"A Man can't make a mistake can't make anything"

Thursday, 26 September 2013

MENGENAL LAPAROSKOPI DAN ENDOSKOPI / ENDOLAPAROSKOPI SURGERY


literatur review robotic surgery

ROBOTIC SURGERY ini beberapa bagian tulisan  saya  herry setya yudha utama, dokter spesialis / ahli bedah setelah merangkum dari beberapa pustaka







DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………...            1
Daftar Isi…………………………………………………………………………………… 2
BAB I        Pendahuluan………………………………………………………………...… 3
BAB II       Tinjauan Pustaka..…………………………………………………………….. 5
II.1 Sejarah Robotic Surgery………………………………………………….. 7
II.2 Kelebihan dan Kelemahan Robotic Surgery……………………………... 10
II.3 Aplikasi Robotic Surgery………………………………………………… 12
BAB III     Kesimpulan…………………………………………………………………… 21
BAB IV     Daftar Pustaka……………………………………………………………….... 22
























BAB I
PENDAHULUAN

Dalam beberapa dasawarsa terakhir ilmu kedokteran, termasuk ilmu bedah, telah mengalami perkembangan yang eksponensial dengan dampak yang makin luas dan mendalam. Biasanya ilmu bedah berkembang secara evolusioner, tetapi dalam sejarahnya, tercatat beberapa peristiwa revolusioner, seperti teknik antisepsis operasi, penggunaan antibiotika serta perkembangan anestesia umum yang nyaman dan aman. Pada masa kini, ilmu bedah cenderung menjadi makin spesialistik, makin banyak menggunakan pendekatan konservatif dan invasive minimal.

Hamoir semua bedah invasif minimal berawal dari format gambar digital. Satava “Surgery in the future will no longer be about blood and guts, rather it will be about bits and bytes”. Robot berfungsi di kamar bedah, tidak untuk menggantikan ahli bedah tetapi untuk membantunya melakukan tugas rutin dan menjemukan. Selain itu, robot dapat meningkatkan keterampilan dan ketelitian ahli bedah, umpamanya merencanakan garis-garis irisan. Ketelitian mengebor tulang femur untuk pemasangan prosthesis pinggul menggunakan robot dapat ditingkatkan dari 22% menjadi 98%. Kenaikan biaya operasi dengan menggunakan robot di kamar operasi masih dapat diterima melihat peningkatan mutu operasi. Tindakan ahli bedah dapat dilakukan dengan robotic interphase sehingga menghilangkan tremor dan gerakan gambar. Cara ini telah digunakan secara memuaskan pada operasi yang sangat halus seperti reanastomosis tuba fallopi dan operasi bypass arteri koroner jantung. Ilmuwan di California Institute of Technology mengembangkan RAMS (robot assisted micro-surgery), suatu micro-dexterity platform yang digunakan pada pembedahan otak, mata, THT, dan tangan. Di Indonesia, robot telah digunakan pada operasi koreksi miopi mata dengan LASIK (laser assisted in-situ keratomileusis).

cuplikan journal tentang penanganan Appendisitis akut pada kehamilan dengan laparoskopi atau operasi open

saya herry setya yudha utama mencoba menerangkan beberapa metode penanganan tenteng appendicitis saya mencuplik beberapa bagian dari journal yang ditulis oleh beberapa orang tersebut dibawah,
Review sistematis dan meta-analisis tentang keamanan laparoskopi dibandingkan dengan apendisektomi terbuka terhadap suspek apendisitis pada kehamilan

C. Wilasrusmee1,2, B. Sukrat2,3, M. McEvoy4, J. Attia4 and A. Thakkinstian2

1Department of Surgery and 2Section for Clinical Epidemiology and Biostatistics, Faculty of Medicine, Ramathibodi Hospital, Mahidol University, Bangkok, and 3Bureau of Reproductive Health, Department of Health, Ministry of Public Health, Nonthaburi, Thailand, and 4Centre for Clinical
Epidemiology and Biostatistics, Newcastle University, Newcastle, New South Wales, Australia
Correspondence to: Dr A. Thakkinstian, Section for Clinical Epidemiology and Biostatistics, Faculty ofMedicine, RamathibodiHospital,MahidolUniversity,
270 Rama VI Road, Bangkok 10400, Thailand (e-mail: raatk@mahidol.ac.th)
Re-use of this article is permitted in accordance with the Terms and Conditions 

Latar Belakang: Apendisektomi laparoskopi telah memperoleh penerimaan luas sebagai alternatif untuk apendisektomi terbuka selama kehamilan. Meskipun demikian, data mengenai keamanan dan pendekatan bedah yang optimal untuk apendisitis pada kehamilan masih kontroversial.

