"A Man can't make a mistake can't make anything"

Monday 28 November 2011

Kelainan Kongenital Gastrointestinal (Congenital Gastrointestinal Disorder)

Tuesday 22 November 2011

Case Report and Literatur Review : Fetus in Fetu Laki-laki Hamil Selama 41 Tahun ( Pregnancy in Male For About 41 Years )









PRESENTASI KASUS
RSUD ARJAWINANGUN CIREBON
2011
PRESENTASI KASUS BEDAH
FETUS IN FETU
I.          Identitas
Nama                             : Tn. D
Umur                             : 41 tahun
Jenis kelamin             : Laki-laki
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Alamat                           : Pegagan Lor
Tanggal pemeriksaan     : 27 September 2011
II.       Anamnesis
Keluhan utama              : Benjolan di perut sebelah kiri,
Keluhan tambahan      : Nyeri perut sebelah kiri, sesak
Riwayat penyakit sekarang :
               Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan benjolan pada perut sebelah kiri. Benjolan sudah dirasakan selama puluhan tahun. Benjolan ini terasa nyeri 10 hari SMRS. Benjolan dirasakan makin membesar sejak 5 tahun terakhir. Pasien juga mengeluhkan sesak dikarenakan benjolan tersebut menekan keatas. Benjolan tidak dirasakan sewaktu pasien masih kanak-kanak. Pasien memiliki riwayat adanya anggota keluarga yang kembar.
               Keluhan mual, muntah, perut kembung, tidak bisa buang angin disangkal. BAB dan BAK tidak ada kelainan. Keluhan nafsu makan menurun disangkal oleh pasien.Pasien mengaku tidak memiliki penyakit batuk lama.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluhan yang sama sebelumya disangkal.
III.    Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Vital sign :         TD                   : 130/80 mmHg
Nadi                   : 88 x/menit
Respirasi         : 24 x/ menit
Suhu                  : 36,8 °C
Kepala : Normocephal
Mata :conjunctiva tak anemis, sclera tidak ikterik, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+
Thoraks
Cor :    Inspeksi           : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi               : ictus cordis teraba
Perkusi              : batas jantung normal
Auskultasi       : BJ I-II reguler, murmur -, gallop –
Pulmo :  Inspeksi         : pergerakan hemitoraks kanan dan kiri simetris
Palpasi              : fremitus vocal dan taktil hemitoraks kanan dan kiri simetris
Perkusi            : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi       : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi           : cembung,asimetris,tampak benjolan berbentuk panjang dan berbenjol-benjol pada abdomen kiri atas
Palpasi             : massa mobile berukuran 11x3cm ,nyeri tekan(+)
Perkusi            : tympani
Auskultasi       : bising usus +
Ekstremitas atas             : edema -/-, sianosis -/-
Ekstremitas bawah        : edema -/-, sianosis -/-
Status lokalis :
Inspeksi             : cembung,asimetris,tampak benjolan berbentuk panjang dan berbenjol-benjol pada abdomen kiri atas
Palpasi               : massa mobile berukuran 11x3cm ,nyeri tekan(+)
IV.    Pemeriksaan Penunjang
Lab darah rutin
-          Hb : 10,6 g/dl                                              RBC : 4,78
-          Ht : 34,2 vol%                                             MCV : 71,5
-          Leukosit : 11.100/µl                                MCH : 22,2
-          Trombosit : 215.000/ µl                       MCHC : 31,0
-          Lymphosit : 0,4                                        RDW : 20,6
-          Monosit : 0.3                                              MPV : 7,4
-          Granulosit : 12,4                                       PDW : 13,6
-          PCT : 0,159
Urin rutin
pH                          = 6,0
berat jenis          = 1.020
protein                = (+)1
Fungsi Ginjal
Ureum                = 42,0 mg/dl
Kreatinin           = 1,0 mg/dl
Uric Acid           = 5,5 mg/dl
Fungsi Hati
Protein total      = 7,7 gr/dl
Albumin             = 3,9 gr/dl
Globulin             = 3,8 gr/dl
SGOT                    = 19 U/l
SGPT                    = 7 U/l
HbsAg                 = 0,357
Pemeriksaan radiologi
Kesan : 1. Susp. Soft tissue mass intra abdominal ekstra luminer.
2. Tak tampak kelainan pada hepar, VF, lien, renal dan vesika urinaria.
Saran : CT Scan abdomen dengan kontras
V.       Diagnosis kerja
Tumor Intra Abdomen
VI.    Diagnosis banding
Teratoma
Kista dermoid
VII.  Diagnosis Post Operatif
Fetus in Fetu
VIII.       Penatalaksanaan
Operatif       : Laparotomi ......pengangkatan sisa janin yang utuh
IX.    Prognosis
Quo ad vitam            :  ad bonam
Quo ad functionam :  ad bonam

FETUS IN FETU
ABSTRAC
Telah dilakukan operasi pada seorang pria umur 41 tahun. Dimana perutnya membesar seperti hamil.Diagnosa awal adalah Tumor intra abdomen(Teratoma) dan pemeriksaan penunjang hanya rontgen dan USG karena di Rumah sakit belum punya CT scan. Dilakukan Laparotomi ,terdapat selaput yang berisi jaringan yang hancur(karena sudah 41 tahun didalam) juga terdapat rambut dan serpihan kecil-kecil tulang dan terdapat jaringan utuh berbentuk seperti kaki.
DEFINISI
Kasus Fetus in fetu (FIF) merupakan suatu kondisi langka didalam dunia kedokteran.  FIF adalah massa fetiform yang masuk  ke dalam tubuh janin. Ada teori yang menyebutkan terjadinya karena embrio tingkat awal spt tngkat cleavage,blastula,awal gastrula lepas kontrol organizer. Sehingga seperti individu kembar yang berkembang tidak seimbang ,yang satu tumbuh normal yang satunya lagi tidak utuh, FIF  merupakan tumor monozigot parasit terutama ditemukan pada neonatus dan anak-anak, dengan 89% kasus  terjadi sebelum usia 18 bulan dan hanya 3 kasus yang dilaporkan setelah usia 15 tahun. Pasien tertua dilaporkan sampai saat ini berusia 29 tahun. Kebanyakan  pada kasus yang terjadi berupa massa kistik di retroperitoneum. FIF biasanya tunggal, tetapi dalam beberapa kasus dilaporkan bahwa FIF bisa terjadi multipel.  Perut dan retroperitoneum  merupakan lokasi utama terjadinya FIF. Tetapi FIF bisa juga melibatkan bagian anatomi lainnya seperti: mediastinum, panggul, skrotum, sacrococcygeal, leher dan tengkorak.
EPIDEMIOLOGI
Pada saat  ini, dilaporkan lebih dari 100  kasus FIF yang telah terjadi. FIF diperkirakan terjadi sekali dalam 500.000 kelahiran. Dalam banyak kasus, FIF ditemukan pada anak-anak,  jarang pada orang dewasa muda.  FIF merupkan massa yang padat dan membentuk campuran kistik dan berisi struktur tulang. Anencephaly hampir universal sebanyak 91% dan memiliki tulang belakang sekitar 83%. Suplai darah berasal dari pedikel vaskuler yang berasal dari dinding anterior abdomen, arteri mesenterika atau aorta abdominalis. Diagnosis diferensial utama adalah Teratoma dewasa. Fetus in-Fetu dibedakan dari teratoma oleh adanya kerangka aksial. Posisi Fetus-in-fetu biasanya retroperitoneal, sementara teratoma lebih umum di daerah sacrococcygeal atau kepala dan leher. Potensi ganas fetus-in-fetu jauh lebih sedikit dari teratoma. Komplikasi janin-in-fetu memahami perdarahan  intra-abdomen dan obstruksi usus atau ureter. Menurut Hoeffel dkk FIF bisa terjadi pada pria dan wanita dengan perbandingan rasio sekitar Pria 47% sedangkan wanita 35% . Sementara wanita mewakili 57% sampai 64% dari seluruh kasus menurut Rowena Spencer.
PATOGENESIS
Patogenesis dari FIF tidak pernah jelas dan masih kontroversial. Meskipun pada kebanyakan kasus FIF terjadi di perut, tetapi telah dilaporkan pada beberapa kasus FIF juga dapat terjadi di intrakranial, panggul dan wilayah sacrococcygeal. Didalam massa  tersebut mungkin saja bisa ditemukan  berbagai organ tubuh berupa  anggota tubuh, saluran pencernaan, sistem saraf pusat, dll.  Vaskularisasi untuk massa berasal dari arteri mesenterika superior. FIF merupakan penyimpangan dari kembar monozigot diamniotic di mana pembagian massa sel totipoten yang tidak merata pada saat terbentuk sel blastokista sebelum berkembang menjadi embrio muda matang. Kondisi ini biasanya muncul pada saat pembentukan pedunkulata fetoid vertebrata pada bayi muda. Sebagian besar kasus memiliki inklusi tunggal, meskipun sampai lima inklusi telah dilaporkan. Diagnosis preoperatif FIF yang tergantung pada demonstrasi dari sumbu tulang belakang pada saat dilakukan pemeriksaan radiologi mungkin tidak dapat dilakukan dalam setiap kasus. Sebab sekitar 9% dari kasus FIF tidak memiliki sumbu tulang belakang yang dapat didefinisikan dengan baik.

