BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) disebut juga sebagai Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN),
dahulu lebih dikenal dengan Acquired
Prothrombin Complex Deficiency (APCD). PDVK adalah perdarahan spontan atau
akibat trauma yang disebabkan karena penurunan aktivitas faktor koagulasi yang
tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX, dan X) sedangkan aktivitas faktor
koagulasi lain, kadar fibrinogen, dan jumlah trombosit, masih dalam batas
normal. Kelainan ini akan segera membaik dengan pemberian vitamin K.1
ser
Acquaired Prothrombin Complex Deiciency adalah suatu
gangguan perdarahan serius pada periode awal kelahiran yang pertama kali
dijelaskan pada tahun 1966. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit paling
serius yg mempengaruhi bayi.1
Gangguan pada proses pembekuan darah, dapat
berupa kelainan yang diturunkan secara genetik atau kelainan yang
didapat. Gangguan pembekuan yang didapat bias disebabkan oleh adanya
gangguan faktor koagulasi karena kekurangan faktor pembekuan yang
tergantung vitamin K, penyakit hati, percepatan penghancuran faktor koagulasi
dan inhibitor koagulasi. Salah satu diantaranya adalah
defisiensi kompleks protrombin yaitu kekurangan faktor-faktor koagulasi faktor
II, VII, IX dan X.1,2,3
The American Academy of Pediatrics
(AAP) pada tahun 1961 memberi batasan pada HDN sebagai suatu penyakit perdarahan
yang terjadi pada hari-hari pertama kehidupan yang disebabkan oleh kekurangan
vitamin K dan ditandai oleh kekurangan protrombin, prokonvertin dan mungkin
juga faktor-faktor lain. Batasan awal berubah menjadi Vitamin K Dependent Bleeding (VKDB)/ atau perdarahan akibat
defisiensi vitamin K (PDVK). 2
Angka kejadian HDN pada
bayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis diberbagai Negara dilaporkan
berbeda-beda. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kejadian HDN lebih sering
didapatkan pada bayi-bayi yang mendapat air susu ibu (ASI) dibandingkan dengan
yang mendapat susu formula. Angka kejadian HDN berkisar antara 1 tiap 200
sampai tiap 400 kelahiran pada bayi-bayi yang tidak mendapat vitamin K
profilaksis. Vitamin K sedikit di
transfer melalui plasenta, hanya sekitar 10% dari kadar vitamin K dalam plasma
ibu. Fungsi hati bayi baru lahir belum matang. Sampai usia 14 hari bayi belum
mampu menyimpan cadangan vitamin K yang diperoleh dari diet maupun yang berasal
dari flora usus. ASI pada hari-hari pertama dalam minggu pertama jumlahnya
masih sedikit daripada yang dibutuhkan sedangkan jumlah ASI yang dibutuhkan
setiap hari untuk mencukupi kebutuhan vitamin K sekitar 500 ml. 2
Survey di Jepang menemukan kasus ini pada 1:4.500 bayi, 81% diantaranya
ditemukan komplikasi perdarahan intrakranial. Angka kejadian ini juga menurun setelah diperkenalkannya
pemberian profilaksis vitamin K pada semua bayi baru lahir. 2
Di Thailand angka kesakitan bayi karena perdarahan akibat defisiensi
vitamin K1 berkisar 1:1.200 sampai 1:1.400 kelahiran hidup. Angka
tersebut dapat turun menjadi 10:100.000 kelahiran hidup dengan pemberian
profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir. Data PDVK secara nasionl di
Indonesia belum tersedia.2
Tujuan penulisan pada tinjauan
pustaka ini adalah untuk mengetahui dan Memahami etiologi,
patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan dan pencegahan dari Acquired Protrombin Complex
Deases (APCD).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perdarahan akibat
defisiensi vitamin K (PDVK) disebut juga sebagai Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN), dahulu lebih dikenal
dengan Acquired Prothrombin Complex
Deficiency (APCD). PDVK adalah perdarahan spontan atau akibat trauma yang
disebabkan karena penurunan aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin
K (faktor II, VII, IX, dan X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi lain, kadar
fibrinogen, dan jumlah trombosit, masih dalam batas normal. Kelainan ini akan
segera membaik dengan pemberian vitamin K.1
2.2 Etiologi
Proses hemostasis merupakan mekanisme yang kompleks,
terdiri dari empat fase yaitu fase vaskular (terjadi reaksi lokal pembuluh darah),
fase trombosit (timbul aktifitas trombosit), fase plasma (terjadi
interaksi beberapa faktor koagulasi spesifik yang beredar di
dalam darah) dan fase fibrinolisis (proses lisis bekuan darah). Bila salah satu
dari keempat proses ini terganggu, maka akan timbul gangguan
pada proses hemostasis yang manifestasi klinisnya adalah perdarahan.1
Secara
umum gangguan pembekuan darah masa
anak disebabkan oleh beberapa keadaan seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Etiologi gangguan pembekuan darah masa anak2
1. Kekurangan faktor pembekuan
darah yang tergantung vitamin K
2. Penyakit hati
3. Percepatan penghancuran
faktor koagulasi
a. Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC)
b. Fibrinolisis (penyakit hati, agen trombolitik,
pasca pembedahan)
4. Inhibitor terhadap faktor
koagulasi
a. Inhibitor spesifik
b. Antibodi antifosfolipid
c. Lain-lain : antitrombin, paraproteinemia
5. Lain-lain
a. Setelah transfusi masif
b. Setelah mendapatkan sirkulasi ekstrakorporal
c. Penyakit jantung bawaan, amiloidosis, sindroma
nefrotik
|
2.3 Epidemiologi
Angka kejadian VKDB
berkisar antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran bayi yang tidak
mendapat vitamin K profilaksis. Di
Amerika Serikat, frekuensi VKDB dilaporkan bervariasi antara
0,25-1,5% pada tahun 1961, dan menurun menjadi 0-0,44% pada 10
tahun terakhir dengan adanya program pemberian profilaksis vitamin K. Di Jepang, insiden VKDB
mencapai 20 – 25 per 100.000 kelahiran.16 Danielsson pada tahun
2004 melaporkan bahwa insidens VKDB di Hanoi Vietnam sangat tinggi, sebesar 116
per 100.000 kelahiran. Angka kematian akibat VKDB di Asia mencapai 1:1200 sampai
1:1400 kelahiran. Angka kejadian tersebut ditemukan lebih tinggi, mencapai 1:500
kelahiran, di daerah-daerah yang tidak memberikan profilaksis vitamin K secara rutin
pada bayi baru lahir.2,3
Di Indonesia, data mengenai
VKDB secara nasional belum tersedia. Hingga tahun 2004 didapatkan
21 kasus di RSCM Jakarta, 6 kasus di RS Dr Sardjito Yogyakarta dan 8 kasus
di RSU Dr Soetomo Surabaya.