Thursday, 12 September 2013

VICKY PRASETYO MANTAN TUNDANGAN ZASKIA GOTIK PERNAH MENGAKU DOKTER KECANTIKAN

SEORANG VICKY PRASETYO PERNAH MENGAKUIA  DOKTER KECANTIKAN . ITU DIMUNGKINKAN KARENA DOKTER DIANGGAP MANUSIA ISTIMEWA .DOKTER DIBUTUHKAN PER 100 RIBU PENDUDUK  DOKTER UMUM BARU TERPENUHI 80%NYA SPESIALIS BARU 9% PERLU DOKTER 6 RIBU PERTAHUN BARU 4 RIBUAN

Tuesday, 3 September 2013

LITERATURE AND REVIEW OF SOFT TISSUE TUMOR BY HERRY SETYA YUDHA UTAMA

REVIEW of THE LITERATURE
Background
The large majority of soft tissue tumours are benign, with a very high cure rate after surgical excision. Malignant mesenchymal neoplasms amount to less than 1% of the overall human burden of malignant tumours but they are life threatening and may pose a significant diagnostic and therapeutic challenge since there are more than 50 histological subtypes of STS, which are often associ- ated with unique clinical, prognostic and therapeutic features. Over the past decade, our understanding of these neo plasms has increased significantly, both from a histopathological and genetic point of view. The close interaction of surgical pathologists, surgeons and oncologists has brought about a significant increase in disease-free survival for tumours which were previously almost invariably fatal, the overall 5-year survival rate for STS in the limbs now being in the order of 65-75%. Careful physical examination and radiographic evaluation to evaluate the size, depth and location of the mass, along with signs of neurovascular involvement are essential for designing the best ther- apeutic approach
Epidemiology
Benign mesenchymal tumours outnum-ber sarcomas by a factor of at least 100. annual clinical incidence (number of new patients consulting a doctor) of benign soft tissue tumours has been estimated as up to 3000/million population whereas the annual incidence of soft tissue sarcoma is around 30/million i.e. less than 1 percent of all malignant tumours. There are no data to indicate a change in the incidence of sarcoma nor are there significant geographic differences.

LITERATUR REVIEW mengenal tumor marker terkini dan aplikasinya dalam klinis by HERRY SETYA YUDHA UTAMA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul “Pemeriksaan Tmor marker terkini dan aplikasinya”. sering diperlukan dalam praktik dokter sehari hari , mudah mudahan bermanfaat

Pendahuluan
Kemajuan dalam pengetahuan dan teknologi dalam perkembangan imunologi, membawa sebuah proses dalam deteksi dini kanker. Juga sebagai pendeteksi diagnosis, memantau perkembangan kanker, dan penentuan prognosis. Identifikasi kandungan dari tumor dapat membantu diagnosis dan memprediksi penyebab penyakit.
Dengan kemajuan perkembangan labratorium teknologi dan kemajuan bioteknologi, sekarang dapat mendeketksi marker sebuah kegananasan. Tidak hanya dari jaringan sekitar kanker dapat juga hingga mendeteksi hingga bagian sel.
Karena gejala klinis dari kanker dimulai dari pertumbuhan sell yang tidak terkontrol, kanker disebut sebagai penyakit sel atau jaringan dengan cirri khas pertumbuhan yang tidak terkontrol dimana dapat menginfiltrasi jaringan maupun organ sekitar, namun sekarang kanker disetujui disebabkan oleh karena akumulasi dari mutasi beberapa gen. Serologi tumor marker didefinisikan sebagai produk dari tumor pada darah dimana menunjukan dari refleksi dari massa tumor pada tubuh.

Monday, 2 September 2013

Dr Herry Setya Yudha Utama SpB. FInaCS. MHKes. ICS: mengenal hydrocele testis , diagnosa dan penangana...

Dr Herry Setya Yudha Utama SpB. FInaCS. MHKes. ICS: mengenal hydrocele testis , diagnosa dan penangana...: Untuk serie sekarang disajikan tentang hydrocele / hidrokel testis yang sering dijumpai pada praktek dokter  spesialis bedah sehari hari  ...

mengenal hydrocele testis , diagnosa dan penanganan

Untuk serie sekarang disajikan tentang hydrocele / hidrokel testis yang sering dijumpai pada praktek dokter  spesialis bedah sehari hari  ini merupakan literatur review dari berbagai sumber, salam kenal  herry setya yudha utama

I.   PENDAHULUAN
            Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya) pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar sekali.
            Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor testis. Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi, tetapi sering kambuh kembali. Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel terbatas di funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam funikulus; benjolan tersebut jelas terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi. Pada pungsi didapatkan cairan jernih.
            Jarang sekali ditemukan benjolan diafan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila demikian, terdapat tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan rongga perut dan berisi cairan rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau indirek yang mengandung sedikit cairan rongga perut ini kadang diberikan nama salah hidrokel komunikans. Karena hubungan dengan rongga perut terlalu sempit sekali. Kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; “kantong” hernia ini tidak dapat dimasuki usus atau omentum.




II.1 ANATOMI TESTIS
            Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang dewasa adalah 4x3x2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua buah terstis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakkan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.

                   Gambar 1. Anatomi Testis Normal
            Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron.