertutup oleh tendon M. biceps femoris menuju M. vastus lateralis.

BIOMEKANIK SENDI LUTUT

a. Osteokinematika sendi lutut
Lutut termasuk dalam sendi ginglyus (hinge modified) dan mempunyai gerak yang cukup luas seperti sendi siku, luas gerak fleksinya cukup besar. Osteokinematika yang  memungkinkan terjadi pada sendi lutut adalah gerak flexi dan extensi pada bidang segitiga dengan lingkup gerak sendi untuk gerak fleksi sebesar + 140° hingga 150°bdengan posisi ekstensi 0° atau 5° dan gerak putaran keluar 40° hingga 45° dari awal midb posisi, 20.
Fleksi sendi lutut adalah gerakan permukaan posterior ke bawah menjauhi permukaan posterior tungkai bawah. Putaran ke dalam adalah gerakan yang membawa jari-jari ke arah sisi dalam tungkai (medial). Putaran keluar adalah gerakan membawa jari-jari ke barah luar (lateral) tungkai. Untuk putaran (rotasi) dapat terjadi posisi lutut fleksi 90°, R (<90°).

b. Artrokinematika sendi lutut
Pada kedua permukaan sendi lutut pergerakan yang terjadi meliputi gerak sliding dan rolling, maka disinilah berlaku hukum konkaf-konvek. Hukum ini menyatakan bahwa jika permukaan sendi cembung (konvek) bergerak pada permukaan sendi cekung (konkaf) maka pergerakan sliding dan rolling berlawanan. Dan jika permukaan sendi cekung, maka gerak slidding dan rolling searah´ (Mudasir, 2002). Pada permukaan femur cembung (konvek) bergerak, maka gerakkan slidding dan rolling berlawanan arah. Saat gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan sliddingnya kebelakang. Dan pada permukaan tibia cekung (konkaf) bergerak, fleksi ataupun ekstensi menuju ke depan atau ventral.



FRAKTUR SENDI LUTUT

« Fraktur Femur Distal
a.      Batasan :
Merupakan fraktur meliputi daerah condylus femur sampai dengan supracondylus femur (diatas condylus sampai hubungan metaphyse dengan shaft femur)

b.     Klasifikasi :
Secara umum didasarkan pada bentuk fraktur (simple atau communitive) atau dengan intrasticular/tindakan
-        Fraktur supracondylar (menurut AO) (821. 23)
Tipe A : extra articular ]
Tipe B : unicondylar
Tipe C : bycondylar 
-        Fraktur intercondylar (Neer) (821. 23)
I        : fraktur nondisplace bentuk “T” atau “Y”
IIa     : fraktur bentuk “T” atau “Y” dengan displace medical
IIb     : fraktur bentuk “T” atau “Y” dengan displace lateral
III     : fraktur communitive ‘

c.      Diagnosa :
Klinis
-        Nyeri, bengkak, deformitas, false movement, crepitasi haemathros limitasi ROM
-        Perhatian gannguan vaskuler & neuro
Radiologis
- Foto femur AP/lat

d.     Komplikasi
Gangguan neurovaskuler, delayed/non union, mal union, joint kontraktur, instability knee, infeksi, arthritis post trauma

e.      Terapi
- Fracture impacted atau nondisplace       well molded        cast brace long leg engan aligment yang baik                                  cast 6-8 mg
- Frakture supracondylar           skeletal traksi         cast brace
   dispaced oblique atau        balance suspension
1
 
   transverse (px mud)           4 -  8 mg 
  
- Frakture intracticular         ORIF
displace                              bone graft  
·        Yang tak bisa dipertahankan dengan traksi
·        dengan Gangguan neurovascular
·        dengan fracture tibia
·        fracture condylar isolated

f.      Rehabilitasi
-        Quadriceps exercise, exercise extensi knee & dorso flexi kaki
-        Posisi post op : dengan CPM 4-5 hari
-        Latihan berdiri (toe touch) NWB hari 5-7 dengan cruth
-        PWB bertahab (bervariasi sesuai  bentuk & implant yang di pasang)