DIAGNOSIS
Pada tahun 1935, Willis dkk. Pernah mendefinisikan bahwa FIF merupakan bagian yang terpisah dan spesifik, menunjukkan ujung anggota badan dan organ-organ.  sebaliknya, teratoma didefinisikan sebagai jaringan tumor yang terdiri dari amorf yang berasal dari ketiga lapisan germinal. Beberapa penulis berpendapat bahwa pada FIF terdapat suatu kerangka aksial yang didefenisikan sebagai gambaran tulang belakang pada pemeriksaan radiologi. Akan tetapi beberapa penulis lain berpendapat bahwa pada FIF tidak selalu diikuti dengan gambaran tulang belakang pada pemeriksaan radiografi. Oleh karena itu, tulang belakang tidak lagi dianggap sebagai prasyarat untuk diagnosis FIF. Sejalan dengan itu untuk membedakan dengan teratoma, para penulis pun mendefenisikan  teratoma sebagai akumulasi dari sel-sel induk pada organogenesis maupun segmentasi vertebralis. Fetus in fetu terjadi di retroperitoneum atas sementara Teratoma terjadi di retroperitonium bawah, panggul, ovarium dan wilayah sacrocoocygeal. Transformasi maligna jarang terjadi pada fetus in fetu dan hanya satu kasus telah dilaporkan dalam literatur. FIF dan teratoma mungkin timbul dari suatu proses pengembangan umum: FIF dan teratoma ditemukan di tempat-tempat embriologis pada kembar siam dan lebih sering ditemukan pada keluarga dengan riwayat kembar.
Gambar di ambil dari American Academic of Pediatrics
Dalam hampir semua kasus (88%), janin parasit tunggal kecuali 5 laporan di mana jumlah janin berkisar dari 2 sampai 5. Berat dan ukurannya pun bervariasi yaitu panjang 4-24,5cm dan berat 1,2gr-1,8kg. Organ yang terdapat pada fetus in fetu adalah: tulang belakang 91%; ekstremitas, 82,5% (jumlah bervariasi dari 1 sampai 4), sistem saraf pusat 55,8%, saluran pencernaan, 45% ; pembuluh darah, 40%, dan traktus genitourinaria, 26,5% .Janin selalu anencephalic, columna vertebralis dan tungkai hadir pada fetus in fetu di hampir semua kasus (masing-masing 91% dan 82,5%,). Tungkai bawah lebih berkembang daripada tungkai atas. Fetus in fetu masih jarang ditemukan di paru-paru, kelenjar adrenal, pankreas, limpa, dan kelenjar getah bening dan hati.
Dalam literatur melaporkan bahwa kebanyakan kasus sampai dengan 1980 menunjukkan diagnosis preoperatif fetus in fetu dibuat hanya dalam 16,7% kasus karena CT scan tidak dilakukan. Saat ini, CT scan telah terbukti sangat berguna dalam menunjukkan diagnosis sebelum operasi.MRI juga digunakan dalam 4 kasus. Diferensial diagnosa radiologis adalah teratoma dan pseudokista mekonium. Walaupun kadang-kadang massa tersebut memiliki gambaran kalsifikasi, sehingga kadang-kadang sulit dibedakan dengan fetus in fetu. Pengobatan reseksi lengkap dari massa kecuali bila menempel terhadap organ host(pasien). Relaps dilaporkan pada 1 kasus (87 kasus) dengan adanya massa berulang pada abdomen 4 bulan setelah operasi. Ini adalah teratoma yang berisi komponen-komponen padat dan kalsifikasi kistik. Berukuran diameter 13 cm dan 5% dari tumor adalah yolk sac carcinoma. Setelah eksisi, pasien diobati dengan kemoterapi dan pulih dalam 2 tahun.





















DAFTAR PUSTAKA

  1. Enid Gilbert-Barness&Diane Debich Spicer.Embryology and Fetal Pathology. Cambridge University Press : 2004
  2. Rowena Spencer. Conjoined Twins. JHU Press : 2003
  3. M Awasthi, R Narlawar, P Hira and P Shah. Fetus in fetu. Rare cause of a lump in an adult’sabdomen. Mumbai : 2001.
  4. A. Mohta, U. K. Shrivastava, P. Sodhi , L. Upreti. Fetus-in-fetu. Mumbai : 2002
  5. Dominique Marnet ,Matthieu Vinchon,Olivier Kerdraon ,Sylvie Joriot ,Caroline Chafiotte,Patrick Dhellemmes. Antenatal diagnosis of a third ventricular mass: fetus in fetu or teratoma?. Lille : 2008.
  6. MK House, M Pahuja, M Bethune. Pre and postnatal diagnosis of fetus-in-fetu. Melbourne : 2004
  7. Christine Caroline Hoeffel, Khoang Quy Nguyen, Hai Thanh Phan, Nghia Hieu Truong, Trung Sao Nguyen, Trai Thanh Tran and Paul Fornes. 1995. Fetus In Fetu: A Case Report and Literature ReviewAAP : 2000.
  8. Fandy Argiansya   ,Edo Febrian Ananda,Akbar Febriansyah presentan,nopember 2011.
  9. http://en.wikipedia.org/wiki/Fetus_in_fetu

Monday 7 November 2011

JENIS JENIS HERNIA DAN PENANGANANNYA (HERNIA AND TREATMENT)


JENIS JENIS HERNIA DAN  PENANGANANNYA








HERRY SETYA YUDHA UTAMA





CIREBON
2011







I.                   PENDAHULUAN
Dari segi lughat secara umum hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada umumnya hernia abdomen dewasa, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat jeluar masuk. Keluar jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika tidur atau didorong masuk perut. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau strangulate bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, sering terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata.
Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal organ intra-abdominal melewati defek fascia pada dinding abdominal. Hernia yang sering terjadi adalah inguinal, femoral, umbilical, dan paraumbilikal.
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (organ) dari kavum peritoneal ke dalam canalis inguinalis.
Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.

 Definisi yang banyak dianut  :  Hernia ialah penonjolan dari suatu struktur / bentuk, viscus atau organ dari tempat yang seharusnya1 ; protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan2.
Hernia dapat terjadi diantara dua rongga yang saling berdekatan seperti abdomen dan toraks atau ke dalam bagian dari suatu rongga – yang demikian disebut hernia internal. Hernia yang paling sering adalah yang eksternal dari dinding abdomen di inguinal, femoral, dan umbilicus3. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut2, yang normalnya tidak dapat dilewati4.

II. EPIDEMIOLOGI HERNIA
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita1.
Pada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1% sebagai hernia umbilicalis1. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus1
Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis5.

Tabel  1. Frekuensi relatif Hernia abdominal external 3
Tipe Hernia
Insidens (%)
Epigastric
1
Umbilical
3
Insisional
10
Inguinal
78
Femoral
7
Lain-lain (jarang)
1

III. ETIOLOGI HERNIA
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan intrakavitas dan melemahnya dinding abdomen3.
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena3 :
1. Mengangkat beban berat
2. Batuk – PPOK
3. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma
4. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar
5. Distensi abdomen – yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan,
     lemak tubuh.
Kelemahan dinding abdomen terjadi karena3 :
1. Umur yang semakin bertambah
2. Malnutrisi–baik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)
3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
4. Abnormal metabolisme kolagen.
Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantung kongenital yang telah terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan hernia sampai kelemahan dinding abdomen akuisita atau kenaikan tekanan intraabdomen mengizinkan isi abdomen memasuki kantong tersebut3.
  
IV. GAMBARAN ANATOMIS
      
                   Fundus
Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. pada abdomen isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus3. Kemungkinan lainnya termasuk :
1. usus besar dan apendiks
2. Divertikulum Meckel
3. Vesica Urinaria
4. Ovarium – dengan atau tanpa tuba falopi
5. Cairan asites
Menurut kepustakaan lain, hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia2 atau
orifisium hernia dan kantung hernia5. Orifisium adalah defek dari lapisan aponeurosis paling dalam dari abdomen, dan sakus adalah kantung keluar dari peritoneum. Kolum dari kantung hernia berhubungan dengan orifisium. Hernia disebut eksterna jika kantung menonjol secara lengkap melalui dinding abdomen, dan interna jika sakus terletak di dalam kavitas viseral5.


V. KLASIFIKASI
A. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas
1. Hernia bawaan atau congenital2,3
     Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai
     akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan intrauterine – paten prosesus
     vaginalis adalah salah satu contohnya3.
2. Hernia dapatan atau akuisita2,3
      Terdapat dua tipe hernia akuisita3 :
     a. Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
         a.1. Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah femoralis
                yang melalui kanalis femoralis.
         a.2. Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti
                pada regio lumbal
         a.3. Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek, seperti 
               pada umbilikus
    b. Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding, 
        seperti pada laparatomi dan trauma tembus3.

B. Hernia diberi nama menurut letaknya,
     Umamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral, dll.

C. Hernia menurut  riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi :
    Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi     
    yang tidak spontan.  Pengecualian untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonatus, 
   dimana orifisium dapat menutup beberapa tahun setelah lahir. Seiring berjalannya 
    waktu, hernia membesar dan kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang 
    mengancam jiwa semakin bertambah. Hernia dapat reponibel, ireponibel, obstruksi,
    strangulasi, atau terjadi inflamasi3.

1. Hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk2, tetapi kantungnya menetap3.  
    Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya
    gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat3. Usus keluar jika berdiri atau 
    mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan
    nyeri atau gejala obstruksi usus4.
   
    Gambar 2. Hernia reponibel 2

2. Hernia Ireponibel : bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga
    perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
    hernia. Hernia ini disebut hernia akreta2. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit 
    dengan tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical)3. Tidak ada keluhan rasa  
    nyeri ataupun sumbatan usus2. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar 
    untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel3
     
    Gambar 3. Hernia Ireponibel 2

3. Hernia obstruksi
    Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya obstruksi terjadi  
    pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan
    berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya
    suplai darah masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi3.
            Istilah ’inkarserata’terkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang
      ireponibel tetapi tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang
     mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata3.
     Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua    
     operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan penyebab 
     obstruksi usus nomor satu di Indonesia2
     
    Gambar 4. Hernia inkarserata dengan ileus obstruksi usus2

4. Hernia Strangulata
    Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi
    vena dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih
    lanjut ; dan sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan
    vena, dan berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya 
    mengganggu aliran arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia
    abdominal  bukan usus, misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi   
    strangulasi usus yang paling sering terjadi dan  menyebabkan nekrosis yang terinfeksi
    (gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri,
     yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh
    darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya pada leher pada 
    kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga 
    peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan 
    kematian3. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut
    hernia Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia
    tidak ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparatomi. Komplikasi hernia  
    Richter adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia femoralis
   tampak seperti abses di daerah inguinal2.
       Gambar 5. Hernia Strangulata 2

5. Hernia Inflamasi
     Isi hernia mengalami inflamasi dengan proses apapun sebagai penyebab pada jaringan      
     atau organ yang secara tidak normal mengalami hernia, misalnya3 :
     1. Apendisitis akut
     2. Divertikulum Meckel
     3. Salpingitis akut
     Hampir tidak mungkin untuk membedakan hernia yang terinflamasi dengan yang  
      mengalami strangulasi3.

Beberapa Tipe Khusus Hernia
1. Sliding hernia (hernia en glissade)

    Hernia ini adalah dimana struktur extraperitoneal membentuk sebagian dinding kantong. 5 % dari seluruh hernia adalah sliding hernia, dan hernia inguinalis indirek merupakan mayoritas. Di sebelah kanan, caecum dan colon ascendens terlibat, sementara di sebelah kiri, sigmoid dan kolon descendens ditemukan di dalam sakus. Bagian dari vesica urinaria dapat masuk ke hernia inguinalis direk. Insidens sliding hernia bertambah dengan usia dan lamanya hernia. Kegagalan untuk mengenali sliding hernia saat operasi dapat mengakibatkan kerusakan struktur yang terlibat3.




Text Box: Gambar 6. Sliding Hernia3


2. Hernia Richter
    Pada hernia tipe ini, hanya sebagian dari usus yang terperangkap (biasanya usus  
    halus)3. Isi dari kantung hernia terdiri dari hanya satu sisi dari dinding usus (selalu 
   antemesenterik)5. Bahayanya hernia ini adalah, usus dapat mengalami iskemi tanpa   
   perkembangan nyata dari gejala obstruksi3.
3. Hernia-en-W—Maydl’s Hernia




VI. DIAGNOSIS HERNIA
A. GEJALA
Gejala lokal termasuk :
- benjolan yang bervariasi ukurannya, dapat hilang saat berbaring, dan timbul saat
   adanya tahanan3.
- nyeri tumpul lokal namun terkadang tajam3,  rasa tidak enak yang selalu memburuk di  
  senja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia  
   berkurang5.
   Secara khas, kantung hernia dengan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang   
   dapat teraba jika pasien mengedan atau batuk5.
Gejala dari adanya komplikasi adalah3 :
- obstruksi usus : colic, muntah, distensi, konstipasi
- strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri yang menetap pada hernia,
                       demam, takikardi.  


