FISTULA ANI
I. DEFINISI
Fistula ani disebut juga fistel perianal
atau fistel para-anal1. Fistula anorektal
(Fistula ani) adalah komunikasi abnormal antara anus dan kulit perianal. Kelenjar
pada kanalis ani terletak pada linea dentate menyediakan jalur organisme yang
menginfeksi untuk dapat mencapai ruang intramuscular2.
II. ETIOLOGI
Fistula
dapat muncul secara spontan atau sekunder karena abses perianal (atau
perirektal). Faktanya, setelah drainase dari abses periani, hampir 50 %
terdapat kemungkinan untuk berkembang menjadi fistula yang kronik. Fistula
lainnya dapat terjadi sekunder karena trauma, penyakit Crohn. fisura ani,
karsinoma, terapi radiasi, aktinomikosis, tuberculosis, dan infeksi klamidia2.
Hipotesa
kriptoglandular menyatakan bahwa infeksi bermula pada kelenjar ani dan
berkembang menuju dinding otot dari sfingter ani yang menyebabkan abses
anorektal. Setelah pembedahan atau drainase spontan pada kulit periani, biasanya
jaringan granulasi dari traktus tertinggal, menyebabkan gejala yang berulang2.
Dapat disebabkan oleh
perforasi atau penyaliran abses anorektum. Kadang fistel disebabkan oleh
colitis yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau morbus Crohn. Infeksi
dari kelenjar intersphincter di anal dengan organisme yang ditemukan di traktus
gastrointestinal- baik aerob (Cth : E.coli) dan anaerob (Cth : Bacteroides
spp.) – adalah penyebab gangguan yang umum terjadi ini.1
III. ABSES ANOREKTUM
Biasanya
abses perianal terjadi akibat glandula analis terinfeksi yang mengerosi ke
dalam jaringan yang mendasari. Biakan dari fistula abses rektum anal
memperlihatkan infeksi campuran dengan E.coli dominan. Penggunaan kronis
purgatif dan enteritis regionalis merupakan faktor penyebab yang lazim. Infeksi yang tak lazim seperti
aktinomikosis, tuberkulosis, dan penyakit jamur lain, penyakit peradangan
pelvis, prostatitis dan kanker bisa jarang menyertai3.
Gejala dini rasa sakit yang tumpul pada
rektum dan keluhan sistemik ringan berlanjut menjadi nyeri perianal berdenyut
yang parah disertai demam, kedinginan, dan malaise. Daerah fluktuasi tidak selalu jelas, karena kulit
perianus tebal. Kemerahan, nyeri tekan dan penonjolan generalisata menjadi
gambaran yang biasa ditemukan. Insisi dan drainase segera tanpa menunggu
fluktuasi, seperti pada infeksi subkutis lain, mencegah perluasan serius3.
Penting
untuk mengetahui bahwa tak ada peranan terapi medis konservatif bagi abses
rektum. Abses anorektum harus dianggap suatu kedaruratan bedah dan penundaan
dalam terapi bedah mengakibatkan kerusakan jaringan lebih lanjut. Perluasan
multilateral dapat meluas ke dalam paha, skrotum, dan bahkan dinding abdomen,
jika terapi bedah ditunda3.
Prinsip
bedah terapi ini relatif sederhana. Di bawah anestesi dengan evaluasi
sigmoidoskopi atau jari tangan eksterna dan interna, daerah abses di drainase
dengan eksisi sederhana dan rongga abses dibiarkan terbuka. Penting untuk
mengeksplorasi dengan cermat rongga abses dan jaringan sekelilingnya menggunakan
jari, karena tonjolan seperti jari dapat meluas ke dalam jaringan
sekelilingnya, menyebabkan abses majemuk, yang seluruhnya harus dibuka dan
didrainase3.
Gambar 1. Fistula ani 2
Sepsis dapat bermula pada ruang intersfingter dan
dapat menyebar melalui 3 cara4 :
1. Secara
Vertikal
Gambar 2. Penyebaran Vertikal 4
2. Secara Horizontal
Gambar 3.