·       Fraktur Patella
a. Batasan :
fraktur pada os patella karena gaya langsung atau tak langsung

b. Klasifikasi
  1. Undiplace (822. 0)
  2. Transverse (822. 3)
  3. Pole  atas atau bawah (822. 0)
  4. Communitiva (822. 4)
  5. Vertikal (822. 2)

c. Diagnosa
Klinis
-        Nyeri, bengkak, creptasi, defect antar fragmen, haemathros
-        Gangguan extensor mechanisme lutut

Radiologi
-        Foto genu AP/lat
-        Bila perlu sunrise/tangensial (untuk fraktur vertikal & fragmen osteohondral)

d. Komplikasi
-        Infeksi, sparasi fragmen
-        Kelemahan quadricep

e. Terapi
Fraktur – extensi knee aktif – permukaan artikular – gyps koche intact
                                                gangguan permukaan articular
            - extensi knee aktif (-)        ORIF
                                    fraktur simple transverse    communitive stellase fr.

                                             TBW                          partial/total patellectomy

f. Rehabilitasi
-        Post op sebaiknya dengan immobilisasi cast minimal 3 mg
-        Quadricep exercise, flexi exercise aktif supported
-        PWB mg ke-4
-        PWB mg ke-8
-        Floor contact hari ke-5

·       Fraktur tibial plateau
a.      batasan :
fraktur pada daerah tibia proximal sampai dengan permukaan articular
b.     Klasifikasi (Hohl)
1.     displace minimal (< 4mm)
2.     Local depresion (> 4mm)
3.     Split depresion
4.     Bicondylar
5.     Total condylar

c.      Diagnosa
-        Nyeri, bengkak, crepitasi, defect antar fragmen, haemathros, gangguan ROM knee
Radiologi
-        Antero posterior dan lateral bila perlu oblique atau tomogram, foto stress.

d.     Komplikasi
-        deformitas varus/valgus, stiff knee, arthritis

e.   Terapi

f. Rehabilitasi
-        GE supported aktive knee flexi 20-60”
-        Floor contact hr. 9-8
-        Post op tanpa fixatie, CPM
-        PWB mg 10 –14
-        FWB mg 16 – 18

·       Rupture ligament cruciate
a.      Batasan
ACL : Ligment cruciate yang berorigo pada sisi posterior medial condylus lateral femur dan berinsersi pada inter spinosus tibia berfungsi sebagai stabilitas lutut
PCL : ligment cruciate yang berorigo pada sisi lateral  condylus medial femur dan berinsersi pada posterior  tibia berfungsi sebagai stabilitas lutut

b.     Klasifikasi :
Ruptur ligament cruciate berdasarkan derajat isntability
0                    : normal
1+          : translasi < 0,5 cm
2+          : translasi  0,5 – 1 cm 
3+          : translasi 1 - 1,5 cm
4+          : translasi > 15 cm

c.      Diagnosa
Klinis : Nyeri, bengkak, haemathros, sagging, limitasi ROM
Test stabilitas lutut (dengan anesthesi lokal atau general)
-        Drawer test
-        Lachman test
-        Quadricep test
Radiologis :
-        Foto genu : AP/Lat, stress valgus/varus
-        Arthroscopy
-        Arthrography

d.     Komplikasi :
- Osteoarthritis, limitasi ROM lutut
Post rekonstruksi :
- infeksi, kekakuan otot, gangguan nerovaskular, nekrosis kulit

e.      Terapi : pertimbangan terapi meliputi : usia, aktifitas dan keluhan

 

 
 
Ruptur ACL          partial           rehabilitasi
                              Avvulsi tulang          reachment
                              Ruptur – isolated – rehabilitasi
-   (+) MCL/LCL grade III – rekonstruksi
-   fungsional – rekonstruksi unstable

f.    Rehabilitasi / konservasi
      phase I (inflasi) selama 5 hari
-        anti inflasi
-        kompres es
-        immoblisasi
hari ke-5 dilanjutkan QE isometris
phase II : QE isometris
(stengthening sleve type brace – aktifitas lari – jongkok, bersepeda, berenang)
phase III : mulai minggu 6 – 12
(aktifitas normal) skeve brace dipakai s/d 1 tahun



OSTEOARTHRITIS

1. Definisi
Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif (ketuaan) yang bersifat progresif  yang biasanya menyerang pada cartilage sendi diartrosis kemudian timbul pembentukkan tulang baru pada pinggir tulang.