B. TANDA/ sign
Pertama kali pasien diperiksa dalam keadaan berbaring, kemudian berdiri untuk semua hernia abdominal eksterna3, tidak mungkin meraba suatu hernia lipat paha yang bereduksi pada saat pasien berbaring5. Area pembengkakan di palpasi untuk menentukan posisi yang tepat dan karakteristiknya. Benjolan dapat dikembalikan ke atau dapat semakin membesar saat batuk – merupakan suatu yang khas. Semakin nyata saat pasien berdiri3.
Kontrol terhadap hernia untuk mencegah ia keluar adalah dengan menekannya dengan jari di titik dimana reduksi dapat dilakukan. Pasien diminta untuk batuk : jika hernia tidak muncul, berarti ia sudah dikendalikan dan menunjukkan letak leher dari sakus sudah tepat3.  
Tanda yang berkaitan dengan adanya komplikasi
Ireponibel : benjolan yang iredusibel, tanpa rasa nyeri3.
Obstruksi  : hernia tegang, lunak, dan iredusibel. Mungkin ada distensi abdomen, dan
                    gejala lain dari obstruksi usus3
Strangulasi : tanda-tanda dari hernia obstruksi, tetapi ketegangan semakin nyata. Kulit 
                     diatasnya dapat hangat, inflamasi, dan berindurasi3.    
Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia yang diikuti dengan cepat oleh nyeri tekan, obstruksi, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari sakus yang diperkirakan mengalami gangrenosa5.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hernia didiagnosis berdasarkan gejala klinis. Pemeriksan penunjang jarang dilakukan dan jarang mempunyai nilai.

a. Pencitraan3
    a.1. Herniografi
           Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal 
      dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi  
      hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan
     adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.
  a.2. USG   
        Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis, misalnya 
      pada Spigelian hernia.
   a.3. CT dan MRI
          Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia obturator)  

b. Laparaskopi
             Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk nyeri
    perut yang tidak dapat didiagnosa.

c. Operasi Eksplorasi
    Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun tidak ditemukan
    secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.

VIII. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
   Tabel 2. Benjolan lain yang harus dibedakan dari hernia pada dinding abdomen
Jaringan
Benjolan
Kulit
Kista sebasea atau epidermoid
Lemak
Lipoma
Fasia
Fibroma
Otot
Tumor yang mengalami hernia melalui pembungkusnya
Arteri
Aneurisma
Vena
Varikosa
Limfe
Pembesaran KGB
Gonad
Ektopik testis / ovarium
  










IX. PEMBAHASAN KHUSUS

A. HERNIA  INGUINALIS
        
Kanalis inguinalis dibatasi di2 :
- Kraniolateral  : oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari  
                            fasia transversalis dan aponeurosis m.transversus abdominis.
- medial bawah : di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis  
                            eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.oblikus eksternus.
- atapnya          : aponeurosis m.obliqus eksternus
- dasarnya         : ligamentum inguinale

Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan. B


Gambar 9. Kanalis Inguinalis3
Lipat paha adalah daerah pada dinding abdomen yang lemah secara alami dan  merupakan tempat yang paling sering untuk herniasi. Pria 25 kali lebih sering terkena hernia inguinalis5.

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya 
   hernia inguinalis, yaitu2 :
1. kanalis inguinalis yang berjalan miring
2. adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis
    internus ketika berkontraksi.
3. Adanya fascia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang
    umumnya hampir tidak berotot.
    Gangguan pada mekanisme di atas dapat menyebabkan hernia.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah2 :
1. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
2.  Peninggian tekanan di dalam rongga perut
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia. 

1. Adanya prosesus vaginalis yang tetap terbuka
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak sampai 10 % dengan anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi insidens hernia tidak melebih 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar2.
Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %. Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %. Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan dibandingkan lelaki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan2.
Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi, mempunyai kemungkinan 16% mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insidens hernia inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2 %. Kemungkinan terjadi hernia bilateral dari insidens tersebut mendekati 10 %2.

2. Peninggian tekanan intraabdomen
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis2.
 Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang2.  Hernia dapat terjadi setelah peningkatan tekanan intra-abdominal yang tiba-tiba dan kuat seperti waktu mengangkat barang yang sangat berat, mendorong, batuk, atau mengejan dengan kuat pada waktu miksi atau defekasi1.

3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turur kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n. ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi2.

Diagnosis Hernia Inguinalis
a. Anamnesa
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu bediri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di darah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren2.
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking, pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi perempuan, yang teraba seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium2.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus2.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya2.



A. 1. Hernia Inguinalis Indirek
Disebut juga henia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan, jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam m.kremaster, terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma2.
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan kanalis inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga Hasselbach dan disebut sebagai hernia direk2.  Kantung dari inguinalis indirek berjalan melalui anulus inguinalis profunda, lateral pembuluh epigastrika inferior, dan akhimya ke arah skrotum5.
Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan bulat2.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebeblah kanan atau kiri. Hernia yng di kanan biasany berisi sekum dan sebagian kolon ascendens, sedangkan yng di kiri berisi sebagian kolon desendens2.
Hernia inguinalis indirecta yang merupakan hernia paling sering terjadi dan dipercaya bersifat congenital, menonjol melalui annulus inguinalis profundus, canalis inguinalis dan keluar melalui annulus inguinalis superficialis ke scrotum atau labium majus. Sesuai dengan bentuk dan letaknya maka disebut juga hernia inguinalis obliqua/lateralis. Hernia inguinalis indirecta lebih sering daripada yang directa dan dua puluh kali lebih banyak pada pria daripada wanita, sepertiganya bilateral serta lebih sering pada sisi kanan. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, diselubungi oleh ketiga lapisan ductus deferens.
Ada dua macam hernia inguinalis indirecta, yaitu yang congenitalis dan acquisita (didapat). Perbedaannya secara anatomis terletak pada apakah prosesus vaginalis telah atau belum menutup. Pada yang congenitalis processus vaginalis belum menutup sehingga isi abdomen (usus) dapat mengisi sampai pada cavum scroti. Pada yang acquisita (didapat) kantong hernia tidak berhubungan dengan cavum scroti karena processus vaginalis telah menutup. Hernia inguinalis congenitalis yang sudah terjadi sejak lahir sering tidak diketahui sampai usia anak, atau bahkan usia dewasa. Kantong hernianya berupa peritoneum, sisa processus vaginalis yang telah menutup (ligamentum vaginale), lapisan-lapisan fascia spermatica interna, m.cremaster, dan fascia spermatica externa serta bagi yang congenitalis processus vaginalis tetap terbuka1.
Pada wanita dimana processus vaginalis menetap (canalis Nucki), hernia dapat menuju sampai labium majus. Jika tempat keluar hernia inguinalis indirecta terletak di sebelah lateralis dari arteria epigastrica, hernia ingunalis directa menonjol keluar melalui trigonum inguinale di sebelah medial dari arteria tersebut. Hernia inguinalis directa menembus keluar melalui annulus inginalis superficialis yang melebar menonjol ke dinding abdomen, ada juga yang berpendapat bahwa hernia ini tidak melalui annulus inguinalis superficialis, tetapi menonjol melalui “conjoint tendon” dan mencapai annulus1
Kantung hernia indirek sebenarnya adalah suatu prosesus vaginalis yang berdilatasi secara persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis profunda dan mengikuti selubungnya ke skrotum. Pada anulus profunda, kantung mengisi sisi lateral dari korda. Lemak properitoneal sering kali berkaitan dengan kantung indirek dan dikenal sebagai lipoma dari korda, meskipun lemak tersebut bukan tumor5.
Organ-organ retroperitoneal seperti misalnya kolon sigmoid, sekum, dan ureter dapat tergelincir ke dalam kantung indirek. Dalam kantung itu, organ-organ tersebut menjadi bagian dari dinding kantung dan rentan terhadap cedera selama perbaikan. Hernia sliding ini sering kali besar dan sebagian iredusibel5.

Gambaran Klinis Hernia inguinalis indirek
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata2.
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga  adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar2.
Pada hernia insipien tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di dalam kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak-anak kadang tidak terlihat adanya benjolan pada waktu menangis, batuk, atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan palpasi tali sperma dengan membendingkan yang kiri dan yang kanan; kadang didapatkan tanda sarung tangan sutra2.  

HERNIA SKROTALIS
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus2.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya2.

HERNIA LABIALIS
Hernia labialis ialah hernia inguinalis lateralis yang mencapai labium mayus. Secara klinis tampak benjolan pada labium mayus yang jelas pada waktu berdiri dan mengedan, dan hilang pada waktu berbaring. Diagnosis banding hernia labialis adalah hernia femoralis dan kista di kanalis Nuck yang menonjol di kaudal ligamentum inguinale dan di lateral tuberkulum pubikum. Kista kanalis Nuck teraba sebagai kista dengan batas jelas di sebelah kraniolateral berlainan dengan hernia indirek dan tidak dapat direposisi2.

A.2 Hernia Inguinalis Direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis m.transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar2.
Nervus ilioinguinalis dan n.iliofemoralis mempersarafi otot di regio inguinalis, sekitar kanalis inguinalis, dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis, skrotum, dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial2.
Hernia directa tidak begitu sering seperti hernia indirecta; kurang lebih 15 % dari seluruh hernia inguinalis dan biasanya bilateral. Biasanya terjadi pada laki-laki berusia lebih dari 40 tahun, jarang terjadi pada wanita dan terjadi sebagai akibat kelemahan otot-otot abdomen bagian depan, yang disertai peninggian tekanan intraabdominal. Kantong hernia terdiri dari peritoneum dan fascia transversalis1.  
Kantung dari inguinalis direk menonjol secara langsung melalui dasar kanalis inguinalis, terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan jarang turun ke dalam skrotum5.
Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigoum Hasselbach. Oleh karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kandung kemih. Kadang ditemukan defek kecil di m. oblikus internus abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering menyebabkan strangulasi. Hernia ini banyak diderita oleh penduduk Afrika2.
Kantung hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu segitiga Hesselbach; menonjol secara langsung; dan kantung hernia ini tidak mengandung aponeurosis otot obliqus ekstemus. Hanya pada keadaan yang jarang, hernia ini sedemikian besarnya sehingga mendesak keluar melalui anulus super­fisialis dan turun ke dalam skrotum. Kandung kemih sering menjadi komponen sliding dari kantung hernia direk5.