Penyebaran Horizontal 4
3. Secara Circumferential
Khasnya, tiga
nama abses adalah konsekuensi penyebaran pada arah diatas :
1. Perianal –
sepsis menyebar secara vertical ke bawah pada ruang intersphincter,
berdekatan dengan anal canal sebagai abses
perianal
2. Ischiorectal
– sepsis menyebrang sphincter externus dan muncul jauh dari anal kanal
sebagai abses ischiorectal.
3. Supralevator
– sepsis menyebrang secara vertical ke atas menyebabkan pengumpulan
di supralevator.
Diantara
3 rute ini, sepsis dapat juga hadir pada bidang sirkumferensial, menyebabkan
pengumpulan horizontal4.
IV. LETAK FISTEL
Kebanyakan fistel mempunyai satu
muara di kripta di perbatasan anus dan rectum dan lobang lain di perineum di
kulit perianal1.
Fistel dapat terletak di subkutis,
submukosa, antarsfingter, atau menembus sfingter. Fistel dapat terletak
anterior, lateral, atau posterior. Bentuknya mungkin lurus, bengkok, atau mirip
sepatu kuda. Umumnya sfingter bersifat tunggal, kadang ditemukan yang kompleks1.
Hukum Goodsall
Untuk membantu pemeriksa memperkirakan arah saluran dan
kemungkinan lokasi dari muara interna, dapat digunakan Hukum Goodsall. Ketika
pasien berada dalam posisi litotomi2
:
Jika muara eksterna terletak anterior dari garis imajiner
yang ditarik anterior dari kanalis ani, fistula biasanya berjalan langsung
menuju anal kanal2.
Jika muara eksterna terletak sebelah posterior dari garis,
fistula biasanya membentuk lengkungan terhadap garis tengah dari kanalis ani2.
Gambar 4. Seton2
Gambar 5. 1. lubang primer
di kripta, 2. Lubang sekunder3
Fistel dengan lobang kripta di
sebelah anterior umumnya berbentuk lurus. Fistel dengan lobang yang berasal
dari kripta di sebelah dorsal umumnya tidak lurus, tetapi bengkok ke depan
karena radang dan pus terdorong ke anterior di sekitar m.puborektalis dan dapat
membentuk satu lobang perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai hukum
Goodsall1. Beragam perbedaan anatomis dari abses dan fistula ini
dapat terjadi, pemahaman mengenai hal itu dipermudah oleh pengetahuan tentang
rute penyebaran infeksi4.
Lokasi muara
fistula eksterna adalah kunci dari posisi muara interna
Jalur umum
traktus fistulosa anorektum. Muara interna (primer) hampir selalu berada dalam
kripta; fistula biasanya tunggal dan hanya melibatkan bagian muskulus sfingter;
fistula majemuk atau fistula yang melibatkan seluruh muskulus sfingter eksterna
kurang lazim ditemukan. Hukum Goodsall adalah garis transversal membagi fistula
anal menjadi dua kelompok: (1). Jika muara sekunder terletak anterior terhadap
garis transversa yang membagi kanalis analis menjadi bagian anterior dan
posterior, biasanya muara itu berhubungan dengan muara primer melalui traktus
fistulosa yang melengkung berbentuk tapal kuda atau semi tapal kuda3.
Harus
dicatat, walau bagaimanapun, semakin jauh muara eksterna dari anus, hokum
Goodsall semakin tidak dapat dipercaya. Sebagai tambahan, arah saluran pada
fistula yang rumit tidak dapat diprediksi2.
V. KLASIFIKASI FISTULA
Perianal Fistula diberi nama
menurut klasifikasi Park2 :
1. Fistula Transsphingter
Fistula transsphinkter disebabkan
oleh abses ischiorektal, dengan perluasan jalur melalui sphingter eksterna.
Terjadi sekitar 25 % dari semua fistula2.
Jalur utama menyebrang sphincter externus yang
terdapat pada tingkat manapun dibawah puborectalis sampai serat terendah dari
sphincter externus4.
Gambar 6. Fistula Transsphingter 5
Gambar
7. Fistula transphingter2 Gambar 8. Fistula Transsphingter4
2.