2. Etiologi
Pada umumnya penderita Osteoarthritis lutut ini, etiologinya tidak diketahui. Namun beberapa faktor yang disebut-sebut mempunyai peranan atas timbulnya Osteoarthritis antara lain:
a.      Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (40 tahun), ini karena pada orang lanjut usia pembentukan dasar tulan rawan berkurang dan dapat terjadi fibrosis tulang rawan. Dari semua faktor risiko timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terpenting. Prevalensi dan beratnya penyakit osteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tidak pernah ditemukan pada anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun. Penderita osteoartritis genu meningkat pada usia lebih dari 65 tahun, baik secara klinik, maupun radiologik. Gambaran radiologik yang berat (grade III dan IV menurut kriteria Kell-green-Lawrence) makin meningkat dengan bertambahnya umur, yaitu 11,5% pada usia kurang dari 70 tahun, 17,8% pada umur 7079 tahun dan 19,4% pada usia lebih dari 80 tahun; wanita yang mempunyai gambaran radiologik osteoartritis berat adalah 10,6% pada umur kurang dani 70 tahun, 17,6% pada umur 70-79 tahun dan 21,1% pada umur lebih dari 80 tahun; sedangkan pada laki-laki 12,8% pada umur kurang dari 70 tahun, 18,2% pada umur 7079 tahun dan 17,9% pada umur lebih dari 80 tahun.
Prevalensi radiologik osteoartritis akan meningkat sesuai dengan umur. Pada umur di bawah 45 tahun jarang didapatkan gambaran radiologik yang berat. Pada usia tua gambanan radiologik osteoartritis genu yang berat mencapai 20%. Pada penelitian lain didapatkan bahwa dengan makin meningkatnya umur, maka beratnya osteoartritis secara radiologik akan meningkat secara eksponensial.

b.     Jenis kelamin
Sebelum usia 40 tahun kemungkinan laki-laki maupun perempuan yang terkena ini sama. Namun setelah menopause frekuensi Osteoarthritis meningkatkan pada perempuan. Wanita lebih sering terkena osteoartritis genu dan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelengan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah usia 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas usia 50 tahun setelah menopause frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita dibanding pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal. Dari 500 pasien dengan osteoartritis pada anggota badan, ternyata 41,9% adalah penderita osteoartritis genu dan jumlah wanita lebih banyak dari laki-laki (1,3: 1)


c.      Pekerjaan
Pekerjaan yang membebani lutut akan mempunyai resiko terserang Osteoarthritis. Pekerjaan berat maupun pemakaian satu sendi yang terus-menerus berkaitan dengan peningkatan risiko osteoartritis.Pekerjaan dan olah raga juga merupakan faktor predisposisiosteoantrosis sendi lutut. Penelitian HANES I mendapatkan bahwa pekerja yang banyak membebani sendi lutut akan mempunyai risiko terserang osteoartritis genu lebih besar dibandingkan pekerja yang tidak banyak membebani lutut
d.     Kegemukan
Ini disebabhnkan karena penambahan beban tubuh pada sendi lutut mengakibatkan kerusakan struktur sendi lutut bertambah cepat. Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbul osteoartritis pada wanita maupun pria. Maquet berusaha menjelaskan secara biomekanika beban yang diterima lutut pada obesitas. Pada keadaan normal, gaya berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral sehingga resultannya akan jatuh pada bagian sentral sendi lutut. Pada keadaan obesitas, resultan gaya tersebut akan bergeser ke medial sehingga beban yang diterima sendi lutut tidak seimbang. Pada keadaan yang berat dapat timbul perubahan bentuk sendi menjadi varus yang akan makin menggeser resultan gaya tersebut ke medial.
e.      Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis tampak berbeda diantara masing-masing suku bangsa. osteoartritis genu lebih sering ditemukan pada orang Asia, sedangkan osteoartritis panggul lebih sering pada orang Kaukasia. osteoartritis paha lebih jarang pada kulit hitam dan asia dibanding kaukasia. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan. Frekuensi osteoartritis genu pada wanita kulit hitam lebih tinggi dibandingkan dengan pada wanita kulit putih, sedangkan pada laki-laki, frekuensi pada kulit hitam sama dengan pada kulit putih.
f.      Genetik
Adanya mutasi pada gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis
g.     Trauma
Resiko trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada ligament, tendon, meniscus, bursapada sendi lutut
h.     Faktor lain
Seperti kepadatan tulang yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko timbulnya. Osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.