Tabel 3. Perbedaan antara hernia inguinalis indirek dan hernia inguinalis direk

Indirek
Direk
Usia pasien
Usia berapapun, terutama muda
Lebih tua
Penyebab
Dapat kongenital
Didapat
Bilateral
20 %
50 %
Penonjolan saat batuk
Oblik
Lurus
Muncul saat berdiri
Tidak segera mencapai ukuran terbesarnya
Mencapai ukuran terbesar dengan segera
Reduksi saat berbaring
Dapat tidak tereduksi segera
Tereduksi segera
Penurunan ke skrotum
Sering
Jarang
Oklusi cincin internus
Terkontrol
Tidak terkontrol
Leher kantong
Sempit
Lebar
Strangulasi
Tidak jarang
Tidak biasa
Hubungan dengan pembuluh darah epigastric inferior
Lateral
Medial


Tata Laksana Hernia Inguinalis
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang utnuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera2.
            Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis2.
            Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik2.
            Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong2.  
            Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik, seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m.transversus internus abdominis dan m.obliqus obliqus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m.transversus abdominis, m. obliqus internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode McVay2.
            Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi tahun 1887. Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara mengaproksimasi muskulus obliqus internus, muskulus transversus abdominis, dan fasia transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik dapat diterapkan, baik pada hernia direk maupun indirek2.
            Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan. Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal2.
            Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang faktor penyebabnya adalah prosesus vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena anulus inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat2.
            Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap. Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sisnistra. Hernia bilateral pada orang dewasa, dinajurkan melakukan operasi dalam satu tahap,kecuali jika ada kontraindikasi2.
            Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan hernioplastik yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satu pun teknik yang dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi residif. Yang penting diperhatikan ialah mencegah terjadinya tegangan pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Umumnya dibutukan plastik dengan bahan prostesis mesh misalnya2
            Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan dengan faktor konstitusi.Pada hernia inguinalis lateralis penyebab resididf yang paling sering ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, di antaranya karena diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau kantung hernia tidak ditemukan. Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya karena tegangan yang berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik2.
            Pada operasi hernia secara laparoskopi diletakkan prostesis mesh di bawah peritoneum dinding perut2.


B. Hernia Femoralis

KANALIS FEMORALIS
Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v. femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineale (ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis, dan di sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. B


Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki2.
            Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering penderita ke dokter atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum inguinale di medial v. Femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya, atau karena penderita gemuk2.
            Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan v.Femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha2.
            Hernia femoralis hampir selalu terlihat sebagai massa yang iredusibel, meskipun kantungnya mungkin kosong, karena lemak dan kelenjar limfe dari kanalis melingkari kantung. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru hernia  femoralis dengan sangat tepat5.
Kantung hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada sisi medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau dua kelenjar limfe, yang terbesar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini di­desak keluar dari kanalis femoralis oleh suatu penonjolan peritoenal dan seringkali membentuk massa yang dapat dipalpasi2.
Pada pria, lewatnya testikel melalui dinding abdomen selama tahap embrio­nik, melemahkan dan memperbesar orifisium miopektineal di atas ligamentum inguinalis dan merupakan predisposisi terhadap hernia inguinalis indirek dan direk. Pada wanita, diameter pelvis sejati yang membesar, bila dibandingkan dengan pria, secara proporsional memperbesar kanalis femoralis dan mungkin merupakan pre­disposisi dari hernia femoralis2.

Patofisiologi Hernia Femoralis
            Secara patofisiologi peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas, dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada hernia inguinallis, terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice yang menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas2.
            Komplikasi yang paling sering adalah strangulasi dengan segala akibatnya.
            Hernia femoralis keluar di sebelah ligamntum inginale pada fosa ovalis. Kadang-kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar, terutama bila merupakan Hernia Richter.

Diagnosa Banding Hernia Femoralis
Diagnosis banding hernia femoralis, antara lain limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari tingkat umbilikus2.
            Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal pada hernia femoralis2.
            Diagnosis banding lain adalah variks tunggal di muara v.safena magna dengan atau tanpa varises pada tungkai. Konsistensi variks tunggal di fosa ovalis lunak. Ketika batuk atau mengedan benjolan variks membesar dengan “gelombang” dan mudah dihilangkan dengan tekanan2.  
            Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa ovalis. Tidak jarang hernia Richter dengan strangulasi yang telah mengalami gangguan vitalitas isi hernia, memberikan gambaran seperti abses. Setelah dilakukan tindakan insisi, ternyata yang keluar adalah isi usus, bukan nanah2.  
            Untuk membedakannya, perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat hubungannya dengan aktivitas, seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang disertai dengan peninggian tekanan intraabdomen, sedangkan penyakit lain, seperti torsio testis atau limfedenitis femoralis, tidak berhubungan dengan aktivitas demikian2.

Tata laksana Hernia Femoralis
 Operasi terdiri atas herniotomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan menjepit anulus femoralis2.
            Hernia femoralis dapat didekati dari krural, inguinal, atau kombinasi keduanya. Pendekatan krural tanpa membuka kanalis inguinalis dipilih pada perempuan. Pendekatan  inguinal dengan membuka kanalis inguinalis sambil menginspeksi dinding posteriornya biasanya dilakukan pada lelaki karena hernia femoralis pada lelaki lebih sering disertai hernia inguinalis medialis. Pendekatan kombinasi dapat dipilih pada hernia femoralis inkarserata, hernia residif, atau kombinasi dengan hernia inguinalis2.
            Pada pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan ligamentum inguinale ke ligamentum Cooper2.
            Pada teknik Bassini melalui regio inguinalis, ligamentum inguinale dijahitkan ke ligamentum lakunare Gimbernati2.

Cara Membedakan hernia inguinalis dan hernia femoralis
Untuk membedakan hernia inguinalis dan hernia femoralis dipakai sebagai patokan ligamentum inguinale. Yang di atas ligamentum adalah hernia inguinalis dan yang di bawah hernia femoralis1. Hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural adalah hernia inguinalis dan yang timbul di bawah lipatan adalah hernia femoralis5.  

C. HERNIA LAINNYA

C.1. HERNIA UMBILIKALIS
            Merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan      kulit. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20 % bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada  
bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi lelaki dan perempuan2.    
            Umbilikalis adalah tempat umum hemiasi. Hernia umbilikalis terjadi lebih sering pada wanita. Kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang merupakan prekursor yang umum. Asites selalu mengeksaserbasi masalah ini. Strangulasi kolon dan omentum umum terjadi. Ruptura terjadi dalam sirosis asitik kronis, suatu kasus dimana diperlukan segera dekompresi portal atau pintas nevus peritoneal secara darurat.
           
Gejala klinis Hernia Umbilikalis
 Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang  

masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi2.


Gambar 11. Hernia Umbilikalis3
Tata laksana Hernia Umbilikalis
Bila cincin hernia kurang dari 2 cm; umumnya regresi spontan akan terjadi sebelum bayi berumur 6 bulan; kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha untuk mempercepat penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan, kemudian memancangnya dengan pita perekat (plester) untuk 2-3 minggu. Dapat pula digunakan uang logam yang dipancangkan di umbilikus untuk mencegah penonjolan isi rongga perut. Bila sampai usia satu setengah tahun hernia masih menonjol, umumnya diperlukan koreksi operasi. Pada cincin hernia yang melebihi 2 cm jarang terjadi regresi spontan dan lebih sukar diperoleh pentupan dengan tindakan konservatif. B
            Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan tanpa terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang. Perbaikan di­indikasikan dalam bayi dengan defek hernia yang diameternya lebih besar dari 2,0 cm, dan dalam semua anak dengan hernia umbilikalis yang masih tetap ada pada usia 3 atau 4 tahun.
            Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo. Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis superior dan inferior. Hernia umbilikalis besar, lebih suka ditangani dengan prostesis yang mirip dengan perbaikan prostesis untuk hernia insisional. C
Hernia umbilikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas, atau asites merupakan faktor predisposisi. Perbandingan antara lelaki dan perempuan kira-kira 1:3. Diagnosis mudah dibuat seperti halnya pada anak-anak. Inkarserasi lebih sering terjadi dibandingkan dengan anak-anak. Terapi hernia umbilkalis pada orang dewasa hanya operatif. B

C.2. HERNIA PARA-UMBILIKALIS
    Hernia para-umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di tepi  
    kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang
    terjadi sehingga umumnya diperlukan operasi koreksi. B

    


  Gambar 12. Hernia para-umbilikal
C.3. HERNIA EPIGASTRIKA
         Anatomi
Linea alba adalah raphe yang dibentuk oleh sambungan pembungkus rektus dan persilangan serat-serat mereka melewati garis tengah; terbentang dari processus xiphoideus ke simfisis pubis. Pada bagian tengah atas, lebarnya 1-3 cm dan fibrous, tetapi di bawah umbilkus ia mempunyai bagian yang menyempit3.
               Hernia epigastrika atau hernia alba adalah hernia yang keluar melalui defek di  
    linea alba antara umbilikus dan processus xiphoideus. Isi hernia terdiri atas penonjolan
    jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum2.
             Hernia ini biasanya kecil dan kebanyakan terjadi pada bagian paling lebar dari linea alba antara processus xiphoideus dan umbilicus. Hernia ini biasanya kecil dan kebanyakan terjadi pada pekerja manual usia pertengahan1.
            Linea alba dibentuk oleh anyaman serabut aponeurosis lamina anterior dan   
    posterior sarung m.rektus. Anyaman ini sering hanya satu lapis. Selain itu, linea alba di  
sebelah kranial umbilikus lebih lebar dibandingkan dengan yang sebelah kaudal sehingga merupakan predisposisi terjadinya hernia epigastrika. Hernia epigastrika muncul sebagai tonjolan lunak di linea alba yang merupakan “lipoma” preperitoneal. Kalau defek linea alba melebar, baru kemudian keluar kantong peritoneum yang dapat kosong atau berisi omentum. Jarang ditemukan usus halus atau usus besar di dalam hernia epigastrika. Hernia ini ditutupi oleh kulit, lemak subkutis, lemak preperitoneal, dan peritoneum. Sering ditemukan hernia multipel.
           
Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluh perut kurang enak dan mual, mirip keluhan pada kelainan kandung empedu, tukak peptik, atau hernia hiatus esofagus. Keluhan yang samar ini terutama terjadi bila hernia kecil dan sukar diraba.
¾ nya asimptomatik dan ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan fisik.
Saat adanya gejala, terjadi dua tipe :
- nyeri lokal – sering dicetuskan oleh aktivitas fisik yang berlebihan
- rasa sakit yang dapat didefinisikan berlokasi di epigestrium, sering memburuk setelah makan (tegangan pada perut dapat menstrangulasi isinya), dan gambaran klinis dapat menyerupai ulkus peptikum3.

