PAROTITIS
PENDAHULUAN
Mumps merupakan penyakit virus akut yang dapat menular, yang ditandai dengan pembesaran kelenjar liur yang nyeri dan kadang mengenai gonad, meningen, pancreas, dan organ lain.
Mumps merupakan penyakit virus menyeluruh, akut, yang kelenjar ludahnya membesar nyeri, terutama kelenjar parotis, merupakan tanda-tanda yang biasa ada. Nama parotitis epidemica kurang tepat sebab tidak selalu ada radang di parotis dan penyakit tersebut tidak selalu mewabah. Merupakan suatu penyakit menular yang akut.
EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 1920 di AS dilaporkan angka kejadian gondongan tertinggi pada usia 6 hingga 9 tahun, hal ini menunjukan bahwa usia anak pra sekolah mempunyai peran penting dalam studi epidemiologi gondongan.Pada masa sebelum dilakukan imunisasi gondongan dilaporkan pada suatu penelitian seroepidemiologi bahwa sekitar 70% anak berusia 4 tahun seropositif terhadap infeksi gondongan, sedangkan penelitian lain yang dilakukan di Belanda, Singapura dan Skotlandia menunjukan hasil yang sama. Pada tahun 1988 di Inggris dilaporkan rata-rata penderita terinfeksi berusia antara 6 hingga 7 tahun, pada saat imunisasi gondongan belum rutin dilakukan. Pada tahun 1967 sejak vaksinasi dilakukan di AS angka laporan kejadian gondongan menurun dari 152209 kasus pada tahun 1968 menjadi 2982 kasus tahun1985. Tahun 1996 hanya dilaporkan 751 kasus gondongan, penurunan angka kejadian ini terutama pada usia 5 hingga 19 tahun. Pola ini menunjukan bahwa peningkatan imunisasi pada usia sekolah dengan menggunakan vaksin MMR memberikan dampak positif penurunan kejadian gondongan. Laporan epidemiologi menyatakan periode interepidemiologi sekitar 3 tahun, peningkatan kejadian terutama pada musim dingin dan musim semi dengan angka kejadian terendah pada musim panas. Tetapi cuaca dinegara-negara tropik tidak berpengaruh.
ETIOLOGI
Penyebab parotitis adalah paramyxovirus dengan ukuran sedang (diameter 120 sampai 200nm). virus ini mempunyai inti bagian dalam heliks yang erat (RNA beruntai tunggal) tertutup dalam bungkus bagian luar lipid dan glikoprotein. Hanya satu jenis antigenic yang diketahui.
PATOGENESIS
Virus masuk melalui saluran nafas selama periode inkubasi 12 sampai 25 hari. Virus ini kemungkinan bereplikasi di saluran nafas atas dan limfonodus servikalis, dari sini menyebar melalui aliran darah ke jaringan sasaran seperti kelenjar parotis dan meningen. Setel;ah bereplikasi awal di tempat-tempat ini terjadi viremia sekunder.Hal ini menyebabkan terkenanya berbagai organ, seperti gonad, pancreas, tiroid, mammae, hati, jantung, dan ginjal. Adenitis kelenjar liur diduga oleh beberapa orang sebagai akibat sekunder viremia awal, tetapi penyebaran lanngsung dari saluran nafas tidak dikesampingkan sebagai mekanisme alternative.
Viruria biasanya terjadihamper di seluruh infeksi disertai gangguan fungsi ginjal yang dapat diketahui. Imunitas dihubungkan dengan adanya antibody yang menetralkan.Mekanisme imun seluler diduga mendukung pathogenesis penyakit akut dan kesembuhan. Seperti infeksi virus sistemik lainnya, parotitis dapat menyebabkan supresi sementara hipersensitivitas jenis lambat terhadap antigen yang telah dikenal sebelumnya, seperti protein tuberculin
MANIFESTASI KLINIS
Kejadian Parotitis terbagi menjadi dua stadium, yaitu Stadium Prodrom yang muncul pada 1 sampai 2 hari dan Stadium Pembengkakan yang muncul 7 sampai 9 hari.
Gejala pertama dari parotitis adalah nyeri ketika mengunyah atau menelan, terutama jika menelan cairan asam. Jika kelenjar liur disentuh, maka akan timbul nyeri. Gejala parotitis muncul dalam waktu 12 sampai 24 hari setelah terinfeksi.
Mulainya parotitis biasanya tiba-tiba, meskipun mungkin didahului oleh periode prodromal seperti malaise, anoreksia, rasa menggigil, demam, nyeri tenggorokan, dan nyeri pada sudut rahang. Akan tetapi, pada beberapa kasus, pembengkakan parotis merupakan petunjuk penyakit pertama.