Fistula Intersphingter
Terbatas pada ruang intersphingter dan
sphingter interna. Disebabkan oleh abses perianal. Terjadi sekitar 70 % dari
semua fistula2. Semua jalur inflamasi pada posisi medial striated muscle atau sphincter
externus4.
(Medscape
Gambar
9. Fistula Intersfingter 5 Gambar 10.
Fistula Intersfingter 2
3.
Fistula Suprasfingter
Disebabkan oleh abses supralevator. Melewati
otot levator ani, diatas puncak otot puborektal dan masuk ke dalam ruang
intersphingter. Terjadi sekitar 5 % dari semua fistula2. Sangat
jarang, dan jalur utamanya menyebrang melewati levator ani4 .
Gambar 11. Fistula Suprasfingter 5
Gambar 12.
Fistula Suprasfingter 2 Gambar 13. Fistula Suprasfingter 4
4.
Fistula Ekstrasphingter
Tidak melewati kanalis ani dan mekanisme
sphingter, melewati fossa ischiorektal dan otot levator ani, dan bermuara
tinggi di rektum.Terjadi sekitar 1 % dari semua fistula2. biasanya
akibat sepsis intrapelvis atau operasi bedah yang tidak tepat dari fistula yang
lain, dan jalurnya diluar semua kompleks sphincter4.
Gambar 14. Fistula
Ekstrasfingter5
Gambar 15. Fistula Ekstrasfingter
2 Gambar 16. Fistula Ekstrasfingter
4
VI. GEJALA KLINIS FISTULA
Fistula
dicurigai apabila4 :
- discharge persisten pada tempat drainase abses
- ditemukan organisme usus dari hasil kultur
- abses terjadi
rekuren
- terdeteksi
adanya indurasi baik secara klinis atau dalam anestesi
Adanya riwayat abses ani yang
berulang dengan drainase merupakan suatu petunjuk bahwa seseorang mungkin
mempunyai fistula4. Biasanya gejala terbatas pada pembengkakan
intermiten, drainase, pruritus dan ketidaknyamanan yang bervariasi. Riwayat
abses bermanfaat dalam diagnosis4.
Adanya riwayat kambuhan abses perianal dengan
selang waktu diantaranya, disertai pengeluaran nanah sedikit-sedikit.
Muara
eksterna biasanya terlihat sebagai titik berwarna merah, mengalami inflamasi,
mengeluarkan nanah yang bercampur darah6, tinja2 . Muara
kulit secara khas agak meninggi, papila abu-abu merah muda dari jaringan
granulasi. Pada waktunya, pembentukan parut sepanjang saluran ini
menjadi dapat dipalpasi. Sonde kadang-kadang dapat dimasukkan melalui fistula
ke dalam linea pektineus. Biasanya
tidak nyeri3.
Pada colok dubur umumnya fistel dapat diraba
antara telunjuk di anus (bukan di rectum) dan ibu jari di kulit perineum
sebagai tali setebal kira-kira 3 mm (colok dubur bidigital). Jika fistel agak
lurus dapat disonde sampai sonde keluar di kripta asalnya.
Fistel perineum jarang menyebabkan
gangguan sistemik. Fistel kronik yang lama sekali dapat mengalami degenerasi
maligna menjadi karsinoma planoseluler kulit.
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG6
Lokasi muara eksterna memberikan petunjuk bagi
kemungkinan jalur fistula dan terkadang fistula dapat dirasakan sebagai jalur
yang menebal. Pada banyak kasus, untuk melihat jalurnya membutuhkan banyak alat,
dan terkadang jalurnya tidak jelas sampai dilakukan pembedahan.
Peralatan yang dapat digunakan oleh dokter :
1. Fistula probe. Alat yang secara khusus dibuat untuk
dimasukkan ke dalam fistula
2. Anoscope.
Instrumen kecil untuk melihat kanalis ani.
Jika fistula rumit atau terletak pada tempat yang
tidak lazim, dapat digunakan :
1. Diluted methylene blue dye.
Disuntikkan ke dalam fistula.