Tanda
Hernia dapat dilihat jika pasien diletakkan dalam posisi sedikit oblik. Teraba pembengakakan pada daerah garis tengah dan biasanya lunak dan ireponibel.
Pasien yang datang dengan gejala pada abdomen atas dan pada pasien yang ditemukan epigastrik hernia harus diteliti untuk kemungkinannya menderita ulkus peptikum, penyakit kandung empedu atau penyakit pankreas sebelum gejalanya ditetapkan pada hernia3.
   Gambaran patologis
         Linea dapat menjadi dilemahkan, karena adanya kelemahan kongenital pada struktur Latticenya. Adanya bundel neurovaskular kecil yang berpenetrasi juga merupakan titik hilangnya tahanan.  Herniasi dari lemak ekstraperitoneal melalui linea ini biasanya terjadi pada setengah atas linea. Ditemukan pada 7 % populasi dewasa ke atas. laki-laki tiga kali lebih sering daripada wanita, dan protrusi bersifat multipel pada 20 % kasus.
Awalnya terjadi protrusi lemak ekstraperitoneal, yang dapat diikuti oleh pembentukan kantung peritoneal, dan omentum dapat memasukinya (jarang berisi usus). Lemak ekstraperitoneal atau omentum seringkali mengalami inkarserasi dan dapat strangulasi3.
Manajemen
Pasien dengan hernia yang simptomatis ditawarkan untuk diperbaiki. Lemak yang mengalami hernia dieksisi. Jika terdapat kantung, isinya direduksi dan sakusnya di eksisi. Defek dari fasianya ditutup dengan jahitan3. Terapi bedah merupakan reposisi isi hernia dan penutupan defek di linea alba.

C.4. HERNIA VENTRALIS
    Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
    anterolateral seperti hernia sikatriks2.



C.5. HERNIA LUMBALIS
    Hernia ini dapat3 :
    1. Kongenital
    2. Didapat Primer
    3. Didapat Sekunder – dari insisi bedah.
 Hernia didapat melalui insisi pada pendekatan lumbal menuju ginjal adalah hal yang tidak jarang terjadi; bagaimanapun juga, dengan penurunan bedah ginjal terbuka, hal ini menjadi berkurang3. Hernia ini, yang terjadi melalui titik anatomis yang lemah pada regio lumbalis – segitiga lumbal superior dan inferior – adalah jarang.
Hernia lumbalis jarang terjadi dan menonjol melalui trigonum lubale Petiti. A. Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum masing-masing trigonum kostolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit) berbentuk segitiga. Trigonum Grijnfelt dibatasi di kranial oleh iga XII, di anterior oleh tepi bebas m.oblikus internus abdominis, di posterior oleh tepi bebas m.sakrospinalis. Dasarnya adalah aponeurosis m.transversus abdominis, sedangkan tutupnya m.latissimus dorsi. Trigonum Petit dibatasi di kaudal oleh krista iliaka, di anterior oleh tepi bebas m.oblikus eksternus abdominis, dan di posterior oleh tepi bebas m.latissimus dorsi. Dasar segitiga ini adalah m.oblikus internus abdominis dan tutupnya adalah fasia superfisialis2.
            Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang dan tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi kranial panggul dorsal2.
            Hernia lumbalis menempati dinding perut bagian lateral, contohnya hernia sikatriks pada bekas luka operasi ginjal, hernia di trigonum lumbale inferior Petit, dan trigonum lumbale superior Grijnfelt. Hernia di trigonum lumbale jarang ditemukan3.
Gambaran Klinis
Diagnosis ditegakkan dengan memeriksa pintu hernia. Diagnosis banding adalah hematoma, abses dingin, atau tumor jaringan lunak. Pengelolaannya terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada hernioplastik dilakukan juga penutupan defek2.
Kebanyakan datang dengan pembengkakan atau gumpalan di daerah lumbal, yang berhubungan dengan rasa sakit yang tidak nyaman. Biasanya ada rangasangan dari batuk dan massa yang reponibel. Isinya, yang paling sering adalah usus besar dan usus kecil – sangat jarang sekali ginjal. Beberapa – sekitar 20 % menjadi inkarserasi dan 10 % menjadi strangulasi.
            Hernia lumbalis yang irreponibel harus dapat dibedakan dengan3 :  
1. Lipoma
2. Soft-tissue tumour
3. Haematoma
4. Abses dingin tuberkulosa
5. Tumor ginjal
Manajemen
Hernia primer ditangani dengan penutupan langsung dari defek yang ada. Hernia insisional yang besar membutuhkan mesh buatan3.  



C.6. HERNIA LITTRE
Hernia Littre adalah hernia yang isinya divertikulum Meckel. Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia yang mengandung divertikulum Meckel. Sampai dikenalnya divertikulum Meckel, hernia Littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus yang pada waktu itu belum disebut sebagai hernia Littre2.

C.7. HERNIA SPIEGHEL2 / HERNIA LINEA SEMILUNARIS1
Hernia spigelian adalah hernia ventralis yang terjadi sepanjang bagian subumbilikal dari garis semilunaris Spieghel dan melalui fasia Spieghel5. Hernia Spieghel yang muncul melalui tempat lemah di antara tepi lateral m. rektus abdominis dengan linea semisirkularis2. Hernia Spieghel ialah hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fasia Spieghel2. Ini adalah hernia interparietal pada garis linea semilunaris (batas lateral dari pembungkus rektus, berjalan dari tip kartilago kosta ke-9 menuju krista pubikum). Hernia biasanya setinggi garis arkuata, dibawah dimana semua lapisan aponeurotik berefleksi di anterior terhadap otot rektus. Penyebabnya berkaitan dengan susunan aponeurotic, yang menghasilkan area yang lemah dimana serat dari aponeurosis transversus berfusi dengan serat dari oblikus eksternus3.
 Hernia spigelian jarang ditemukan dan, kecuali jika besar, sulit didiagnosa karena letaknya interparietal dan diliputi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksterna. Sonogram dan sken tomografi komputer sering menemukan hernia spigelian yang asimtomatik, yang terlalu kecil untuk dapat dideteksi secara klinis5.
 Hernia spigelian yang besar dapat dikacaukan dengan sarkoma dinding abdomen. Fasia Spieghel terdiri dari fusi aponeurosis dari muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominalis di antara venter dari otot-otot ini di lateral dan muskulus rektus di medial. Di bawah umbilikus serat-serat lebih kurang sejajar dan mungkin memisah, memungkinkan peritoneum dan lemak properitoneal menonjol melalui suatu defek seperti celah, tetapi sebenarnya merupakan aponeurosis di atas muskulus obliqus abdominus eksternus5.
Hernia spigelian paling umum di daerah antara umbilikus dan garis yang menghubungkan spina iliaka superior anterior di bawah linea arkuata dan di arc pembuluh epigastrika inferior5. Hernia ini menonjol melalui aponeuresis m. transversus abdominis tepat di lateral dari pinggir lateral vagina m. recti abdominis. Letaknya biasanya tepat di bawah umbilicus2. Biasanya dijumpai pada usia 40-70 tahun, tanpa perbedaan antara lelaki dan perempuan, biasanya terjadi di kanan, dan jarang bilateral. Tidak ada faktor patogenesis yang spesisfik2.
                       
Gambaran Klinis
Gejala3
- nyeri lokal yang memburuk dengan pertahanan
- gumpalan
- rasa tidak nyaman pada kuadran bawah yang tidak khas yang harus ditelitilagi
- tanda-tanda obstruksi atau strangulasi

Tanda3 :
- rasa lunak pad tempat orifisium hernia
- gumpalan yang mungkin sulit atau bahkan tidak mungkin untuk dirasakan.

Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya benjolan di sebelah atas titik McBurney kanan atau kiri, pada tepi lateral m.rektus abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus, omentum, atau ovarium2. Inkarserasi jarang terjadi2.

Investigasi  dan Manajemen
Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan ultrasonografi2. Baru-baru ini, USG telah terbukti bermanfaat untuk mendemonstrasikan hernia pada pasien dengan riwayat yang meyakinkan tetapi kurang gejala klinis. Perbaikan adalah hal yang mudah yaitu dengan mengeksisi sakus dan menutup defeknya3. Hernia spigelian kecil dapat ditutup secara sederhana, tetapi hernia spigelian besar dalam otot, membutuhkan suatu prostesis5. Pengelolaan terdiri atas herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada m.transversus abdominis dan m. abdominis internus abdominis2.

C.8. HERNIA OBTURATORIA
Hernia obturatoria ialah hernia hernia melalui foramen obturatorium2.
            Kanalis obturatorium merupakan saluran yang berjalan miring ke kaudal yang dibatasi di kranial dan lateral oleh sulkus obturatorius os pubis, di kaudal oleh tepi bebas membran obturatoria, m.obturatorius internus dan eksternus. Di dalam kanalis obturatorius berjalan saraf, arteri, dan vena obturatoria2.          Pada kondisi ini, herniasi terjadi sepanjang kanalis obturatorium, yang membawa Nervus obturaorium dan pembuluh darah keluar dari pelvis. Ini paling sering terjadi pada perempuan tua yang frail. Hernia bermula sebagai sumbat pre-peritonium dan secara bertahap memebesar, membawa serta sakus peritonium bersamanya. Loop usus  dapat masuk ke dalam sakus peritoneum bersamanya. Secara bersamaan knuckle gagal untuk direduksi secara spontan. Lebih banyak loop dapat turut serta. Strangulasi Richter sering terjadi3 
            Hernia obturatoria dapat berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak retroperitoneal masuk ke dalam kanalis obturatorius (tahap I), disusul oleh tonjolan peritoneum parietale (tahap 2). Kantong hernia ini mungkin dibatasi oleh lekuk usus (tahap 3) yang dapat mengalami inkarserasi parsial, sering secara Richter atau total2.

Gambar 14. Hernia Obturatorium3

Gambaran Klinis
Gejala
Terletak dalam pada pektineus, hernia ini kebanyakan asimptomatik samapi terjadi komplikasi karena obstruksi intestinal atau strangulasi. Seringkali terdapat riwayat gejala obstruksi yang intermiten. Sekitar 50 % mungkin terdapat keluhan sakit sepanjang sisi medial atas dari paha yang menjalar ke bawah menuju lutut, yang disebabkan oleh tekanan pada nervus obturatorium. Meskipun ada, kebanyakan keluhan ini tidak terjadi3.  
Tanda
Jarang sekali terdapat tanda-tanda, kecuali pada yang obstruksi atau strangulasi. Diagnosa kebanyakan dibuat saat laparatomi untuk obstruksi usus halus terhadap penyebab yang tidak diketahui. Dengan adanya tekanan pada nervus obturator, pasien memegang kaki dalam posisi fleksi agar dapat mengurangi nyeri. Pada 20 % pasien, sakus hernia keluar secara medial di sekitar pektineus dan tampak sebagai pembengkakan yang teraba di segitiga femoral. Pemeriksaan rektum dan vagina dapat menyerupai pembengkakan pada regio foramen obturatorium3.
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan parestesia di daerah panggul, lutut, dan bagian medial paha akibat penekanan pada n.obturatorius (tanda Howship-Romberg) yang patognomonik. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship-Romberg2.
Manajemen
Pengelolaan bedah dilakukan dengan pendekatan transperitoneal dan preperitoneal2.
Jika ditemukan saat laparatomi, usus halusnya di reduksi, sakusnya withdrawn dan defeknya ditutup. Jika diagnosis dibuat secara klinis, prosedur elektif  dengan pendekatan retropubis, pre-peritonium dapat dilakukan3.
                       