3. Klasifikasi
Sehubungan dengan dengan penyebabnya Osteoarthritis mempunyai dua bentuk yaitu :
a.     Osteoarthritis primer / Idiopatik
Osteoarthritis primer jenis ini paling sering ditemukan dimana faktor predisposisinya belum diketahui.
b.     Osteoarthritis sekunder
Osteoarthritis sekunder merupakan jenis osteoarthritis pada sendi yang sebelumnya sudah ditemukan kerusakan atau kelainan pada sendinya. Misalnya dysplasia sendi arthritis.

4. Patofisiologi
Pada Osteoarthritis lutut yang pertama kali mendapat serangan adalah kartilago sendi. Kartilago normal berfungsi untuk melicinkan gerakan dan mengurangi tekanan pada tulang. Kelainan Osteoarthritis berawal dari berkurangnya atau tidak terbentuknya substansi kartilago. Terjadilah perlunakan kartilago, sehingga fungsi dari kartilago menjadi hilang. Lama-kelamaan akhirnya kartilagomengalami pengikisan dan menjadi menipis. Setelah itu pada tepi persendian terjadi pertumbuhan tulang baru yang lebih rapuh dan mempunyai duri (osteofit). Osteofit ini semakin lama bertambah dan menekan struktur-struktur disekitar kartilago, membrana synovial. Jika ada gerakan persendian, osteofit dapat lepas dan masuk kedalam ruang sendi (cavum sendi), sehingga pada permukaan persendian kasar dan tidak rata. Kejadian ini dapat menimbulkan reaksi pada membrana synovial lebih banyak, maka terlihat sendi lutut bengkak. Akhirnya terjadilah fibrosis dan kontraktur pada kapsul sendi.
Terdapat dua perubahan morfologi utama yang mewarnai osteoartritis yaitu kerusakan tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi dan tepi sendi (osteofit). Perubahan yang lebih dulu timbul, sampai sekarang belum dimengerti.
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi telah timbul sejak proses patologis osteoartritis. Perubahan tersebut berupa peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen). Hal ini menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi.
Saat ini osteoartritis tidak dipandang hanya sebagai proses degeneratif saja, tetapi juga merupakan suatu penyakit dengan proses aktif. Dengan adanya perubahan-perubahan pada makromolekul tulang rawan tersebut, sifat-sifat biomekanis tulang rawan sendi akan berubah. Hal ini akan menyebabkan tulang rawan sendi rentan terhadap beban biasa. Permukaan tulang rawan sendi menjadi tidak homogen, terpecah belah dengan robekan-robekan dan timbul ulserasi. Dengan berkembangnya penyakit, tulang rawan sendi dapat hilang seluruhnya sehingga tulang dibawahnya menjadi terbuka.
Pembentukan tulang baru (osteofit) dipandang oleh beberapa ahli sebagai suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali persendian atau tepi sendi. Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima beban, osteofit mungkin dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi pada osteoartritis, akan tetapi kaitan yang sebenarnya antara osteofit dengan kerusakan tulang rawan sendi belum jelas, oleh karena osteofit dapat timbul pada saat tulang rawan sendi masih kelihatan normal.

