DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
ULKUS DIABETIKUM
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi
ulkus pada penduduk berkisar antara 2 - 10 %, sebenarnya hanya sebagian kecil
persoalan kaki kemudian berlanjut sampai memerlukan amputasi tungkai bawah.
Sebagian besar dapat diselamakan dengan pengelolaan yang cermat. Sedangkan di
Indonesia, prevalensi ulkus diabetikum pada populasi jarang dilaporkan. Di
Jakarta, pada survey populasi pada tahun 1983 didapatkan angka prevalensi
tukak/bekas tukak sebesar 2,4 %. Di Poliklinik Endokrin RS Dr Kariadi Semarang
dari data yang dikumpulkan mulai bulan Januari 2001 sampai Juni 2002 didapatkan
4 % pasien DM yang dirujuk ke poliklinik endokrin RS ini,
mengalami komplikasi makroangiopati berupa ulkus diabetikum.
Diabetes
mellitus adalah sebagai penyebab utama amputasi ekstremitas bawah non traumatik di Amerika Serikat. Amputasi kaki
karena diabetes merupakan 50 % total amputasi di Amerika Serikat. Sedangkan
data di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta angka amputasi masih sangat tinggi,
yaitu sebesar 23 %.Nasib pasien yang sudah mengalami amputasi pun tidaklah
menggembirakan. Data dari seluruh rumah sakit di Negara bagian California
menunjukkan 13 % di antara mereka yang sudah diamputasi akan memerlukan
tindakan amputasi lagi dalam jangka 1 tahun. Didapatkan pula bahwa 30- 50 %
pasien yang telah diamputasi akan memerlukan tindakan amputasi kaki sebelahnya
dalam jangka 1-3 tahun. Sedangkan dari data RSUPN Cipto Mangunkusumo nasib
penderita ulkus diabetikum yang diamputasi juga tidak menggembirakan. Dalam 1
tahun pasca amputasi 14,8 % meninggal dan meningkat 37 % pada pengamatan 3
tahun.