C.9. HERNIA PERINEALIS
    Hernia ini dapat3 :
    - Kongenital
    - Didapat primer
    - Insisional 
     Hernia didapat primer terjadi pada wanita multipara, usia pertengahan. Pelvis yang luas dan efek dari melemahnya otot karena melahirkan anak menyebabkan herniasi melalui  dasar pelvis. Hernia perineum insisional mengikuti 1% eksisi kombinasi abdominoperineal rektum3.
            Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui defek dasar panggul yang dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostatektomi atau reseksi rektum secara abdominoperineal. Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiri atas m.levator anus dan m.sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua daerah dasar panggul. Hernia perinealis biasanya dibagi atas hernia anterior dan hernia posterior. Hernia labialis yang bukan merupakan hernia inguinalis lateralis, hernia pudendalis, dan hernia vaginolabialis, termasuk hernia perinealis anterior, sedangkan hernia isiorektalis dan hernia retrorektalis termasuk hernia perinealis posterior2.  


Gambaran Klinis
            Biasanya ada pembengkakan perineum dan rasa tidak nyaman  saat duduk. Massa yang lunak ditemukan pada perineum, yang biasanya reponibel. Leher hernia yang luas mempunyai tepi elastis.  Hernia ini jarang mempunyai komplikasi yang berbahaya3
            Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan. Tampak dan teraba benjolan di perineum yang mudah keluar masuk dan jarang mengalami inkarserasi. Pintu hernia dapat diraba secara bimanual dengan pemeriksaan rektovaginal. Dalam keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi2.


Gambar 15. Hernia Perinealis3    

Manajemen     
Biasanya pengelolaan operatif dianjurkan dengan pendekatan transperitoneal, perineal, atau kombinasi abdominal dan perinea2l.
            Perbaikan merupakan kombinasi dari pendekatan abdominal dan pelvis. Melalui pendekatan hernia dari bawah, kantungnya dibebaskan dan direduksi ke dalam rongga abdomen. Dilakukan laparatomi dan dasar pelvis diperbaiki dari bawah3.   

C.10. HERNIA PANTALON
Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15 % dari kasus hernia inguinalis3.  
            Diagnosis umumnya sukar ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, dan biasanya baru ditemukan sewaktu operasi. Pengelolaan seperti biasanya pada hernia inguinalis dan hernioplastik3. 

C.11. HERNIA PARASTOMAL
            Hernia melalui lubang fasia yang sama, yang dibentuk oleh kolostomi atau ileostomi disebut sebagai hernia parastomal. Hernia ini timbul lebih lazim pada orang yang gemuk dan pada yang kolostominya terletak lateral terhadap muskulus rektus atau melalui insisi operasi awal. Dalam membicarakan pencegahan hernia, maka tempat ideal untuk kolostomi adalah melalui muskulus rektus. Indikasi bagi perbaikan parastomal mencakup4 :
1. Stoma yang tak memuaskan, yang memerlukan penempatan pada sisi lain
2. Striktur atau prolapsus stoma
3. Hernia berukuran besar
4. Adanya cacat fasia kecil di sekeliling hernia
5. Inkarserasi atau strangulasi hernia
6. Perbaikan kosmetik
Hernia parastomal mengganggu irigasi kolostomi dan perlekatan dari stoma. Hernia parakolostomi lebih umum daripada hernia paraileostomi dan keduanya lebih cenderung terjadi jika stoma muncul melalui garis semilunaris daripada melalui sarung rektus. Oleh karena itu, hernia parastomal biasanya lateral dari ostomi. Memindahkan stoma ke lokasi yang baru lebih disukai daripada perbaikan lokal. Perbaikan lokal sering gagal, karena sabuk muskulus lateral dari ostomi, keku­rangan aponeurosis yang cukup. Teknik implantasi prostesis di sekeliling stoma dalam jaringan subkutan dan pada dinding abdomen, merupakan subyek dari komplikasi septik. Perbaikan defek fasia dari dalam abdomen dengan suatu prostesis, merupakan cara terpilih jika hernia parastoma membutuhkan perbaikan dan tidak dapat dipindahkan ke lokasi yang baru, karena hal ini tidak mengganggu stoma dan tanpa bahaya kontaminasi septik5.



C.12. HERNIA INSISIONAL
Hernia insisional adalah masalah bedah yang serius. Obesitas dan infeksi merupakan dua penyebab utama dari keadaan ini. Berat dari panikuli di lateral, menandakan insisi bedah dan infeksi mempersulit penyembuhan luka. Suatu hernia insisional yang besar menimbulkan gerakan pernapasan abdominal paradoks lama seperti flail chest. Fungsi diafragma menjadi tidak efisien. Diafragma tidak lagi berkontraksi melawan visera abdomen dan sebaliknya mendorongnya untuk masuk ke dalam kantung hernia. Perlu untuk menilai fungsi pernapasan dan gas darah. Visera kehilangan tempatnya yang benar dalam abdomen dalam hernia insisional yang sudah lama. Dalam kasus ini, reduksi visera saat operasi dapat menyebabkan kematian akibat kompresi vena kava inferior dan gagal pernapasan  akibat elevasi paksa dan imobilisasi dari diafragma5.

      Hernia insisonal terjadi melalui luka pada operasi sebelumnya. Hernia ini mempunyai penampilan yang sama dengan hernia yang tidak disebabkan oleh trauma pembedahan pada dinding abdomen3.
            Merupakan hal yang realistis untuk memperkirakan bahwa 1% insisi abdomen transparietal diikuti dengan hernia. Hernia ini mencakup 10 % dari total hernia3.
    Hernia incisional terjadi postoperative karena perlu memotong suatu saraf  segmental yang mempersarafi otot dinding abdomen atau jiga sebagai akibat infeksi dan necrosis (mati jaringan)1.

Etiologi
Dehisensi parsial dari sebagian atau seluruh lapisan fasia yang lebih dalam, tetapi kulit masih utuh atau pada akhirnya dapat menyembuh. Hernia insisional adalah komplikasi postoperative dan, seperti semua komplikasi, penyebabnya dapat dipertimbangkan dari 3 faktor : preoperative, operative, postopeartive3.

Faktor Pre-operatif3
1. Usia
    Jaringan orang yang lebih tua mengalami penyembuhan tidak sebaik pada usia muda.
2. Malnutrisi- malnutrisi energi protein, defisiensi vitamin (Vitamin C penting untuk pematangan kolagen) dan defisiensi logam (Zinc berperan untuk epitelisasi)
3. Sepsis
    Memperburuk malnutrisi dan keterlambatan anabolisme
4. Uremia
      Menghambat pembelahan fibroblas
5. Ikterik
    impedes maturasi kolagen .
6. Obesitas
     predisposisi untuk infeksi luka, seroma, dan hematom.
7. Diabetes Mellitus
    predisposisi untuk infeksi luka
8. Steroid
     Mempunyai efek proteolitik umum
9. Kontaminasi peritoneal (peritonitis)
    predisposisi untuk infeksi luka

Faktor Operatif3
1. Tipe insisi
     Insisi vertikal cenderung lebih prone untuk hernia dibandingkan insisi transversal.
2. Teknik dan bahan-bahan
     Tegangan pada penutupan impedes suplai darah untuk luka ; ikatan yang buruk ;  
     penutupan dengan bahan benang yang diabsorpsi dengan cepat gagal untuk    
    menyokong dinding abdomen untuk waktu yang cukup untuk mengizinkan penyatuan  
    yang baik.
3. Tipe Operasi
    Operasi yang melibatkan usus besar atau traktus urinarius cenderung mudah terjadi
    infeksi.
4. Drains
    drain yang melewati luka sering menjadi hernia.

Faktor Postoperative3
1. Infeksi luka
    Sama pentingnya dengan pemilihan bahan benang yang salah : terdapat destruksi
    enzimatik terhadap penyembuhan jaringan.
2. Distensi abdomen
    ileus posoperative meningkatkan tegangan di luka. Jahitan dapat terbuka.
3. Batuk
    menyebabkan tegangan pada luka.

Gambaran patologis
Kebanyakan hernia insisional ditemukan dalam 1 tahun setelah operasi, dan suatu hal yang jarang terjadi hernia setelah 3 tahun operasi jika sebelumnya penutupan baik3.
            Hernia insisional sangat bervariasi. Mereka dapat mempunyai leher yang lebar atau sempit; seringkali karena akumulasi isi hernia, terjadi adhesi pada sakus, dan pada leher, sehingga hernia menjadi ireponibel. Inkareserasi dan strangulasi menjadi suatu hal yang sangat berbahaya. Sakus dapat melibatkan proporsi yang luas, akhirnya melibatkan banyak isi intraperitoneal3.
Gambaran Klinis
Gejala
Keluhannya adalah penonojolan pada scar. Ketika hernia membesar, gejala obstruksi usus subakut umum terjadi. Hernia dapat memberikan rasa tidak nyaman di daerah tersebut. Kulit yang menutupinya dapat menjadi tipis dan atrofi; akhirnya terjadi ulkus dan bahkan rupture dapat terjadi. Strangulasi merupakan kegawatan bedah3.
Tanda
Pemeriksaan biasanya ireponibel, hernia dengan rangsangan batuk pada tempat scar yang telah lama. Jika hernia rumit, banyak ikatan fibrosa yang dapat dirasakan melewati diantara tepi-tepi dari defek. Saat pasien berbaring, hernia ini terlihat kecil, namun manuver apa pun yang meningkatkan tekanan intra abdomen membuat hernia3.
Manajemen
            Bahkan hernia berukuran kecil dengan gejala harus diperbaiki lebih dini. Pada hernia yang asimptomatik, resiko dari obstruksi intestinal, strangulasi, dan ulkus pada kulit seperti halnya perbaikannya, bahkan pada pasien yang lebih tua, juga dianjurkan.  Observasi saja dapat membuat hernia ukurannya menjadi bertambah besar, dan perbaikan lebih lanjut menjadi lebih dulit dan berbahaya. Teknik bedah yang dilakukan adalah sama seperti untuk hernia para-umbilikal, tetapi hernia yang lebih besar mungkin membutuhkan mesh buatan untuk rekonstruksi pada dinding abdomen3.
            Pneumoperitoneum progresif adalah teknik yang bermanfaat dalam mem persiapkan pasien untuk hernioplasti insisional karena hal ini mengatasi beberapa gangguan dari penyakit karena pengeluaran alat-alat dalam (eventration). Pneu moperitoneum menarik dinding abdomen dan perlekatan intrabdomen, mempcr­cepat kembalinya visera ke abdomen, dan memperbaiki fungsi diafragma. Keba nyakan hernia insisional kecil ditangani dengan penutupan sederhana dari defek aponeurosis. Tetapi, hernia insisional besar dengan defek aponeurosis yang lebih besar dari 10 cm, mempunyai angka kekambuhan sebesar 50%. Akibatnya, kebanyakan hernia insisional, dan semua hernia insisional rekuren, membutuhkan prostesis untuk keberhasilan dari terapi. Hernioplasti Stoppa lebih disukai dalam melakukan hernioplasti insisional. Dapat digunakan pada semua tipe hernia insisional di abdomen, mencakup hernia lumbalis pascanefrektomi5.
Hernioplasti Stoppa terdiri dari prostesis Mersilene yang sangat besar yang diimplantasikan dalam pada muskulus dari dinding abdomen di puncak sarung rektus posterior atau peritoneum. Prostesis memanjang sampai jauh di bawah batas defek mioaponeurosis dan dengan erat difiksasi di tempat oleh tekanan intra­abdomen dan kemudian oleh jaringan fibrosa yang tumbuh. Prostesis mencegah eventrasi peritoneum dengan membuat kantung viseral tidak dapat berdistensi dan dengan menyatukan secara padat serta mengkonsolidasi dinding abdomen5.
Penutupan aponeurosis dari defek parietal adalah penting. Penutupan garis tengah dapat menahan tegangan lebih besar karena prostesis, bukannya garis jahitan, akhirnya bersatu dengan abdomen. Jika perlu, tegangan dapat dikurangi dengan insisi relaksasi vertikal dalam sarung rektus. Pendekatan aponeurosis biasanya dapat dicapai, tetapi jika tidak, prostesis kedua yang dapat atau tidak dapat diabsorpsi, yang diletakkan pada defek aponeurotik, akan memastikan stabilitas dari dinding abdomen selama proses penyembuhan. Biasanya ini terjadi dalam regio xiphoid atau simfisis. Ruang mati yang dibentuk oleh prostesis besar selalu membutuhkan drainase isapan tertutup untuk mencegah seroma dan hematoma dan untuk memungkinkan inkorporasi cepat dari fibrosa prostesis dalam dinding abdomen5.
Hasil
Hasil pembedahan tidak sebaik pada hernia primer. Hernia insisional yang kecil mempunyai nilai kekambuhan 2-5 %, sedangkan untuk yang besar sebesar 10 – 20 %3.