Kelenjar membesar secara progresif dalam waktu 1 sampai 3 hari, dan pembengkakan menghilang dalam satu minggu setelah pembengkakan maksimal.
Kelenjar yang membengkak meluasdari telinga sampai bagian bawah ramus mandibula dan sampai bagian inferior arkus zygomaticus, sering kali menggeser telinga ke atas dan keluar.
Kulit di atas kelenjar biasanya tidak hangat atau eritema, berlawanan dengan tanda yang ditunjukkan oleh bakteri parotitis. Edema parotitis dijelaskan sebagai elatoinosa dan jika kelenjar yang terkena terpuntir, maka kelenjar menggulung seperti jelli. Pembengkakan dapat hanya mengenai kelenjar submaksilaris dan sublingualis dan dapat meluas sampai bagian anterior dada, menimbulkan edema parasternal. Terkenanya kelenjar submaksilaris saja sudah dapat menyebabkan kesulitan dalam membedakan parotitis dari adenitisservikal akut. Pembengkakan glottis jarang terjadi, tetapi jika terjadi akan membutuhkan trakeostomi. Umumnya, parotitis disertai dengan temperature 37,8 sampai 39,4 (100 sampai 103 derajat F), malaise, sakit kepala, dan anoreksia, tetapi gejala sistemik mungkin tidak ada, khususnya pada anak. Pada sebagian besar pasien, keluhan utama adalah kesulitan makan, menelan, dan berbicara.
Epididimoorkitis Parotitis disertai komplikasi orkitis pada 20 sampai 30 persen laki-laki pasca- pubertas. Terkenanya testis biasanya tampak 7 sampai 10 hari setelah mulainya parotitis, maskipun mungkin terjadi lebih dahulu atau muncul secara bersamaan. Terkenanya gonad terjadi bilateral pada 3 sampai 17 % pasien dengan epididimoorkitis. Orkitis ditandai dengan timbulnya lagi malaise dan rasa menggigil, sakit kepala, nausea, dan muntah. Testis menjadi sangat membengkak dan nyeri akut.
K adang terdapat epididimitis tanpa orkitis. Pembengkakan, nyeri, dan peka menetap selama 3 sampai 7 hari dan berkurang secara bertahap, lisis demam biasanya paralel dengan berkurangnya pembengkakan. Suhu tubuh kadang turun dengan krisis. Orkitis parotitis diikuti dengan atrofi testis yang progresif pada sebagian kasus. Bahkan setelah orkitis bilateral, strilitas tidak biasa terjadi, menyatakan atrofi yang signifikan tidak terjadi. Akan tetapi, jika atrofi testis bilateral terjadi setelah parotitis, sterilitas atau jumlah sperma dibawah normal cukup sering terjadi. Infark paru terjadi setelah orkitis parotitis. Hal ini terjadi akibat thrombosis vena dalam prostat dan pleksus pelvikus bersamaan dengan inflamasi testis.
Pankreatitis Terserangnya pancreas merupakan manifestasi parotitis yang berbahaya dan jarang disertai komplikasi renjatan atau pembentukan pseudokista. Pancreatitis diduga pada pasien dengan nyeri abdominal dan sensitivitas yang abnormal bersamaan dengan tanda klinis atau epidemiologic parotitis. Hal ini sulit dibuktikan, karena hiperamilasemia, tanda pankretitis juga sering terdapat pada parotitis. Beberapa kali gejalanya menyerupai gastroenteritis. Meskipun diabetes atau insufisiensi pancreas jarang terjadi setelah pancreatitis parotitis, beberapa anak menderita diabetes yang sulit dikontrol beberapa minggu setelah parotitis Terserangnya Sistem Saraf Pusat Pasien parotitis sebagian besar mengalami peningkatan sel, biasanya limfosit,cairan serebrospinal, sedangkan yang lainnya berupa gejala meningitis, leher kaku,sakit kepala, dan mengantuk. Pada kasus yang khas, mulainya tanda dan gejala system saraf pusat yang nyata terjadi 3 sampai 10 hari setelah mulainya parotitis.Akan tetapi, gangguan system saraf pusat timbul sebelum parotitis atau 2 sampai 3 minggu kemudian.
Manifestasi Lain Virus parotitis cenderung menyerang jaringan kelenjar. Inflamasi dari kelenjar lakrimalis, timus, tiroid, payudara, dan ovarium kadang terjadi.