2.4 Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat
menyebabkan timbulnya VKDB antara lain obat-obatan yang mengganggu metabolisme
vitamin K, yang diminum ibu selama kehamilan, seperti antikonvulsan
(karbamasepin, fenitoin, fenobarbital), antibiotika (sefalosporin),
antituberkulostik (INH, rifampicin) dan antikoagulan (warfarin). Faktor resiko
lain adalah kurangnya sintesis vitamin K oleh bakteri usus karena pemakaian
antibiotika berlebihan, gangguan fungsi hati (koletasis), kurangnya asupan
vitamin K pada bayi yang mendapatkan ASI ekslusif, serta malabsorbsi vitamin K
akibat kelainan usus maupun akibat diare.2,4
2.5 Klasifikasi
Meskipun terdapat beberapa kontroversi
mengenai rentang waktu antara kelahiran sampai terjadinya perdarahan awal, vitamin K deficiency bleeding
diklasifikasi menjadi tiga periode waktu setelah kelahiran, antara lain4:
1.Vitamin K deficiency bleeding dini
Awal-awal vitamin K perdarahan kekurangan
biasanya terjadi selama 24 jam pertama setelah lahir. Hal ini
terlihat pada bayi yang lahir dari ibu mengambil antikonvulsan atau obat
antituberkulosis. Komplikasi perdarahan yang serius
dapat terjadi dalam jenis perdarahan. Mekanisme
yang antikonvulsan dan antituberkulosis obat menyebabkan perdarahan kekurangan
vitamin K pada neonatus tidak dimengerti dengan jelas, tetapi penelitian yang
terbatas menunjukkan bahwa perdarahan kekurangan vitamin K adalah hasil dari
defisiensi vitamin K dan dapat dicegah dengan pemberian vitamin K kepada ibu selama 2-4 minggu terakhir
kehamilan. Suplemen vitamin K diberikan setelah kelahiran
untuk onset dini perdarahan kekurangan vitamin K mungkin terlalu terlambat
untuk mencegah penyakit ini, terutama jika suplementasi vitamin K tidak
disediakan selama kehamilan. 4
Obat ibu banyak dan / atau paparan racun selama
kehamilan berhubungan dengan perdarahan kekurangan vitamin K pada neonatus
(misalnya, antikonvulsan: fenitoin, barbiturat, karbamazepin, obat
antitubercular: rifampisin, isoniazid,
vitamin K antagonis: warfarin, phenprocoumon). 4
2. Vitamin
K deficiency bleeding klasik
Klasik vitamin K perdarahan kekurangan biasanya
terjadi setelah 24 jam dan hingga akhir minggu
pertama kehidupan. Klasik vitamin K perdarahan
kekurangan diamati pada bayi yang belum menerima vitamin K profilaksis saat
lahir. Insiden
klasik berkisar defisiensi vitamin K perdarahan 0,25-1,7 kasus per 100
kelahiran. Biasanya penyakit ini terjadi dari hari kedua
kehidupan sampai akhir minggu pertama, namun dapat terjadi selama bulan pertama
dan kadang-kadang tumpang tindih dengan akhir-onset perdarahan kekurangan
vitamin K. Bayi yang memiliki Vitamin
K deficiency bleeding klasik sering sakit, menunda makan, atau keduanya. Perdarahan
biasanya terjadi pada umbilikus, GI saluran (yaitu, melena),, kulit hidung,
situs bedah (misalnya, sunat), dan, jarang, di otak. 4
3. Vitamin K deficiency
bleeding lambat (Acquaired prothrombin complex deficiency)
Hal ini biasanya terjadi antara usia 2-12
minggu, namun, akhir-onset vitamin K perdarahan kekurangan dapat dilihat selama
6 bulan setelah kelahiran. Penyakit ini paling sering
terjadi pada bayi yang disusui yang tidak menerima vitamin K profilaksis saat
lahir. Vitamin K konten rendah dalam ASI matang dan
berkisar dari 1-4 mcg / L. Kontaminan industri dalam ASI
telah terlibat dalam mempromosikan vitamin K perdarahan kekurangan. Lebih dari setengah dari bayi hadir dengan
perdarahan intrakranial akut.4
Tabel 2. Perdarahan akibat
defisiensi vitamin K pada anak
|
2.6 Patofisiologi dan Patogenesis
2.6.1 Proses Koagulasi
Proses koagulasi atau kaskade pembekuan darah terdiri dari
jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik. Jalur intrinsik dimulai saat darah
mengenai permukaan sel endotelial, sedangkan jalur ekstrinsik dimulai dengan
pelepasan tissue factor (Faktor III) pada tempat terjadinya luka.2,6
Jalur pembekuan darah intrinsik memerlukan faktor VIII, IX,
X, XI dan XII, dibantu dengan protein prekalikrein, High-Molecular
Weight Kininogen (HMWK), ion kalsium dan fosfolipid dari trombosit.
Jalur ini dimulai ketika prekalikrein, HMWK, faktor XI dan faktor
XII bersentuhan dengan permukaan sel endotelial, yang disebut dengan
fase kontak. Adanya fase kontak ini menyebabkan konversi dari prekalikrein menjadi
kalikrein, yang kemudian mengaktifkan faktor XII menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa
memacu proses pembekuan melalui aktivasi faktor XI, IX, X dan II (protrombin) secara
berurutan (Gambar 1).2
Aktifasi faktor Xa memerlukan bantuan dari tenase
complex, terdiri dari ion Ca, faktor VIIIa, IXa dan X, yang terdapat pada permukaan sel
trombosit. Faktor VIIIa pada proses koagulasi bersifat seperti reseptor terhadap faktor
IXa dan X. Aktifasi faktor VIII menjadi faktor VIIIa dipicu oleh terbentuknya trombin, akan
tetapi makin tinggi kadar trombin, malah akan memecah faktor VIIIa menjadi bentuk
inaktif.2,6,7
Jalur ekstrinsik dimulai pada tempat terjadinya luka dengan
melepaskan tissue factor (TF). TF
merupakan suatu lipoprotein yang terdapat pada permukaan sel, adanya kontak
dengan plasma akan memulai terjadinya proses koagulasi. TF akan berikatan dengan
faktor VIIa akan mempercepat aktifasi faktor X menjadi faktor Xa sama seperti proses pada
jalur intrinsik. Aktifasi faktor VII terjadi melalui kerja dari trombin dan faktor Xa.
Faktor VIIa dan TF ternyata juga mampu mengaktifkan faktor IX, sehingga membentuk
hubungan antara jalur ekstrinsik dan intrinsik.2
Gambar 1. Kaskade pembekuan darah.2
Selanjutnya faktor Xa akan mengaktifkan protrombin
(faktor II) menjadi trombin (faktor IIa). Trombin akan mengubah fibrinogen
menjadi fibrin monomer dengan bantuan kompleks protrombinase yang terdiri dari
fosfolipid sel trombosit, ion Ca, faktor V dan Xa. Faktor V merupakan kofaktor
dalam pembentukan kompleks protrombinase. Seperti faktor VIII, faktor V
teraktivasi menjadi faktor Va dipivu oleh adanya trombin. Selain itu trombin
juga mengubah faktor XIII menjadi faktor XIIIa yang akan membantu pembentukan cross-linked fibrin polymer yang lebih
kuat.2
2.6.2 Perkembangan
Hemostasis Selama Masa Anak
Sistem koagulasi pada neonatus masih imatur sehingga pada
saat lahir kadar protein koagulasi lebih rendah. Kadar dari sistem
prokoagulasi seperti protein prekalikrein, High Molecular Weight Kininogen (HMWK), faktor V, XI dan XII serta faktor koagulasi yang
tergantung vitamin K (II, VII, IX, X) pada bayi cukup bulan lebih
rendah 15 – 20% dibandingkan dewasa dan lebih rendah lagi pada bayi
kurang bulan. Kadar inhibitor koagulasi seperti antitrombin, protein C
dan S juga lebih rendah 50% dari normal. Sedangkan kadar factor VIII,
faktor von Willebrand dan fibrinogen
setara dengan dewasa.3,8
Kadar protein prokoagulasi ini secara bertahap akan
meningkat dan dapat mencapai kadar yang sama dengan dewasa pada usia 6 bulan.
Kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K berangsur kembali ke normal pada
usia 7-10 hari. Cadangan vitamin K pada bayi baru lahir rendah mungkin disebabkan
oleh kurangnya vitamin K ibu serta tidak adanya cadangan flora normal
usus yang mampu mensintesis vitamin K.3
Selain itu kadar inhibitor koagulasi juga meningkat dalam 3
– 6 bulan pertama kehidupan
kecuali protein C yang masih rendah sampai usia belasan tahun.2 Meskipun kadar
beberapa protein koagulasi lebih rendah, pemeriksaan prothrombin time
(PT) dan activated partial
thromboplastin time (aPTT) tidak jauh
berbeda dibandingkan dengan anak
dan dewasa. Namun didapatkan pemanjangan pemeriksaan bleeding time
terutama pada usia < 10
tahun, sehingga interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara hati-hati.4,8
2.6.3 Defisiensi Vitamin K
Vitamin K merupakan salah satu vitamin larut dalam lemak,
yang diperlukan dalam sintesis protein tergantung vitamin K (Vitamin K –
dependent protein ) atau GIa. Vitamin K diperlukan
sintesis prokoagulan faktor II, VII, IX dan X (kompleks protrombin)
serta protein C dan S yang berperan sebagai antikoagulan (menghambat proses
pembekuan). Molekul-molekul faktor II, VII, IX dan X pertama kali disintesis dalam
sel hati dan disimpan dalam bentuk prekursor tidak aktif. Vitamin K diperlukan untuk
konversi prekursor tidak aktif menjadi faktor pembekuan yang aktif.3
Kekurangan vitamin K dapat menimbulkan gangguan dari proses
koagulasi sehingga menyebabkan kecenderungan terjadinya perdarahan atau
dikenal dengan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB).2
Gambar 2 menunjukkan terjadinya fase karbosilaksi dalam
siklus metabolisme vitamin K. Pada kondisi defisiensi
vitamin K, rantai polipeptida dari faktor koagulasi tergantung
vitamin K tetap terbentuk normal, namun fase karboksilasi (proses gamma karboksilasi
dari amino terminal glutamic acid) tidak terjadi. Sehingga bentuk
akarboksi dari faktor II, VII, IX dan X tidak mampu berikatan dengan
ion kalsium dan tidak dapat berubah menjadi bentuk aktif yang
diperlukan dalam proses koagulasi.2
Gambar 2. Siklus vitamin K dan reaksi karboksilasi.
Kadar vitamin K pada ASI < 5 mg/ml, jauh lebih rendah
dibandingkan dengan susu formula yaitu sekitar 50 - 60 mg/ml. Selain itu pada
usus bayi yang mendapat susu formula, mengandung bakteri
bacteriodes fragilis yang mampu memproduksi vitamin K. Sedangkan
pada bayi dengan ASI eksklusif, ususnya mengandung bakteri Lactobacillus yang
tidak dapat memproduksi vitamin K.2
Tabel.3.
Presentasi Gejala Klinis
Manifestasi Klinis
|
Persentase (%)
|
Usia 1-2 bulan
Minum ASI
Profilaksis vitamin K (-)
Letargi dan kejang
Pucat
Perdarahan
Intrakranial
Subdural
Intraserebral
Intraventrikular
Subarakhnoid
Saluran cerna
Kulit
Hepatomegali
Kolestasis
Ikterus
Diare ringan
Infeksi saluran nafas akut
|
64-87
91-98
96
95
85
100
80-95
75-79
42-64
32
5,2
15-24
5-30
73-83
45
9-27
19-26
11
|
2.7 Diagnosis
Pendekatan diagnosis VKDB melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Anamnesis dilakukan untuk mencari informasi
tentang onset perdarahan, lokasi perdarahan, pola pemberian
makanan, serta riwayat pemberian obat-obatan pada ibu selama
kehamilan. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk melihat keadaan umum bayi dan
lokasi perdarahan pada tempat-tempat tertentu seperti GIT, umbilikus, hidung,
bekas sirkumsisi dan lain sebagainya.2
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan aktifitas
faktor II, VII, IX, dan X
sedangkan faktor koagulasi lain normal sesuai dengan usia. Terdapat pemanjangan waktu pembekuan, Prothrombin Time (PT) dan
Partial Thromboplastin Time (PTT), sedangkan Thrombin Time (TT) dan masa perdarahan
normal. Pemeriksaan lain seperti USG,
CT Scan atau MRI dapat dilakukan untuk melihat lokasi perdarahan misalnya jika dicurigai adanya perdarahan intrakranial. Selain itu respon
yang baik terhadap pemberian vitamin
K memperkuat diagnosis VKDB.2,3,8