5. Tanda dan gejala
Dibawah ini ada beberapa keluhan yang serius diutarakan oleh penderita Osteoarthritis antara lain:
a. Nyeri sendi
Nyeri pada sendi dapat timbul karena berbagai faktor antara lain akibat micro fraktur di tulang persendian, iritasi saraf, tekanan pada ligament kongesti pembuluh darah balik, tegangan otot, reumatik jaringan lunak atau sinovitis. Biasanya nyeri bertambah bila bergerak dan berkurang bila istirahat. Beberapa gerakan tertentu bahkan dapat menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat.

b. Hambatan gerak sendi
Kesulitan bergerak pada sendi sering timbul meskipun penyakitnya masih dini. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai macam masalah seperti nyeri, spasme otot dan apabila terus dibiarkan bisa menyebabkan kontraktur.

c. Kaku sendi pagi (morning steafness)
Kaku dan nyeri pada sendi bisa timbul setelah istirahat cukup lama, seperti duduk terlalu lama atau setelah bangun tidur. Rasa kaku umumnya kurang dari 30 menit.

d. Adanya krepitasi
Rasa bergerak pada sendi yang sakit bila digerakkan dapat dirasakan oleh penderita ataupemeriksa, bahkan kadang dapat terdengar. Gejala ini sering terdapat pada pemeriksa sendi lutut. Bunyi ini mungkin akibat gesekan kedua permukaan tulang sendi saat digerakkan.

e. Pembengkakan sendi
Pembengkakan bisa terjadi akibat adanya cairan sendi yang biasanya tidak banyak (<100 cc) atau karena adanya osteofit yang dapat mengubah permukaan sendi.

f. Gangguan aktifitas fungsional
Yang disebabkan oleh akumulasi keluhan dan juga ditambah oleh karena menurunnya kekuatan otot.

g. Tanda-tanda peradangan dan deformitas
Tanda peradangan di persendiaan yang sakit kadang timbul, namun terkadang tidak seperti nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat dan warna kemerahan. Selain itu disertai juga perubahan bentuk sendi yang bisa disebabkan adanya perubahan dipermukaan sendi, perubahan pada tulang dan timbul berbagai kecacatan seperti valgus dan valrus.

6.     Pemeriksaan penunjang
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena sudah cukup memberikan gambaran diagnostik.
Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah:
·       Penyempitan celah sendi yang sering asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban)
·       Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral)
·       Kista tulan
·       Osteofit pada pinggir sendi
·       Perubahan struktur anatomi sendi
·        
   


7.     Terapi
·       Obat-obatan
Obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidakmampuan. Obat-obatan anti inflamasi non steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi viskositas, meskipun tak dapat memperbaiki ataupun menghentikan proses patologis osteoarthritis.
·       Perlindungan sendi
Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit misalnya dengan modifikasi tempat duduk dan mengurangi aktivitas jongkok dan berlutut. Bila diperlukan dapat juga menggunakan tongkat atau alat listrik yang dapat meringankan kerja sendi.
·       Diet
Penurunan berat badan seringkali mengurangi timbulnya keluhan.
·       Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan oleh pasien OA karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuan yang ditimbulkan. Pasien kadang ingin menyembunyikan kemampuannya tapi dia juga ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya.
·       Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan pasien osteoarthritis, dapat berupa terapi panas dan dingin serta program latihan yang tepat. Pemakaian panas sebelum latihan untuk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih akut diberikan terapi dingin. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti hidrokolator, bantalan listrik, ultrasonik, inframerah, diatermi, mandi parafin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik di sekitar sendi OA. Latihan isometrik lebih baik daripada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi.
·       Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien OA dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dapat dilakukan adalah osteotomi untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidak sesuaian, debridemen sendi untuk mengghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pembersihan osteofit, artroplasti parsial dan total, artrodesis dan kondroplasti.
DAFTAR PUSTAKA

1.   Buchol, ZRW et al : Orthopaedic Deciasion Making, p. 28 – 29 BC Decker Inc. , Toronto, Philadelphia, 1984
2.   Schatzker J; Tile M. : The Rationale of Operative fracture care P. 133-172, Springer-Varlag, Berlin Heidelberg, 1987
3.   Darmojo R. Boedhi, Martono H. Hadi. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FK – UI, 1999  
4.   Murray C.J.L., Lopez A.D. The Global Burden of Disease. Geneva : World Health Organization, 1996
5.   Altman R.D. Criteria for the Classification of Osteoarthritis. Journal of Rheumatology, 1991; 27 (suppl) : 10 – 12.
6.   Setiyohadi Bambang. Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta, 2003 : 27 – 31.
http://physio.esaunggul.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=117:mobilisasi-lutut&catid=92:fisioterapi-muskuloskeletal&Itemid=