Virua parotitis terlibat sebagai penyebab tiroiditis subakut. Miksedema okuler pada parotitis meliputi dakrioadenitis, neuritis optika, keratitis, iritis, konjungtivitis, dan episkleritis. Miokarditis parotitis secara primer ditandai dengan abnormalitas elektrokardiogram yang bersifat sementara. Hal ini biasanya tidak menyebabkan penyakit simtomatik atau mengganggu fungsi jantung, tapi kematian yang jarang terjadi pernah dilaporkan. Demikian pula, terlibatnya hepar dimanfestasikan dengan abnormalitas ringandari fungsi hati, tapi ikterus dan tanda klinis lainnya karena kerusakan hati sangat jarang terjadi. Trakebronkitis dan pneumonia interstisial juga menyertai infeksi parotitis, khususnya pada anak kecil.
Manifetasi lain yang jarang terjadi pada parotitistapi sangat menari adalah poliartritis yang seringkali berpindah-pindah. Gejala sendimulai muncul 1 sampai 2 minggu dan berakhir sekitar 1 sampai 12 minggu. Munculnya yang biasa terlambat setelah parotitis dan kegagalan mengisolasi virus dari cairan sinovial menunjukkan mekanisme yang diperantari imunologik. Glomerulonefritis perdarahan akut tanpa ditemukan adanya streptokokosis telahdilaporkan setelah parotitis. Hubungan kedua penyakit ini tidak jelas.
Komlikasi Lanjut Infeksi parotitis yang persisten dapat dianggap sebagai penyebab dari miositis badan inklusi, miopati inflamasi kronik yang terjadi terutama pada decade keenam.Tidak terdapat bukti bahwa keturunan dengan defek congenital lebih sering terjadi pada ibu yang menderita parotitis selama kehamilan. Akan tetapi, penyakit parotitis selama trimester pertama kehamilan disertai dengan meningkatnya resiko abortus spontan.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada parotitis tanpa komplikasi jumlah leukosit normal, meskipun terdapat leukopenia ringan dan limfositosis relatif. Akan tetatpi, pasien dengan orkitis parotitis menunjukkan leukositosis yang nyata dengan pergeseran ke kiri. Pada meningoensefalitis, hitung jenis sel darah putih biasanya dalam batas normal. Laju endap darah biasanya normal, tapi ada kemungkinan meningkat jika melibatkan testis atau pancreas.
Kadar serum amilase meningkat baik pada pancreatitis maupun adenitis kelenjar liur.
kadar serum lipase meningkat hanya pada pancreatitis yang didalamnya juga terjadi hiperglikemia dan glukosuria.
DIAGNOSIS
Diagnosisi pasti parotitis tergantung pada isolasi virus darah, apusan tenggorokan, sekresi duktus Stensoni, cairan serebrospinal, atau urin. Selain itu, imnofluoresen dapat digunakan untuk deteksi antigen virus langsung dan sel orofaringeal. Penentuan serologic infeksi akut atau kerentanan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pemeriksaan yang terbaik adalah ELISA ( Enzyme-L inked Immunosorbent Assay). Analisis imunofluoresen juga dapat digunakan untuk identifikasi respons antibody spesifik-IgM dan IgG. Pemeriksaan fiksasi komplemen dapat digunakan untuk mengukur respons antibodi terhadap komponen antigenik S dan V untuk diagnosis infeksi parotitis akut atau yang terakhir.
Antibody terhadap antigen S muncul agak cepat, seringkali mencapi puncaknya dalam 1 minggu setelah munculnya gejala, dan biasanya menghilang dalam 6 sampai 12 bulan. Antibody yang melekat padakomplemen terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 2 sampai 3 minggusetelah munculnya penyakit, tetap naik sampai paling sedikitnya 6 minggu, danselanjutnya menetap pada kadar yang rendah selama beberapa tahun kemudian.Kenaikan titer empat kali lipat dengan analisis standar memastikan infeksiyang terakhir. Jika serum akut tidak diperoleh sampai akhir perjalanan penyakit, maka kenaikan antibody terhadap antigen S yang melebihi titer antibody V atau adanya antibody spesifik-IgM yang menunjukkan infeksi terakhir. Tes kulit yang terdiri dari injeksi intradermal virus parotitis yang sudah dimatikan. Maka, permajanan sebelumnya akan mengakibatkan reaksi lambat jenis tuberculin dan titer antibodi anamnestik terhadap parotitis naik. Tes kulit tidak dapat dipercaya untuk memastikan keadaan imun parotitis dari seseorang. Jika informasi ini diperlukan,sebaiknya digunakan ELISA atau analisis netralisasi.
Diagnosisi parotitis selama epidemic biasanya jelas. Akan tetapi, kasus sporadik harus dibedakan dari kasus pembesaran parotis lainnya. Parotitis mungkin disebabkan oleh virus lain, terutama virus parainfluenza, influenza, dan coxsackievirus. Parotitis bacterial biasanya terjadi pada pasien yang lemah dengan penyakit dasar yang berat.