2. Fistulography. Memasukkan cairan kontras, kemudian
memfotonya.
3. Magnetic resonance imaging
Untuk menyingkirkan
kelainan lainnya seperti colitis ulseratif atau penyakit Crohn, dapat digunakan
:
1. Flexible sigmoidoscopy.
Tabung yang ramping dan fleksibel dengan kamera di dalam ujungnya, dapat
untuk melihat rectum dan kolon sigmoid sebagai gambar yangdiperbesar pada layer
televisi.
2. Colonoscopy. Mirip
sigmoidoskopi, tetapi dengan kemampuan untuk memeriksa seluruh kolon dan usus
halus.
VIII. MANAJEMEN
a.
ABSES PERIANAL
Antibiotik mempunyai peranan yang
sedikit karena tidak dapat penetrasi ke dalam pus, dan seringkali terdapat nekrosis jaringan lemak. Abses akut membutuhkan drainase
bedah. Tidaklah bijaksana untuk melakukan sesuatu lebih jauh lagi meskipun kita
mencurigai adanya fistula.- bengkak dan hiperemis menutupi lokasi yang tepat
dari sphincter. Pus harus selalu dikirim untuk pemeriksaan mikrobiologik karena
keberadaan organisme usus mengindikasikan kecenderungan adanya fistula4.
b. MANAJEMEN FISTULA
Tujuan dari penatalaksanaannya
adalah untuk menyembuhkan fistula dengan sesedikit mungkin pengaruh pada otot
sfingter. Perencanaan akan bergantung pada lokasi fistula dan kerumitannya,
serta kekuatan otot sfingter pasien6. Pengelolaan berdasar pada eradikasi
sepsis dengan seoptimum mungkin menjaga fungsi anal. Jalur fistula
harus dibuka dan diizinkan untuk sembuh dari dasarnya. Mayoritas fistula
superfisial dan intersphincter (85%) langsung dapat diatasi4.
Sisanya (transphincteric dan
suprasphincteric) jauh labih sulit dan membutuhkan perawatan spesialis.
Biasanya perawatannya lebih lama; dilakukan secara bertahap untuk mencegah
kerusakan sphincter4.
Operasi bertujuan menginsisi di atas saluran fistula, meninggalkan
insisi tesebut terbuka untuk bergranulasi nantinya. Biasanya dicapai dengan
menempatkan sonde melalui kedua muara fistula dan memotong di atas sonde. Jika
fistula mengikuti perjalanan yang mengharuskan pemotongan sfingter, maka insisi
harus memotong serabut otot tegak lurus dan hanya pada satu tingkat. Bila timbul inkontinensia, jika otot
terpotong lebih dari satu tempat3.
Benang
yang halus monofilamen (seton) sering ditaruh melalai jalur primer di sekitar sphincter externa sebagai drain
sementara luka lebar di sebelah exterior striated muscle dari sphincter
externus mengalami penyembuhan4.
1. Fistulotomy
Ahli bedah pertama-tama melakukan
pelacakan untuk mencari muara interna fistula. Lalu, ahli bedah memotong dan
membiarkan jalurnya dalam keadaan terbuka, mungkuretnya (mengeluarkan isinya),
lalu menempelkan sisinya ke sisi yang diinsisi sehingga fistula dibiarkan
terbuka (diratakan) flattenedout6.
Untuk memperbaiki fistula yang lebih rumit, seperti horshoe fistula (dimana jalurnya
melewati sekitar dua sisi tubuh dan mempunyai muara eksternal pada kedua sisi
dari anus), dokter bedah dapat membiarkan terbuka hanya pada segmen dimana
jalurnya bersatu dan mengeluarkan jalur sisanya6.
Jika sejumlah
banyak otot sfingter yang harus digunting, pembedahan dapat dilakukan dalam
lebih dari satu tahap dan harus diulang jika seluruh saluran belum dapat
ditemukan6.