C.13. HERNIA SKIATIKA
      Hernia skiatika adalah penonjolan kantung peritoneum pada pelvis melalui foramen skiatika mayor atau minor3.

 Gambaran Klinis
Pasien datang dengan rasa tidak nyaman dan pembengkakan pada bokong, dan mungkin terdapat gejala dari penekanan N. skiatika. Jika hernia lebar, akan terdapat massa yang reponibel di pada daerah gluteus, yang semakin bertambah besar saat berdiri. Herniasi dari ureter dapat menyebabkan gejala urinaria. Kemungkinan dapat terjadi strangulasi3.

Manajemen
Terapinya adalah dengan eksisi sakus dan penutupan defek dengan pendekatan transabdominal atau transgluteal3.

C.14. Hernia Interparietal
     Pada hernia ini sakus hernia terbentang diantara lapisan-lapisan pada dinding abdomen. Penyebabnya dapat kongenital, berkaitan dengan adanya abnormalitas penurunan testis, atau didapat pada area yang lemah pada aspek lateral pada cincin inguinal dalam dan kanalis inguinalis (saat sakus biasanya berhubungan dengan hernia inguinalis indirek yang konkomitan)3.


Gambar 17. Hernia Interparietal 3

Klasifikasi dari hernia tersebut tergantung pada posisi anatomis dari sakus3 :
1. Properitoneal (20%)
2. Interstitial (60%)
3. Superfisial (20 %)

Gambaran Klinis
Hernia tipe properitoneal tidak dapat dipalpasi. Tipe interstitial dan superfisial sering hadir dengan pembengkakan kecil diatas dan sebelah lateral dari kanalis inguinalis dan cincin dalam. Penampakan lokal yang penting tersebut, sering diabaikan oleh pasien, dan 90 % dari hernia ini hadir dengan obstruksi usus yang berkulminasi pada strangulasi. Kunci untuk diagnosis awal adalah dengan mempertimbangkan tipe hernia ini pada pasien apapun yang hadir dengan obstruksi usus (simpel atau dengan strangulasi) dengan massa yang dapat di palpasi di sebelah dari cincin dalam dan testis yang terletak abnormal3.

Manajemen
Operasi (biasanya sebuah laparatomi emergensi utnuk obstruksi strangulasi karena sebab yang tidak diketahui) menyerupai sakus hernia, yang dieksisi dan perbaikan defek fasial3.
C.15. Hernia diafragmatika
     Melalui foramen Bochdalek di diafragma.

X. KOMPLIKASI  HERNIA
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal (hernia geser) atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantung hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W2.
            Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut2.
            Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila telah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyri lebih berat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal2.
            Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu mendapat pertolongan segera2.

XI. TERAPI HERNIA

Indikasi Pembedahan
Pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki, kecuali jika ada keadaan lokal atau sistemik dari pasien yang tidak memungkinkan hasil yang aman. Pengecualian yang mungkin dari hal umum ini adalah hernia dengan leher lebar dan kantung dangkal yang diantisipasi membesar secara perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat dalam penatalaksanaan hernia kecil jika operasi merupakan kontraindikasi, tetapi bebatan merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan hernia femoralis5.

Terapi Umum
            Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat dilakukan pada hernia umbilikalis sebelum anak berumur dua tahun. Terapi konservatif berupa penggunaan alat penyangga dapat digunakan sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis pemakaian korset tidak dianjurkan karena selain tidak menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan dinding perut2.
            Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif.  Kalau pasien  dengan hernia inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi postural. Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 2-3 hari setelah udem jaringan hilang dan keadaan umum pasien sudah lebih baik2.
            Pada hernia inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi henia harus dinilai saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit dievaluasi kembali warna, peristaltis, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus2.
            Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada hernia direk, sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat2.
            Herniorafi elektif pada umumnya memperlihatkan morbiditas dan mortalitas yang rendah, sedangkan herniorafi akut pada hernia inkarserata atau strangulata menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang tidak dapat diabaikan2.
            Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera V. femoralis, N. ilioinguinalis, N. iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia geser2.
            Komplikasi dini beberapa hari setelah herniorafi dapat pula terjadi berupa hematoma, infeksi luka, bendungan V. Femoralis, terutama pada operasi hernia femoralis, fistel urin atau feses, dan hernia residif2.
            Komplikasi lanjut berupa atrofi testes karena lesi A.spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis, dan komplikasi yang paling penting adalah hernia residif2.
            Insidens dari residif bergantung pada umur pasien, letak hernia, teknik hernioplastik yang dipilih dan cara melakukannya. Hernia inguinalis indirek pada bayi sangat jarang residif. Angka residif hernia inguinalis indirek pada segala umur lebih rendah dibandingkan dengan hernia inguinalis direk atau hernia femoralis. Hernia ventralis menunjukkan angka residif yang relatif lebih tinggi. Reparasi pertama memberikan tingkat keberhasilan yang paling tinggi, sedangkan operasi pada kambuhan memberikan angka residif sangat tinggi. 2

Dasar dari Perbaikan Hernia Lipat Paha
Obyek dari hernioplasti inguinalis adalah untuk mencegah penonjolan peritoneum melalui defek dinding abdomen. Integritas dari dinding abdomen dipulihkan dalam satu atau dua cara: (1) penutupan aponeurosis dari defek hernia, bila perlu penu­tupan diperpanjang, atau (2) penggantian dari fasia transversalis yang mengalami defek dengan prostesis sintetik yang besar. Dua metode tersebut kadang-kadang dikombinasikan5.
Hernia diperbaiki dari anterior melalui insisi lipat paha atau dari posterior mela­lui insisi abdomen. Pendekatan anterior merupakan insisi yang paling popular untuk hernioplasti inguinalis. Perbaikan hernia dari posterior disebut hernioplasti properitoneal5.
Tegangan merupakan penyebab prinsip dari kegagalan semua hernioplasti yang menutup orifisium miopektineal melalui pendekatan aponeurosis. Pencegahan tegangan pada garis jahitan adalah penting, dan jahitan harus tidak ditarik atau di­iikat terlalu kencang, karena dapat menyebabkan nekrosis. Lebih disukai jahitan dengan benang sintetik permanen5.
Prostesis sintetik pada saat ini memainkan peranan penting dalam penata­laksanaan hernia inguinalis. Pada umumnya, perbaikan prostesis dicadangkan untuk pasien dengan risiko tinggi kekambuhan setelah hernioplasti klasik. Meskipun begitu, penggunaan rutin dari perbaikan hernia primer tetap meningkat5.

Hernioplasti Lipat Paha Anterior Klasik
Tiga hernioplasti anterior klasik yang digunakan pada saat ini adalah: penutupan anulus sederhana dari Marcy, operasi Bassini, dan perbaikan ligamentum Cooper cara McVay-Lotheissen. Semua prosedur hasilnya sama memuaskan dalam hernia primer jika diindikasikan dengan benar dan dapat dilakukan dengan mudah di ba­wah anestesi lokal pada orang dewasa. Hernia inguinalis rekuren difiksasi dengan perbaikan klasik, tetapi sekarang teknik prostetik lebih disukai karena hasilnya secara jelas lebih baik. Hernioplasti klasik terdiri dari tiga bagian: diseksi kanalis inguinalis, perbaikan orifisium miopektineal, dan penutupan kanalis inguinalis5.

I. Perbaikan Marcy dari orifisium miopektineal terdiri dari pengetatan anulus profunda yang membesar. Hal ini umumnya disebut sebagai penutupan cincin sederhana dan hanya diindikasikan pada pria dan wanita yang mempunyai hernia indirek dengan kerusakan minimal dari anulus profundus. Operasi memulihkan anatomi dari anulus profunda dengan memasang satu atau dua jahitan pada arkus aponeurosis transversal dan traktus iliopubika tepat di medial dari korda sper­matika5.

II. Hernioplasti Bassini-Shouldice memperbaiki orifisium miopektineal, superior dari ligamentum inguinalis, yaitu, anulus profunda dan segitiga Hesselbach, dan oleh karena itu, diindikasikan dalam semua hernia inguinalis direk dan indirek. Di Amerika utara, perbaikan Bassini terdiri dari ligasi tinggi dari kantung dan pen­dekatan dari conjoined tendon dan otot obliqus abdominis interna ke tepi susunan ligamentum inguinalis dan jahitan terputus5.

