Sekitar 300 tahun yang lalu ,tepatnya 12 maret 1811 , gubernur jenderal Hindia Belanda Herman Wilem Daendels yang sedang memerintahkan membuat jalan dari Anyer (ujung barat pulau jawa hingga ujung timur pulau Jawa yaitu Panarukan (kurang lebih 1000 kilometer) lebih jauh baca di http://herryyudha.com . Saat itu terjadi perlambatan pembuatan jalan di sebuah perbukitan batu (cadas) 9 KM sebelum Kota Sumedang . pengerjaan jalan terhambat karena bukit batu tersebut yang sulit ditembus dan curam. Banyak sudah rakyat Sumedang yang disuruh kerja paksa (pekerja RODI) bagaikan budak belian di tempat tersebut dan mereka banyak yang meninggal dunia karena penyakit dan kelaparan. Melihat keadaan tersebut seorang Pangeran S umedang Kusumah Dinata tidak tega rakyatnya sengsara. Maka pada tanggal tersebut sang pangeran, mendatangi Daendels. Daendels menyambut sang pangeran dan menyapa Apa kabar pangeran ? sambil menyodorkan tangan kanannya , tetapi pangeran sumedang tidak segera menyambutnya malah sang pangeran menyodorkan tangan kirinya . Daendels sangat terkejut baru kali ini ada seorang pribumi yang berani menghina dan mempermalukan dia.......tetapi sudah terlambat karena pangeran sumedang adalah ahli hikmah , kekuatan ilmunya diatas rata-rata. Sang pangeran langsung bisa menguasai alam bawah sadar Daendels sehingga seorang Gubernur Jenderal langsung tekuk lutut dihadapan pangeran Sumedang, serta langsung mengsugesti/memerintah tuan Daendels serta berkata : tuan Daendels rakyat sumedang banyak yang mati karena ambisi tuan, membuat jalan itu bagus tetapi kalau tuan ingin berhasil tolong perhatikan pekerjanya. Tolong berikan makanan dan peralatan yang baik. Daendels tidak kuasa menantang mata sang pangeran , dia hanya bisa berucap: iiiiya pangeran, baaik pangeran. Lalu sang pangeran melanjutkan sugestinya : Dan ingat tuan Daendels kenapa saya menyodorkan tangan kiri untuk salaman dengan tuan, karena tangan kanan saya pegang Keris bila tuan tidak mau menuruti nasehat saya maka sekarang juga keris ini akan merobek tubuh tuan. Sebaliknya bila tuan mau berubah memperlakukan pekerja dengan baik maka saya akan memdukung
tuan membuat jalan .
Babaiik pangeran ..... hanya itu yang bisa diucapkan Daendels . seterusnya Daendels bengong dan terdiam begitupun para pengawal dan tentara kompeni. Setelah beberapa lama pangeran pergi baru Daendels tersadarkan, dan berkata : mana pangeran tadi? Pangeran itu hebat dan berani. Kalo dia mau jadi penasehat saya akan saya berikan pangkat COLONEL . sejak saat itu sang pangeran dipanggil PANGERAN KORNEL Sejak peristiwa itu Daendels memerintahkan supaya pekerja diperhatikan makanan dan peralatannya malah jumlah pekerja ditambah dari daerah lain, malah pasukan Zeni Belanda juga diturunkan sehingga jalan di cadas Pangeran bisa cepat ditembus dan diselesaikan.
SEJAK SAAT itu daerah bukit batu serta jurang disebut CADAS PANGERAN. Kalau anda lewat di ujung barat Cadas Pangeran maka akan melihat tugu ada dua orang yang lagi salaman yang satu pake tangan kiri (Kornel) yang satu lagi pake jubah salaman tangan kanan (Daendels).
Saya sebagai generasi penerus / keturunannya Pangeran Kornel tetap memelihara ilmu ilmu kasumedangan......yang mungkin nanti akan saya tulis di blog ini untuk melestarikan sampai generasi yang akan datang.
Sayang peristiwa istimewa ini luput dari para ahli sejarah. Di jawa barat tidak terjadi perang besar ,saat pembuatan jalan Daendels karena gubernur jendral Daendels bisa dikendalikan dengan bijaksana ( di daerah lain banyak bentrokan / perang ).
Di jawa barat penduduknya banyak . luas jawa barat hampir sama dengan luas nedherland. Banyak orang jawa barat yang pintar ,arif serta bijaksana namun penulis perhatikan , dari pemerintahan ke pemerintahan orang jawa barat mulai terpingirkan (mungkin yang lain tidak memperhatikan) sehingga kepemerintahan di kita sering labil dan mudah digoyang karena orang orang pinter,arif serta bijaksana yang notabene banyak di jawa barat tidak diikutsertakan secara optimal dan proposional.
Dilain pihak juga banyak orang jawa barat yang sudah jadi pemimpin ,baik level lokal maupun nasional tidak ingat lagi pada rakyat kecil, mereka sudah jadi egoistis, melupakan budaya asal dan kemaruk , hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya.
Kalau ingat sejarah Majapahit juga sulit menguasai Jawa Barat sampai terjadi peristiwa rekayasa di Bubat kisah putri Pitaloka. mangkanya di jawa barat tidak pernah ada daerah/jalan Majapahit,Gajah mada ataupun Hayam wuruk. Sejarah juga mencatat Sultan Agung bisa menggempur batavia karena di bantu orang jawa barat,,,,,,,,kalau mau maju Indonesia jangan lupakan orang jawa barat yang baik,bukan orang jawa barat yang buruk/busuk .chauvinisme ? oh no, tentu saja tidak. bukankah segala sesuatu harus dimaximalkan dioptimalkan ,secara seimbang serta proposional dan profesional. ini anjuran ..... percayalah padaku . mudah mudahan pemerintahan mendatang kedepan bisa memahami ini kalau mau stabil.
No comments:
Post a Comment