Teknik dibiarkan terbuka (Fistulotomi) berguna pada
mayoritas perbaikan fistula. Pada prosedur ini, dimasukkan probe melalui
fistula (melalui kedua muara), dan kulit yang menutupinya, jaringan subkutis,
dan otot sfingter dipisahkan, oleh sebab itu membuka salurannya. Kuretasi
dilakukan untuk memindahkan jaringan granulasi pada dasar saluran. Teknik ini
dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terlalu banyak menggunting
sfingter (yang dapat menyebabkan inkontinensia). Fistulotomi dibiarkan menutup
secara sekunder2.
Pada fistel
dapat dilakukan fistulotomi atau fistulektomi. Dianjurkan sedapat mungkin di
lakukan fistulotomi, artinya fistel dibuka dari lubang asalnya sampai ke lubang
kulit. Luka dibiarkan terbuka sehingga menyembuh mulai dari dasar per sekundam
intentionem. Lukanya biasanya akan sembuh dalam waktu agak singkat. Kadang dibutuhkan operasi dua tahap untuk
menghindari terpotongnya sfingter anus4.
2. Flap Rektal
Terkadang,
untuk mengurangi jumlah otot sfingter yang digunting, dokter bedah dapat
mengeluarkan jalurnya dan membuat flap ke dalam dinding abdomen untuk mencapai
dan mengeluarkan muara fistula interna. Flap nya kemudian ditempelkan ke
belakang6.
3. Penempatan Seton
Dokter bedah
menggunakan seton untuk6 :
- menciptakan jaringan paurt di sekitar otot
sphincter sebelum memotongnya
dengan pisau
- mengizinkan seton untuk
secara lambat memotong seluruh jalur melalui otot
selama beberapa minggu.
Seton juga dapat membantu
drainase fistula
Gambar 17. Seton2
Pada
pasien dengan fistula kompleks, fistula rekuren, penyakit Crohn, keadaan
imunokompromised, seton dapat digunakan sendiri, atau kombinasi dengan
fistulotomi2.
Seton dibuat dari benang silk yang besar,
penanda silastik, atau pita karet, yang dipasang pada saluran fistula dan
menyediakan tiga tujuan. Yang pertama, kita dapat melihat langsung ke saluran,
sebagai drain dan pemicu fibrin, dan juga memotong melalui fistula. oleh sebab
itu, seiring waktu, sejalan dengan terjadinya fibrosis diatas seton. Secara
perlahan memotong melalui otot sfingter, dan menampakkan saluran. Seton
diketatkan selama kunjungan ke poli sampai ia ditarik selama lebih dari 6-8
minggu. Keuntungan pemakaian seton, adalah bahwa “fistulotomi bertahap” ini
mengizinkan untuk pembelahan progresif dari otot sfingter, menghindari
terjadinya komplikasi inkontinensia2.
4. Lem fibrin atau sumbat kolagen
Pada
beberapa kasus, dokter dapat menggunakan lem fibrin, terbuat dari protein
plasma, untuk menyumbat dan menyembuhkan
fistula daripada memotong dan membiarkannya terbuka. Dokter menyuntikkan lem
melalui lubang eksterna setelah membersihkan salurannya lebih dahulu dan
menempelkan lubang yang di dalam agar tertutup. Saluran fistula dapat juga disumbat
dengan protein kolagen dan kemudian ditutup6.
IX. DIAGNOSA BANDING
Hidradenitis
supurativa merupakan radang kelenjar apokrin yang biasanya membentuk fistel
multipel subkutan yang kadang ditemukan di perineum dan perianal. Penyakit ini
biasanya ditemukan di ketiak dan umumnya tidak meluas ke struktur yang lebih
dalam4.
Sinus
pilonidalis terdapat hanya di lipatan sakrokoksigeal dan berasal dari sarang
rambut dorsal dari tulang koksigeus atau ujung tulang sakrum4.
Fistel
proktitis dapat terjadi pada Morbus Crohn, TBC, amubiasis, infeksi jamur, dan
divertikulitis. Kadang fistel koloperineal disebabkan oleh benda asing atau
trauma4.
Gambar 18. Sinus Pilonidalis2
X. PROGNOSIS
Fistel
dapat kambuh bila lobang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan, cabang
fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan
granulasi mencapai permukaan4.