III. Hernioplasti ligamentum Cooper cars McVay-Lotheissen memperbaiki tiga area yang paling rentan terhadap herniasi dalam orifisium miopektineal, yaitu anu­lus profunda, segitiga Hesselbach, dan kanalis femoralis. Dalam perbaikan McVay­Lotheissen, arkus aponeurosis transversal dijahit ke ligamentum Cooper di medial dan ke saroug femoralis di lateral. Insisi relaksasi merupakan suatu keharusaa karena bila tidak dibuat, akan timbul tegangan yang terlalul besar pada garis jahitan5.
Hernia femoralis dengan orifisium yang kecil pada wanita, hanya diperbaiki dari bawah ligamentum inguinalis dengan sedikit jahitan atau disumbat dengan sumbat silindris dari Marlex, karena hernia ini jarang berkaitan dengan hernia di atas ligamentum inguinalis. Hernia femoralis yang besar pada wanita dan semua hernia femoralis pada pria, bagaimanapun juga, diperbaiki dengan perbaikan ligamentum Cooper McVay-Lotheissen. Hernia femoralis strangulata lebih baik da­dekati secara properitoneal, karena ini memberikan jalur langsung ke orifisium hernia femoralis yang berkonstriksi, usus yang terjebak mudah dilepaskan dengan insisi traktus iliopubik dan ligamentum lakunaris, dan tersedia ruang yang luas untuk reseksi usus5.
Dalam bayi perempuan, tuba fallopii dan ovarium mungkin ada dalam kantung hernia. Feminisasi testikular ditemukan dalam 1% wanita dengan hernia, terutama dalam kasus hernia bilateral. Pasien ini harus menjalani uji apusan bukal untuk kromatin. Pada wanita dimana ditemukan gonad dalam kantung hernia tanpa tuba fallopii, harus menjalani biopsi untuk identifikasi5.

Materi Prostesis untuk Hernioplasti
Prostesis.sintetik untuk perbaikan hernia adalah Marlex, Prolene, Surgipro, Mersi­lene, dan Gore-Tex. Marlex dan Prolene terdiri dari serat monofilamen yang dirajut dari polipropilen dan mirip satu sama lainnya. Keduanya berpori-pori dan agak kaku, mengandung memori plastik, dan melengkung bila dibengkokkan dalam dua arah pada saat yang sama. Prostesis surgipro terdiri dari rajutan anyaman benang polipropilen. Mersilene adalah prostesis rajutan terbuka yang terdiri dari anyaman serat poliester Dacron. Berpori-pori dan lebih lemas, mempunyai tekstur berbutir­-butir untuk mencegah penggelinciran, dan hanya mempunyai kecenderungan minimal untuk melengkung jika dibengkokkan ke dua arah sekaligus5.


Hernioplasti Bebas-Tegangan
Potongan jaringan lunak prostetik telah digunakan selama bertahun-tahun untuk melakukan perbaikan klasik, tetapi hasil tidak membaik secara bermakna. Jika prostesis diimplantasi tanpa perbaikan formal, akan meniadakan tegangan, sehingga terjadi perbaikan hasil yang dramatik. Lichenstein merupakan ahli dalam hernioplasti bebas tegangan dan melaporkan hasil yang sangat baik dalam sejumlah besar pasien. Perbaikan potongan prostesis bebas tegangan tidak direkomendasikan untuk hernia rekuren, karenaa potongan prostesis tersebut tidak dapat mencegah penonjolan peritoneum melalui defek fibrosis yang mendasari dan karena remobilisasi dari korda spermatika dapat menyebabkan atrofi testis. Teknik sumbatan tidak membutuhkan remobilisasi dari korda spermatika dan hanya memerlukan insisi kecil pada lipat paha anterior, secara langsung di atas defek aponeurosis. Her­nia rekuren yang besar dan hernia dengan defek aponeurosis multipel tidak sesuai untuk teknik sumbatan dan paling baik ditangani dengan perbaikan prostesis properitoneal permanen5.

Hernioplasti Lipat Paha Properitoneal
Ruangan properitoneal merupakan tempat alternatif bagi implantasi prostesis. Prostesis dipasang di tempatnya melalui tekanan intrabdomen. Defek hernia dapat ditambal atau disumbat dan hernioplasti dilakukan dengan prostesis melalui pcndekatan posterior, seperti pada pendekatan interior. Teknik prostesis properi­toneal inovatif, diperkenalkan oleh R. Stoppa pada tahun 1969. la menawarkan penanganan hernia inguinalis dengan prostesis besar yang tidak dapat diserap, yang berfungsi menggantikan fasia transversalis. Prostesis melekat ke kantung viseral dan membuat peritoneum tidak bisa keluar melalui orifisium miopektineal atau daerah lemah lainnya di dekatnya; perbaikan defek pada dinding abdomen tidak perlu. Operasi ini secara teknik dikenal dengan kalimat yang menggambarkan ’pemasangan prostesis raksasa pada kantung viseralis” (giant prosthetic reinforcement of the visceral sac = GPRVS), tetapi umumnya disebut sebagai prosedur Stoppa. GPRVS merupakan perbaikan yang efisien, anatomik, dan bebas tegangan. Ini mungkin merupakan hernioplasti paling baik. Jika dilakukan dengan benar, dapat menyembuhkan semua hernia inguinalis, bahkan juga hernia femoralis pravaskular. Pemulihan sangat cepat dan hanya menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman5.

Perbaikan Laparoskopik

Perbaikan posterior dari hernia dengan laparoskop, pada saat ini sedang sangat diminati. Hampir semua teknik laparoskopik menanamkan suatu prostesis sintetik. Pendekatan laparoskopik untuk perbaikan hernia inguinalis dapat dilakukan secara transperitoneal atau ekstraperitoneal. Ruang properitoneal dari lipat paha dan orifisium hernia dipajankan. Kantung hernia indirek dipisahkan pada lehernya dan kantung distal dibiarkan tetap in situ. Prostesis ditanamkan untuk menutup ori fisium hernia. Pada praktiknya, ahli bedah dapat melakukan hernioplasti laparos kopik tanpa dibantu dalam jumlah yang waktu yang sama dengan yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur konvensional. Lebih banyak pengalaman yang dibutuhkan sebelum evaluasi yang jelas dimungkinkan. Kerugian penting dari hernioplati laparoskopik adalah biayanya yang lebih mahal daripada hernioplasti konvensional karena prosedur ini membutuhkan anestesi umum dan peralatan yang mahal. Satu-atunya keuntungan yang dapat diterima adalah bahwa prosedur ini hanya sedikit menimbulkan rasa tidak nyaman akibat insisi; apakah pasien pulih segeraa atau tidak, masih belum pasti. Pada saat ini hernioplasti konvensional yang dilakukan dengan anestesi lokal dalam pembedahan di hari yang sama, tetap merupakan pilihan terbaik bagi mayoritas pasien dengan hernia primer5.

 

Komplikasi Hernioplasti Lipat Paha

Orkitis iskemik, dengan gejala sisanya, atrofi testis, dan neuralgia residual merupakan dua komplikasi unik yang penting, meskipun tidak umum, dari hernioplasti lipat paha. Terjadi lebih sering setelah hernioplasti lipat paha anterior karena saraf-saraf dan korda spermatika harus didiseksi dan dimobilisasi. Kekambuhan juga merupakan bagian komplikasi dari hernioplasti lipat paha, meskipun ahli bedah secara tradisional tidak mengkategorikannya seperti demikian5.
Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan sekitar 1%-3% dalam
waktu 10 tahun kemudian. Kekambuhan disebabkan oleh tegangan yang berlebihan pada saat perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasti yang tidak adekuat, dan hernia yang terabaikan. Kekambuhan, yang sudah diperkirakan, lebih umum dalam pasien dengan hernia direk, khususnya hernia inguinalis direk bilateral. Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat eksisi yang tidak adekuat dari ujung proksimal kantung. Kebanyakan kekambuhan adalah langsung dan biasanya dalam regio tuberkulum pubikum, dimana tegangan garis jahitan adalah yang terbesar5.

Insisi relaksasi selalu membantu. Perbaikan hernia inguinalis bilateral secara ber­samaan tidak meningkatkan tegangan jahitan dan bukan merupakan penyebab kekambuhan seperti yang dipercaya sebelumnya. Hernia rekuren membutuhkan prostesis untuk perbaikan yang berhasil. Kekambuhan setelah hernioplasti pro­tesis anterior paling baik dilakukan dengan pendekatan properitoneal atau secara anterior dengan sumbat prostesis5.

Hernioplasti Endoskopik
            Hernioplastik endoskopik merupakan pendekatan dengan penderita berbaring dalam posisi Trendelenburg 40 derajat. Digunakan tiga trokar, yang pertama di garis tengah dekat umbilikus, dan dua lainnya di lateral2.
            Biasanya isi hernia tereposisi sendiri setelah rongga perut diisi oleh gas CO2 karena usus akan jatuh ke arah kranial. Dinding perut bagian pelvis dan inguinal kelihatan baik. Peritoneum parietal dibuka dan dilepaskan di sekitar daerah hernia; kantong hernia dibiarkan di tempatnya2.
            Daerah anulus internus, segitiga Hasselbach, dan lakuna vasorum, artinya pintu masuk hernia indirek, hernia direk, dan hernia femoralis, sekaligus ditampilkan. Daerah tersebut ditutupi dengan selembar bahan sintetis prolen yang diletakkan di belakang pembuluh epigastrika inferior yang dipancang dengan klip di sebelah kaudal ligamentum Cooper. Peritoneum ditutup kembali dan dipancang dengan klip2.
            Keuntungan metode ini ialah morbiditas ringan, penderita kurang merasa nyeri, dan keadaan umum kurang terganggu dibandingkan dengan operasi dari luar. Penderita dapat pulang ke rumah setelah satu hari dan bekerja kembali setelah satu minggu. Pendekatan hernia dari dalam tentu lebih rasional. Penyulit terdiri atas perdarahan atu infeksi. Umumnya, perdarahan mudah diatasi sewaktu operasi endoskopi dengan memasang klip. Cedera pada buli-buli atau usus jarang terjadi. Metode ini sangat dianjurkan untuk hernia residif dan hernia bilateral2.


Hernioplasti bagi hernia inguinalis indirek yang besar dan hernia direk ; a. Memotong bagian lemah dinding inguinalis posterior pada hernia inguinalis indirek yang besar ; b. Dinding inguinalis posterior yang lemah yang akan disingkirkan pada hernia inguinalis direk ; c sampai f. Tahapan yang selanjutnya  secara berurutan pada rekonstruksi dinding inguinalis posterior.  Hernioplasti untuk hernia inguinalis indirek yang besar dan direk. (Dari McVay, C.B : Pada Davis, L (Ed) : Christopher’s Text – Book of Surgery, 9th ed. Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1968).





DAFTAR PUSTAKA

1. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.
2. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC,   
     Hal: 523-537
3. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier  
    Saunders, page 431-445. 
4. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta, 1995. Hal :   
     228, 243.
5. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,
    Hal : 509 – 517. 

6. McVay, C.B : Pada Davis, L (Ed) : Christopher’s Text – Book of Surgery, 9th ed.                  Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1968.