VKDB harus dibedakan dengan gangguan hemostasis lain baik
yang didapat maupun yang bersifat
kongenital. Diantaranya gangguan fungsi hati juga dapat menyebabkan gangguan sintesis faktor-faktor pembekuan
darah, sehingga memberikan manifestasi
klinis perdarahan. Tabel dibawah memperlihatkan gambaran laboratorium kedua kelainan tersebut.2
|
Komponen
|
VKDB
|
Penyakit
Hati
|
Morfologi eritrosit
PTT
PT
Fibrin Degradation Product (FDP)
Trombosit
Faktor koagulasi yang menurun
|
Normal
Memanjang
Memanjang
Normal
Normal
II,VII,IX,X
|
Sel
target
Memanjang
Memanjang
Normal/naik
sedikit
Normal
I,II,V,VII,IX,X
|
2.8 Diagnosis Banding
Pada
kasus APCD ini, terdapat beberapa diagnosis banding antara lain seperti cryoglobulinemia, sindrom cushing, disseminated intravascular coagulation,
defisisensi faktor IX/V/VII/VIII/XI/XIII, thrombotik thrombocytopenia purpura. 8
2.9 Pencegahan dan Penatalaksanaan
Penatalaksanaan VKDB terdiri dari penatalaksanaan untuk
pencegahan dan penatalaksaan untuk mengobati kelainan ini.
2.9.1 Pencegahan VKDB
Dapat dilakukan dengan
pemberian vitamin K Profilaksis. Ada tiga bentuk vitamin K, yaitu
:
1. Vitamin K1 (phylloquinone), terdapat dalam
sayuran hijau
2. Vitamin K2 (menaquinone), disintesis oleh flora
usus normal
3. Vitamin K3 (menadione), vitamin K sintetis yang
sekarang jarang diberikan karena dilaporkan dapat menyebabkan
anemia hemolitik.2
Pemberian vitamin K per
oral sama efektifnya dibandingkan pemberian intramuskular dalam
mencegah terjadinya VKDB klasik, namun tidak efektif dalam mencegah
timbulnya VKDB lambat. Amerika Serikat merekomendasikan penggunaan phytonadione, suatu sintesis analog vitamin K1 yang larut dalam lemak,
diberikan secara i.m. 2,9
Thailand sejak tahun 1988
merekomendasikan pemberian vitamin K 2 mg per oral untuk
bayi normal dan 0,5 – 1 mg i.m untuk bayi prematur atau tidak sehat. Ternyata mampu
menurunkan angka kejadian VKDB dari 30 – 70 menjadi 4 – 7 per 100.000 kelahiran.
Sejak tahun 1999 Vitamin K 1 mg i.m harus diberikan pada semua bayi baru lahir
dan diberikan bersama imunisasi rutin.5
Kanada sejak tahun 1997 merekomendasikan pemberian vitamin K1 intramuskular
0.5mg (untuk bayi < 1500g) dan 1 mg (untuk bayi > 1500g) diberikan
dalam waktu 6 jam setelah lahir. Untuk orang tua yang menolak pemberian secara
i.m., vitamin K1 diberikan per oral dengan dosis 2mg segera setelah minum
diulang pada usia 2-4 minggu dan 6-8 minggu. AAP pada tahun 2003
merekomendasikan pemberian vitamin K pada semua bayi baru lahir dengan dosis
tunggal 0.5mg-1mg i.m. departemen kesehatan RI pada tahun 2003 mengajukan
rekomendasi untuk pemberian vitamin K1 pada semua bayi baru lahir dengan dosis
1mg i.m (dosis tunggal) atau secara per oral 3 kali @ 2 mg pada waktu bayi baru
lahir, umur 3-7 hari dan umur 1-2 tahun.10
Untuk ibu hamil yang
mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat profilaksis vitamin K1
5 mg/hari selama trimester ketiga atau 10 mg i.m pada 24 jam sebelum
melahirkan. Selanjutnya bayinya diberi vitamin K1 1 mg i.m dan diulang 24 jam kemudian.2
Meskipun ada penelitian
yang melaporkan hubungan antara pemberian vitamin K i.m dengan meningkatnya angka kejadian kanker pada anak,
namun penelitian terbaru yang dilakukan oleh Mc Kinney
pada tahun 1998 tidak membuktikan adanya peningkatan resiko terjadinya kanker pada anak yang mendapatkan
profilaksis vitamin K i.m.1
Neo K ampul merupakan vitamin K yang sering digunakan pada bayi yang baru
lahir yang diberi secara i.m. untuk pencegahan dan pengobatan pada penyakit
hemorragic pada bayi baru lahir. Neo K ampul mempunyai kandungan Phytonadione,
dengan kemasan 1 ampul 2 mg/ ml. Dosis pemberian 0,5 – 1 mg i.m, 1 – 6 jam
setelah kelahiran. Efek samping Neo K ini apa bila diberikan secara berlebihan
akan menyebabkan Hiperbilirubinemia, dan terjadi reaksi hipersensitif termasuk
syok anafilaktik dan kematian.12
gambar 3. Neo K Ampul. http://medicastore.com/obat/12095/NEO-K_AMPUL.html.