Kegagalan penyembuhan secara
optimal mungkin akibat4 :
- terapi inisial yang tidak
adekuat
- penyebab spesifik (namun tidak
terdiagnosa), misalnya : Penyakit Crohn
- Kondisi nutrisi yang tidak baik
- perawatan luka yang tidak baik,
misalnya : jembatan epitel
- proliferasi jaringan granulasi yang mencegah
epitelisasi
Jika
tiga penyebab utama telah dieliminasi, keberhasilan bedah fistula bergantung pada perawatan luka pos operasi4.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah,
Edisi 2, Jakarta ,
EGC, 2005
hal : 677-678
2. http://www. fitsweb.uchc.edu/.../anorectal_fistula
3. Sabiston,
Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian II, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta , 1995, hal :
59-62
4. Henry MM,
Thompson JN , Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier
Saunders,
2005, page 423-426
5. http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/general_surgery/188616-190234-3223.jpg
6. http://www.mayoclinic.org/anal-fistula/.html
7. Schwartz,
Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,
hal : 426 – 427.
Dok, prakteknya dimana, kalau saya mau konsul lebih intensif mengenai penyakit fistula ani...
ReplyDeletedok saya sudah operasi rmh sakit ternama di kota medan tapi tidak kunjung sembu, apakah harus operasi kembali
ReplyDeleteAsallammuallaikum saudara semua.
ReplyDeleteSaya sanjaya Dari medan sumut.
Saya sudah 4x oprasi fistula tapi gagal terus.
Oprasi tr akhir di klinik bekasi jatibening dng Cara laser dan di pasang benang 2 tahun yang lalu tapi ini kambuh lagi di tempat yg lain.
Sudah habis uang hampir 100jt tapi tak kunjung sembuh.
Oprasi juga gak menjamin sembuh tuntas yang ada menahan kesakitan pasca oprasi dan habis uang.
Buat saudara yang masih sakit seperti saya jangan buru buru oprasi karna saudara juga harus istirahat kerja 3-4 bulan. Saya untung bukan pegawai, kasihan yang pegawai suwasta habis oprasi pasti di rumahkan
Saya kemaren hari Kamis baru habis priksa ke dokter di rumah sakit. Saya di vonis tr kena fistula ani dan kata dokter harus segera di oprasi.
ReplyDeleteTapi kakak ipar saya larang untuk oprasi. Karna dahulu juga kena fistula ani dan sudah 2x oprasi.
Yang pertama di rumah sakit dan Yang tr akhir kakak ipar saya oprasi di Jakarta di klinik di bekasi katanya pakai laser tapi setelah 2 tahun oprasi tr akhir kambuh lagi. Jadi kakak saya bilang jangan oprasi, kata kakak saya oprasi juga gak menjamin sembuh bahkan yang tr akhir 3 bulan baru Luka nya nutup tapi setelah 2 tahun kambuh lagi.
JADI SAYA JUGA GAK MAU OPRASI, KALAU AKAN DAN SISTA TAU OBAT ATAU TEMPAT JUAL OBAT FISTULA ANI YANG BAGUS TOLONG INFO KAN.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSaya sudah oprasi 1x di klinik di jatibening tahun 2018 karna ada banyak yang nyarani kalau oprasi di situ 1x oprasi langsung sembuh dan gak kambuh lagi. tapi setelah 1 tahun ini fistula kambuh lagi dan ada benjolan baru.
ReplyDeletemau oprasi lagi takut karna waktu prtama oprasi itu saja 3 bulan baru nutup, kalau sakit saat perawatan iya gak bisa di bilang lagi tiap hari nangis kalau ganti kasa. apa lagi saat mau buang air besar pasti sudah stres duluan saya. uang pun gak ada lagi buat oprasi.tolong dong yang tau tempat berobat fistula yang bagus di mana? atau kalau ada yang tau obat fistula bisa beri tau saya apa nama nya dan beli di mana.
mohon info dan saran nya.
Oh... ngeri oprasi tu
ReplyDeleteGak cukup 1x oprasi