Kelenjar parotis membengkak, hangat sensitive, dan pus dapat dikeluarkan dari orifisium duktus Stensoni. Terdapat leukositosis polimorfnuklear yang nyata. Biasanya organisme penyebabnya adalah Staphylococcus aureus. Dehidrasi yang diikuti penguapan sekresi dalam duktus saliva merupakan factor predisposisi yang penting. Kalkulus dalam duktus saliva biasanya dapat dideteksi dengan palpasi atau injeksi media radioopak ke dalam duktus Stensoni. Reaksi obat dapat menimbulkan pembengkakan parotis yang sensitive dan kelenjar liur lainnya. Parotitis idium merupakan jenis yang paling banyak terjadi
setelah prosedur seperti urografi intravena. Obat antihipertensi guanetidin juga menyebabkan pembesaran parotis dan sensitivitas yang abnormal. Anamnesis yang teliti biasanya menjelaskan penyebab reaksi ini. Adenitis servikal disebabkan oleh disebabkan oleh streptokokus, difteria bullneck , mononucleosis infeksiosa, selulititssublingual, atau selulitis kanalis auditorius eksternal yang biasanya mudah dibedakan dari parotitis dengan pemeriksaan yang teliti.
Sindroma Sjogren merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur lainnya yang seringkali disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling seringterjadi pada perempuan pascamenopause. Pasien seperi ini menderita manifestasi sistemik lainnya, termasuk arthritis rematoid, splenomegali, leucopenia, dan anemia hemolitik. Prosesnya yang kronik dan timbulnya pada perempuan usia tuamembuatnya tidak mungkin keliru dengan parotitis.
TATALAKSANA
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi virus parotitis. Pasien dengan parotitis sebaiknya mendapat perawatan mulut, analgesik, dan diet yang dihaluskan. Istirahat di tempat tidur hanya dianjurkan untuk pasien demam.
Pasien dengan epididimoorkitis menderit sakit yang akut dan nyeri yang hebat. Beberapa bentuk pengobatan, termasuk dekompresi bedah dari testis, infiltrasifunikulus spermatikus dengan anstesi lokal, dan pemberian estrogen, serumkonvalesens, dan antibiotik spectrum luas, tidak selalu spesifik. Meskipun gagal dalam membuktikan efektivitasnya, tetapi glukokortikoid mempunyai keuntungan yang nyata dalam mengurangi demam dan nyeri testis serta pembengkakan. Mula-mula diberikan dosisi harian yang besar dengan ekuivalen 60 mg prednisone, selanjutnya dosis diturunkan setelah 7 sampai 10 hari.
Glukokortikoid tidak menimbulkan efek yang merugikan pada pancreatitis atau meningitis yang menyertainya, meskipun tidak menguntungkan pasien yang meningennya terserang. Pengehentian terapi obat biasanya akan menimbulkan munculnya gejala kembali. Arthritis parotitis biasanya responsif terhadap ibuprofen tapi tidak terhadap salisilat. Tiroiditis parotitis berkurang secara spontan, tapi hasilyang memuaskan diperoleh dengan glukokortikoid.
PENCEGAHAN
Vaksin virus parotitis hidup, yang dilemahkan (jenis Jeryl Lynn) sangat efektif dalam menghasilkan kenaikan antibody parotitis yang bermakna pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan meberikan 75 sampai 95 persen perlindungan pada individu yang kemudian terpajan parotitis.Vaksin juga meningkatkan kadar antibody pada individu seropositif yang divaksinasi.
Kejadian parotitis atau demam setelah vaksinasi sangat jarang terjadi. Vaksin parotitis hidup dapat diberikan setiap waktu setelah usia 1 tahun. individu yang tinggal dalam kelompok atau institusi sebaiknya divaksinasi, khususnya karena telah ditunjukkan bahwa isolasi fisis pasien parotitis tidak mencegah penularan infeksi secara efektif.
Vaksinasi merupakan kontraindikasi pada bayi berumur dibawah 1 tahun karena efek antibody maternal. Selain itu juga, vaksinasi dikontra indikasikan pada individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin, pada pasien dengan penyakit febris, leukemia, limfoma, atau keganasan yang menyeluruh, pada individu yang mendapat glukokortikoid, pengonsumsi obat alkilasi, anti metabolit, atau radiasi, dan perempuan hamil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Isselbacher, dkk. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC;1999:2
2. Parotitis Epidemica Gondong/Mumps Evailable at www.scribd.co
3. Mumps (Parotitis Epidemika).Kumpulan Referat dan Karya Tulis Kedokteran,2010
4. BM,Erwanto, R,Okki. Gondongan (Mumps).2010
5. Templer,JW,dkk. Parotitis/Mumps. Web MD Professional.2009
No comments:
Post a Comment