2.9.2 Pengobatan Defisiensi Vitamin K
Bayi yang dicurigai
mengalami VKDB harus segera mendapat pengobatan vitamin
K1 dengan dosis 1 – 2 mg/hari selama 1 – 3 hari. Vitamin K1 tidak boleh diberikan secara intramuskular karena akan membentuk
hematoma yang besar, sebaiknya pemberian dilakukan
secara subkutan karena absorbsinya cepat. Pemberian secara intravena harus dipertimbangkan dengan seksama karena dapat
memberikan reaksi anafilaksis, meskipun jarang terjadi.2
Selain itu pemberian
fresh frozen plasma (FFP) dapat dipertimbangkan pada bayi dengan perdarahan yang luas dengan dosis 10 – 15 ml/kg,
mampu meningkatkan kadar faktor koagulasi
tergantung vitamin K sampai 0,1 – 0,2 unit/ml. Respon pengobatan
diharapkan terjadi dalam waktu 4 – 6 jam, ditandai dengan berhentinya perdarahan dan pemeriksaan faal hemostasis yang membaik.
Pada bayi cukup bulan, jika tidak didapatkan perbaikan dalam 24 jam
maka harus dipikirkan kelainan yang lain misalnya
penyakit hati.
Transfusi Packet Red Cell (PRC)
berfungsi untuk mengatasi anemia. Penatalaksanaan lain untuk perdarahan
intrakranial dapat di berikan anticonvulsan, dexamethasone iv, pemeriksaan
cairan subdural setiap hari dengan cara penekanan, dan pungsi lumbal pada saat
keadaan membaik serta pencegahan komplikasi neurologis dan stimulasi untuk
kecacatan neurologis. 2,6
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada VKDB ini adalah perdarah intrakranial, dan komplikasi pemberian vitamin K
antara lain reasksi ana filaksis bila diberikan secara IV, anemia haemolitik,
hiperbilirubinemia dalam dosis tinggi, dan hematoma pada lokasi suntikan.12,13
2.11 Prognosis
Prognosis VKDB ringan pada
umumnya baik, setelah mendapat vitamin K1 akan membaik
dalam waktu 24 jam.9 Angka kematian pada VKDB dengan manifestasi perdarahan berat seperti intrakranial, intratorakal dan
intraabdominal sangat tinggi. Pada perdarahan
intrakranial angka kematian dapat mencapai 25% dan kecacatan permanen mencapai 50 – 65%.2,8
BAB
III
KESIMPULAN
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) disebut juga sebagai Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN),
dahulu lebih dikenal dengan Acquired
Prothrombin Complex Deficiency (APCD). PDVK adalah perdarahan spontan atau
akibat trauma yang disebabkan karena penurunan aktivitas faktor koagulasi yang
tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX, dan X) sedangkan aktivitas faktor
koagulasi lain, kadar fibrinogen, dan jumlah trombosit, masih dalam batas
normal. Kelainan ini akan segera membaik dengan pemberian vitamin K.
Faktor resiko yang
dapat menyebabkan timbulnya VKDB antara lain obat-obatan yang mengganggu
metabolisme vitamin K, yang diminum ibu selama kehamilan, seperti antikonvulsan. Proses koagulasi atau kaskade pembekuan darah terdiri
dari jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik. Jalur intrinsik dimulai saat darah
mengenai permukaan sel endotelial, sedangkan jalur ekstrinsik dimulai dengan
pelepasan tissue factor (Faktor III) pada tempat terjadinya luka.
Pendekatan diagnosis VKDB melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Anamnesis dilakukan untuk mencari informasi
tentang onset perdarahan, lokasi perdarahan, pola pemberian
makanan, serta riwayat pemberian obat-obatan pada ibu selama
kehamilan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan aktifitas faktor II,
VII, IX, dan X sedangkan faktor
koagulasi lain normal sesuai dengan usia.
Penatalaksanaan VKDB dapat dilakukan dengan pemberian vitamin K Profilaksis. Ada tiga
bentuk vitamin K, yaitu : Vitamin K1 (phylloquinone),
terdapat dalam sayuran hijau), Vitamin K2 (menaquinone), disintesis
oleh flora usus normal), dan Vitamin K3 (menadione). Selain itu pemberian fresh frozen plasma (FFP) dapat
dipertimbangkan pada bayi dengan perdarahan yang
luas.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Prof. DR. dr. Sudigdo Sastroasmoro Perdarahan Akibat
Defisiensi Vitamin K, Buku Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan
Anak 2007: 279-281
- Pansatiankul,
B., Jitapunkul, S. 2008. Risk
factors of Acquaired Prothrombin Complex Deficiency Syndrome: A
Case-Control Study. Journal Med Assoc Thai 91:S1-8. Available from: http://www.medassocthai.org/journal
[Accesed on February 11th 2013].
- Raspati, Harry., Reniarti, Lelani., Susanah, Susi.
2010. Gangguan Pembekuan Darah didapat Defisiensi Vitamin K. Buku Ajar
Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
- Hagstrom JN, 2003. Hypoprothrombinemia. Available from: http://www.emedicine.medscape.com/article/956030
[Accessed on February
11th 2013].
- Nimavat,
D.,dkk. 2009. Hemorrhagic Disease of
Newborn. Medscape Reference. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/974489
[Accessed on February 11th 2013].
- Isarangkura
P, Chuansumrit A. 1999. Vitamin K
Deficiency in infant. 1999. Available from: http://www.ishapd.org/1999/43.pdf
[Accesed on February 11th 2013].
- Johnson,
Monco., J, Marilyn. 2007. Gangguan koagulasi. Buku Ajar Pediatri Rudolph
Vol 2. Jakarta: EGC.
- Corrigan,
James J. 2000. Penyakit Perdarahan dan Trombosis. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Vol 2 Eds 15. Jakarta: EGC.
- Schwartz,
Robert. 2011. Factor II.
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/209742 [Accessed on February 11th
2013].
- Lee,
Kimberley G., Dkk. 2010. Hemorrhagic
Disease of The Newborn. MedlinePlus. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007320.htm
[Accessed on February 11th 2013].
- Tulchinsky,
TH. 2007. Vitamin K Prophylaxis for
Newborn: A Position Paper. Braun School of Public Health. Available
from: http://archives.who.int/eml/expcom/expcom16/COMMENTS/VitK.pdf [Accessed on February 11th
2013].
- Media
Informasi Obat dan Penyakit. Neo K Ampul. http://medicastore.com/obat/12095/NEO-K_AMPUL.html.
[Accessed on March 04th 2013].
- Kementerian
kesehatan Anak, Pentingnya Pemberian Vitamin K1 Pada Bayi Baru Lahir.
Direktorat Bina Kesehatan Anak. 2011. http://www.kesehatananak.depkes.go.id.
[Accessed on March 05th 2013].
No comments:
Post a Comment